Saat Hadapi Tantangan, Presiden Jokowi: Ideologi Pancasila Arahkan ke Cita-cita Kemerdekaan

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 12 Agustus 2017
Kategori: Berita
Dibaca: 18.072 Kali
Presiden Jokowi bersama mahasiswa saat menghadiri menghadiri acara Peluncuran Program Penguatan Pendidikan Pancasila di Istana Bogor, Sabtu (12/9). (Foto: Humas/Rahmat)

Presiden Jokowi bersama mahasiswa saat menghadiri menghadiri acara Peluncuran Program Penguatan Pendidikan Pancasila di Istana Bogor, Sabtu (12/9). (Foto: Humas/Rahmat)

 

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menghadiri acara Peluncuran Program Penguatan Pendidikan Pancasila di Istana Bogor, Sabtu (12/9).
Awali sambutan, Presiden Jokowi mengingatkan kepada semua peserta bahwa negara Indonesia ini negara besar. Ia menambahkan bahwa Indonesia memiliki 250 juta penduduk, 17 ribu pulau, 516 kabupaten/kota, 34 provinsi memiliki, 714 suku, 1.100 lebih bahasa lokal karena Indonesia negara, jangan pernah merasa kecil.

Selalu di setiap pertemuan-pertemuan internasional baik yang namanya G20, baik yang namanya APEC, baik yang namanya pertemuan di tingkat ASEAN, dan pertemuan-pertemuan lainnya. Selalu saya minta kepada Menteri kepada Duta Besar untuk minta yang saya minta, mendudukkan kita sejajar dengan negara-negara yang besar,” tutur Presiden Jokowi.

Lebih lanjut Presiden menyampaikan bahwa banyak yang sering merasa kurang optimis, rasa kebanggaan itu sering hilang karena tidak menyadari bahwa negara Indonesia ini besar.
“Tantangan-tantangan ke depan kita, bukan semakin mudah, bukan semakin mudah, semakin berat. Oleh sebab itu, tanpa ada sebuah bintang pengarah, tanpa ada sebuah ideologi yang mengarahkan akan sulit kita bertarung, berkompetisi dengan negara-negara yang lain. Mengarahkan kembali cita-cita kemerdekaan itu kemana. Ideologi itulah yang mengarahkan kita. Siapa Ideologi itu. Pancasila,” tegas Presiden.
Waktu terakhir bertemu dengan Doktor Ashraf Ghani, Presiden Afghanistan, Presiden Jokowi bercerita keragaman Indonesia dan Presiden Afghanistan keget. Ia menambahkan bahwa Presiden Afghanistan baru tahu bahwa Indonesia negara besar dan negara yang sangat majemuk. Untuk itu, Presiden Afghanistan menyampaikan kepada Presiden Jokowi agar hati-hati karena Indonesia negara besar, tetapi sangat majemuk.
“Di Afghanistan saja, yang hanya ada 7 suku, 7 suku, Afghanistan itu, beliau yang menyampaikan, kita 714 suku dari Sabang, Sabang tadi sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote. 714 suku di Afghanistam itu 7 hanya sukunya. Ada yang bertikai 1 suku, 1 suku bertikai, berantem, yang satu kawan dari luar, yang satu bawa kawan dari luar, negara maksudnya. Negara lain masuk, negara lain masuk, akhirnya apa yang terjadi apa, peperangan,” cerita Presiden Jokowi seraya menyampaikan cerita Presiden Afghanistan bahwa sampai sekarang sudah sulit untuk dirukunkan, karena terpecah menjadi 40 kelompok.
Titipan Presiden Afghanistan, lanjut Presiden Jokowi, hati-hati karena 714 suku itu bukan angka yang kecil, kalau ada gesekan sedikit, gesekan kecil, segera selesaikan, segera rukunkan kembali. Ingatkan kembali, tambah Presiden Jokowi, bahwa negara Indonesia ini negara besar.
“Tantangan yang lain yang juga perlu saya sampaikan. Sekarang ini perubahan dunia juga sangat cepat sekali. Dari internet masuk ke mobile internet, masuk lagi ke artificial intelligent, ini perubahan cepat banget,” tutur Presiden.
Saat ini, menurut Presiden, Elon Musk sudah berbicara masalah Tesla mobil fantastik masa depan, hyperloop memindahkan orang dari satu ke tempat ke tempat lain dengan begitu sangat cepatnya, berbicara masalah manajemen luar angkasa, sehingga transisi ini harus diantisipasi.
“Saudara-saudara semuanya, seluruh mahasiswa, ini adalah nantinya, mungkin 5-10 tahun lagi, generasi W, generasi Y ini akan mempengaruhi landscape politik, mempengaruhi landscape pasar, mempengaruhi landscape ekonomi, mempengaruhi landscape sosial,” ujar Presiden.
Semuanya akan berubah, menurut Presiden, karena anak-anak yang menggemari tiap hari pegangannya adalah smartphone, handphone, gadget gawai, enggak mau lagi nanti baca koran, 5-10 tahun lagi anak-anak muda pasti mencari berita di dotcom, di online.
“Sekarang saja sudah, saya saja kalau mau beli sate, juga hanya minta Go Food juga sudah setengah jam sampai. Pengen gado-gado, saya minta Go Food, 30 menit juga datang,” tutur Presiden.
Perubahan ini, tambah Presiden, harus disikapi bersama-sama bahwa perubahan itu sudah nyata ada di dalam diri dan masa depan.
Yang harus dilakukan, menurut Presiden, memperkuat nilai-nilai karakater bangsa, keagamaan karena terjangan ideologi, pertarungan ideologi, dan infiltrasi ideologi itu nyata ada. Ia menambahkan sarana itu baik lewat media sosial seperti facebook, instagram, videoblog, twitter, path, atau bisa semuanya.
“Jadi hati-hati, jangan sampai nilai-nilai karakter ke-Indonesia-an kita ini hilang karena terjangan infiltrasi ideologi, pertarungan ideologi yang kita ini menjadi kalah. Coba lihat infiltrasi budaya itu sudah masuk ke gang-gang kita,” tutur Presiden.
Lebih lanjut, Presiden menanyakan tentang K-pop, Gangname style, SNSD, maupun Band seperti Linkin Park, Metallica saya nonton, Lamb of God, dan Judas Priest.
“Saya nonton. Tapi untuk apa harus tahu, untuk apa kita nonton. Untuk membandingkan posisi kita ada dimana, kekalahan ada dimana, kemenangan kita ada dimana. Jangan sampai kita tergerus oleh itu. Seneng nggak apa-apa. Tapi jangan berikan kesenangan kita semuanya pada dia. Hati-hati Oktober ya akan datang Ed Sheeran ke Indonesia. Ini yang anak-anak muda pasti senang semuanya. Hati-hati,” Presiden mengingatkan.
Di Indonesia, lanjut Presiden, memiliki pemusik seperti Giring Nidji mana tadi. Oh kita punya, Mas Giring Nidji, yang misalnya senang yang Rock ada Superman Is Dead, dan Slank juga ada.
“Ngapain lihat-lihat yang itu. Ya untuk membandingkan. Tahu bagaimana mereka menata lighting-nya seperti apa manajemen panggungnya seperti apa, pengelolaan penontonnya seperti apa. Itu yang ingin saya lihat,” ujar Presiden.
Budaya Indonesia, menurut Presiden, tarian dari Sabang sampai Merauke terdiri dari puluhan ribu jenis yang dimiliki. Ia sampaikan bahwa ideologi Pancasila itu bisa mengarahkan kembali kepada cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia.
“Nanti secara detail saya kira, UKP Pancasila bisa menyampaikan apa sih yang harus kita kerjakan supaya infiltrasi ideologi dari luar, pertarungan ideologi itu dapat kita menangkan. Karena banyak orang mengira pertarungan ideologi itu sudah selesai, pertarungan ideologi besar dinilai sudah selesai karena Tembok Berlin sudah roboh, Perang Dingin sudah selesai, enggak,” pungkas Presiden seraya mengingatkan bahwa dengan cara berbeda budaya tersebut akan masuk, entah lewat musik, tari, ekonomi sehingga perlu kehati-hatian.
Hadir dalam acara ini, Presiden ke-5 Republik Indonesia Megawati, Wakil Presiden ke-6 Republik Indonesia Try Sutrisno, Menko Polhukam Wiranto, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Kepala UKP PIP Yudi Latif, KSP Teten Masduki, Menristekdikti Mohamad Nasir, Panglima TNI Gatot Nurmantyo, Gubernur Jabar Ahmad Heryawan, dan Wali Kota Bogor Bima Aria. (RMI/RAH/EN)
Berita Terbaru