Saat Seskab Buka-Bukaan Soal Pertemuan Presiden Jokowi-Prabowo Subianto di MRT Jakarta

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 22 Juli 2019
Kategori: Berita
Dibaca: 17.512 Kali
Seskab Pramono Anung menjawab pertanyaan Presenter TV One, Balques Manisang, yang ditayangkan dalam acara FAKTA, Senin (22/7) malam. (Foto: JAY/Humas)

Seskab Pramono Anung menjawab pertanyaan Presenter TV One, Balques Manisang, yang ditayangkan dalam acara FAKTA, Senin (22/7) malam. (Foto: Jay/Humas)

Pertemuan yang ditunggu-tunggu antara Presiden Joko Widodo (Jokowi), yang telah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai Presiden RI periode 2019-2024, dengan Calon Presiden Nomor 02 Prabowo Subianto, akhirnya terjadi di Stasiun MRT Lebak Bulus, Jakarta, Sabtu (13/7) lalu.

Kedua tokoh yang berkompetisi itu kemudian bersama-sama naik MRT dari Stasiun Lebak Bulus menuju Stasiun Senayan, dan mengakhiri pertemuan dengan makan siang bersama di Sate Senayan, di salah satu pusat perbelanjaan di kawasan Senayan, Jakarta.

Bagaimana pertemuan itu bisa terjadi? Apakah ada syarat dan deal-deal yang menyertainya? Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung buka-bukaan masalah ini dalam acara FAKTA, yang ditayangkan TV One, Senin (22/7) malam.

Berikut transkripsi wawancara Seskab Pramono Anung dengan presenter Balques Manisang di acara tersebut:

TV One: Mas Pram, Pak Menteri apa kabar? Suka bingung manggilnya gimana.

Seskab: Baik-baik, Alhamdulillah Balques.

TV One: Jadi wajahnya Mas Pram ini yang kita lihat di MRT Lebak Bulus sampai ke Sate Senayan mendampingi pertemuan Presiden Jokowi dengan Prabowo. Tapi kan melihat history-nya sempat begitu …….

Seskab: Ya yang pertama tentunya pertemuan itu terjadi karena memang sudah ada keinginan dari kedua tokoh, baik Pak Jokowi maupun Pak Prabowo. Dan ini menurut saya, momentumnya menjadi pas karena memang sangat ditunggu, bukan hanya oleh publik dalam negeri tapi juga publik luar negeri. Karena bagaimanapun politik kita, demokrasi kita itu dianggap sebagai sebuah role model demokrasi yang mengalami proses pendewasaan apalagi maturity adalah musuh ya. Nah di dalam negeri juga demikian untuk meredakan. Hanya memang untuk mempertemukan kedua tokoh ini karena gerbongnya juga panjang, pertarungannya hampir 10 bulan, pengkubuannya sangat kuat, sehingga tentunya dari dua-duanya ada hambatan juga.

TV One: Seperti apa tuh, mas? Kalau boleh berbagi nih.

Seskab: Ya sebagai contoh lah, sebagai contoh misalnya ada syarat-syarat, misalnya syarat tentang Habib Rizieq itu kan sangat kuat. Padahal tidak pernah ada pembicaraan syarat itu. Dan pada saat pertemuan juga tidak ada syarat-syarat. Jadi, kedua tokoh yang memang sudah saling mengenal lama, dua kali berkompetisi bersama-sama. Sudah sama-sama ingin bertemu, tetapi kan memang barrier-nya ada saja. Tapi Alhamdulillah kemarin bertemu, dan tentunya ada yang mengerjakan untuk pertemuan tersebut.

TV One: Jadi tanpa syarat, kemudian nggak ujug-ujug, khusus untuk mereduksi bagaimana kondisinya dari bawah sampai ke atas. Tapi kan setelah itu banyak sekali respon, nggak dipungkiri tentunya, apalagi dari dalam juga agak lebih dinamis “oh jadi sudah ada posisinya masing-masing” dalam kondisi seperti itu, gimana tuh, Mas?

Seskab: Karena dua tokoh ini bicaranya sebenarnya bukan persoalan-persoalan kecil. Tapi bagaimana supaya demokrasi yang sudah baik ini segera kita konsentrasi untuk bekerja. Jadi bukan kemudian katakanlah mengenai bagi-bagi. Sama sekali tidak ada itu. Bahwa dalam politik itu kemudian ada negosiasi, ada kerjasama ataupun juga nanti tidak kerja sama. Tetapi kalau kemudian itu dibicarakan secara terbuka itu lebih baik. Dan pembicaraan Pak Prabowo dengan Pak Jokowi memang kita atur di gerbong dua. Jadi ada tiga gerbong yang kita persiapkan. Di gerbong dua itu beliau bicara memang hanya berdua. Kebetulan yang viral kemarin itu adalah saya yang ambil gambarnya. Dan dari kedua belah pihak yang mendampingi hanya saya, kemudian Pak Budi Gunawan, Pak Erick Thohir, kemudian Pak Muzani, dan Edi Prabowo, itu aja di dalam gerbong itu. Tapi kita tidak mendengar pembicaraan beliau berdua.

TV One: Kita sempet denger, bener nggak sih bahwa untuk bertemu aja ditempat katakanlah tempatnya netral dan merupakan simbol karya bangsa itu MRT-nya. Tapi banyak juga perbedaan dari internal, kemudian dari kubunya Pak Jokowi atau Pak Prabowo ketemu dimana. Itu ribet nggak tuh, untuk milih tempat aja.

Seskab: Sebenarnya kalau dari kedua tokoh sendiri itu sama sekali tidak ribet. Bahkan Pak Prabowo, kebetulan saya yang menjemput dengan Pak Budi Gunawan, Pak Prabowo menanyakan nanti Presiden dimana saya mau ikut jemput. Jadi Pak Prabowo itu mau ikut jemput Presiden ketika turun dari mobil. Saya bilang jangan, pokoknya nanti kita atur aja, nanti ketemunya juga.

Jadi kalau melihat karakter dua tokoh ini sebenarnya enggak ribet. Tapi kan selalu dalam peristiwa politik besar begitu dua tokoh yang sangat ditunggu-tunggu, banyak orang yang berkeinginan menjadi deal maker. Dan ini kan pasti dari dua belah pihak ada. Makanya kemudian kenapa kita seperti yang saya sampaikan, bekerja dalam senyap, yang tahu ya Pak Jokowi dan beberapa orang yang diutus oleh beliau.

TV One: Diluar dari potret ketemu berdua atau kemudian menggambarkan oke kita sudah nih. Berarti ada tidak konsep mutlak gitu mas Pram, ideologi atau aspirasi dari pihak Pak Prabowo yang disampaikan langsung di meja makan siang itu.

Seskab: Jadi dua-duanya sebenarnya hal yang berkaitan dengan kebangsaan, negara kesatuan, ideologi Pancasila udah selesai. Dan dua-duanya pasti akan pada posisi yang sama. Sehingga apalagi kalau kita lihat latar belakang Pak Prabowo sebagai TNI pasti beliau dalam hal itu juga selesai. Jadi pembicaraan itu lebih mengarah kepada hal-hal yang basic begitu.

TV One: Misalnya?

Seskab: Ya, bagaimana kita melihat demokrasi ke depan, bagaimana rakyat berkaitan dengan perkembangan ekonomi, dan Pak Prabowo kan selalu hal-hal yang berkaitan dengan kerakyatan dan hal itu disampaikan kepada Pak Jokowi, dan tentunya dua-duanya pada posisi yang sama. Nah, kemarin itu menjadi kenapa pertemuannya sebenarnya sempat mau diadakan mungkin seminggu dua minggu sebelumnya, sempat agak tertunda. Karena ya kan yang pertama nunggu MK-nya selesai. Yang kedua para pendukung ini kan dua-duanya itu tidak gampang.

TV One: Masih ada?

Seskab: Ya sampe hari ini mungkin masih ada, tetapi saya menganggap bahwa akhirnya pertemuan kemarin itu, dampak positifnya luar biasa.

TV One: Alhamdulillah seperti itu ya Mas Pram, jadi substansi dari pertemuan, kita lihat ada pasti meskipun mencari persamaan, tapi kita juga bisa lihat aspirasi dari kedua tokoh ini. Bisa nggak komunikasi yang baik ini tetap terjalin dari pihak Pak Prabowo ya, soal listrik, soal BBM, soal sembako murah, soal BUMN yang digaungkan. Bisa nggak itu diakomodir.

Seskab: Ya tentunya langkah ke depan itu kan begini, harus dilihat dua hal. Yang pertama adalah pasti akan ada kerja sama di parlemen, nah bagaimana nanti kerja sama di luar parlemen apakah di eksekutif akan ada kerja sama. Jadi dalam dua sisi itu nanti akan melihat, membedah persoalan-persoalan yang disampaikan tadi. Hal yang berkaitan BBM, BUMN, hal-hal yang berkaitan kebutuhan pokok rakyat, pertanian, masalah ekspor dan sebagainya dikritisi oleh Pak Prabowo maupun Pak Sandiaga ketika di debat pilpres, itu akan pasti akan dipikirkan secara sama-sama.

TV One: Itu soal apa yang dibutuhkan buat bangsa, sekarang yang juga sensitif karena Mas Pram juga sudah sedikit summon ini, soal bagaimana yang dipertanyakan benar nggak sih ada pembicaraan soal Habib Rizieq Shihab, sama sekali tidak ada?

Seskab: Tidak ada.

TV One: Ada penyampaian soal hal-hal sensitif soal ulama, tentang masalah yang dikriminalisasi, tanggapan seperti itu, ada nggak

Seskab: Saya melihat bahwa Pak Prabowo adalah orang yang taat dan patuh kepada hukum, sehingga beliau tahu mana yang perlu disampaikan, mana yang tidak. Nah hal-hal yang begitu, tentunya tidak langsung kepada oleh beliau, melalui messenger dan sebagainya,  yang kalau kemudian ini melanggar hukum, ya tentunya beliau pasti tidak akan.

TV One: Jadi pilihan oposisi seperti apa, identitas oposisi seperti apa yang diminta Pak Jokowi adalah yang bisa 50:50 maksudnya?

Seskab: Ya bukan 50:50 tapi kan di sini modalnya 92%, nanti apakah akan bertambah atau tetap kan sangat bergantung pada proses politik yang ada. Tapi pengalaman kami pernah 10 tahun diluar pemerintahan, enjoy-enjoy aja. Dan akhirnya pada pemerintahan dua periode. Sehingga dengan demikian, sekarang ini harusnya dipahami bahwa demokrasi kita itu memberikan kesempatan, ruang yang luas bagi siapapun dan kemudian berdemokrasi, berbeda pendapat, jangan dendam, jangan hoaks, jangan marah-marah, jangan mau menangnya sendiri, karena ya itulah pilihan-pilihan yang ada.

TV One: Jadi tulisan atau analisa sirkulasi orang orang soal ‘oh ya udah gapapa gue gabung deh satu kan 55% satu lagi 45% jadi nanti sesuai juga dengan angkanya’, itu bagaimana pikiran politik seperti itu?

Seskab: Ya itu mesimplifikasi, menyederhanakan padahal yang ada adalah tetep saya yakin ya, berapa pun perolehan suara di pilpres itu, kemudian juga cermin dari partai-partai yang ada di parlemen, pasti ini bisa menjadi acuan untuk melihat bagaimana konfigurasi politik kita. Karena memang pertarungan harus diakui selama 10 bulan, kebetulan saya juga mendampingi Pak Jokowi terus, itu luar biasa, pembelahan di bawahnya juga luar biasa. Bahkan di keluarga, di rumah, di saudara, di arisan itu pembelahannya luar biasa.

TV One: Ok jadi satu analisis juga, apapun nanti impact atau hasil dari rekonsiliasi atau ya gak mungkinlah semua diakomodir

Seskab: Oh tidak mungkin, harus ada oposisi juga.

TV One: Mungkin pejuang koalisi di sisi Pak Jokowi juga repot ya pak?

Ya harus ada yang mengontrol, karena pemerintah itu harus ada yang mengontrol enggak bisa kemudian semuanya. Tetapi harus diakui juga bahwa demokrasi kita, politik kita itu kebanyakan masih ingin ikut yang menang.

TV One: Masih pingin ikut yang menang itu bagus tuh Mas Pram. Visinya atau kepentingannya?

Seskab: Kalau bagi yang berkepentingan ya termasuk. Termasuk bukan hanya para pelaku politisinya tetapi dunia usaha, masyarakatnya kan selalu ingin ikut yang menang. Padahal yang menang itu adalah demokrasi yang seperti ini, ya kita bersama, sudah tidak ada lagi di luar itu.

TV One: Ok, karena kan kita mau nungguin pertemuan berikutnya, minggu depan mungkin?

Seskab: Ya pertemuan akan ada karena memang beliau berdua sepakat untuk secara frekuensi untuk bertemu, menyamakan persepsi dan kemudian juga menghilangkan sekat. Karena bagaimana pun sebenarnya yang banyak yang tampil di ruang publik itu tidak mengerti apa-apa begitu. Tetapi suaranya lebih kencang, lebih keras, dan publik juga meng-entertaint mereka, tapi ya tidak apa-apa inilah demokrasi.

Jadi tanyanya ke Mas Pram begitu ya. Mas Pram terima kasih, selamat bekerja kembali Pak Menteri. Mudah-mudahan pekerjaannya semakin lancar dengan adanya rekonsiliasi ini, kita lihat impactnya mudah-mudahan juga yang menang ya rakyat Indonesia ya.

(RSF/AGG/ES)

Berita Terbaru