Sambutan Presiden Joko Widodo pada acara penyerahan penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara Tahun 2016 di Istana Negara, Rabu, 30 November 2016

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 30 November 2016
Kategori: Transkrip Pidato
Dibaca: 7.751 Kali

Logo-PidatoBismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Selamat pagi, salam sejahtera bagi kita semuanya

Bapak, Ibu, dan Saudara-Saudara sekalian yang saya hormati, utamanya para penerima penghargaan Adhikarya Pangan Nasional Tahun 2016.

Saya kemarin, turun ke desa, di Tuban, di Desa Sumurgeneng, melihat pemanfaatan dana desa, dipakai untuk apa sih dana desa? Di desa ini, Desa Sumurgeneng ini, dana desa dipakai untuk membangun irigasi. Saya lihat dikerjakan oleh warga desa sendiri. Kemudian mereka juga dibayar, dan saya lihat hasilnya sangat bagus dan baik sekali.

Saya tanya ke Kepala Desa, bisik-bisik. Dapat berapa? Saya sudah lihat, dapatnya dia berapa. Dapat 608 juta Pak. Saya panggil sendiri, saya bisik-bisik. Ada pungutan tidak? Dipotong tidak? Saya harus cek seperti itu. Enggak ada, Pak. Bener? Ndak, Pak. Betul? Ndak, Pak. Saya kejar terus, benar ternyata enggak ada. Ya, alhamdulillah itu yang saya harapkan.

Tadi juga saya cek lagi, tadi kan bertemu sebelum ini, saya kan bertemu dengan 15 penerima Adhikarya di ruangan saya.

Saya tanya tadi, Kepala Desa dari NTT, mana tadi Pak Umbu? Oh ya. Saya tanya, ada potongan enggak untuk dana desa? Jawabannya juga sama, tidak ada, Pak. Awas kalau ada. Siapapun yang motong, saya kejar pasti.

Kenapa? Tahun yang lalu ,dana desa kita berikan 20,5 triliun untuk seluruh Indonesia. Tahun ini, 47 triliun dana desa. Tahun depan, 60 triliun. 2018 saya sudah minta pada Menteri, gimana caranya supaya bisa 120 triliun. Akan saya cek, akan saya kontrol terus penggunaan dana desa ini agar bisa masuk kepada yang berkaitan dengan produksi pangan, baik membangun irigasi, tadi Pak Umbu, Bapak Kepala Desa NTT, juga menyampaikan dipakai untuk irigasi, bagus. Tadi saya diberikan cerita oleh Pak Bupati Wajo, juga anggaran untuk pembuatan kantong air, pembuatan embung juga konsentrasinya bagus ke sana. Ini akan meningkatkan produksi pangan kita.

Saya kalau dengar yang namanya impor pangan, sedih banget. Buah impor, beras impor, tapi tahun ini tadi Menteri Pertanian sudah menyampaikan enggak impor tahun ini, sudah. Jagung dulu masih impor 3,2 juta ton, sekarang sudah turun anjlok 60 persen. Bagus, sampai tahun depan insya Allah sudah tidak impor lagi, atau 2018 Pak Menteri? 2018 sudah tidak impor lagi. Janjian loh ini Pak Menteri dengan saya. Saksinya Bapak Ibu semuanya. Tapi harus didukung oleh Bapak Ibu semuanya juga. Ini hanya masalah kita ini niat, mau atau tidak mau. Ada niat, mau atau tidak mau.

Kalau niatnya kuat, maunya juga kuat, kemauan kuat, rampung urusan-urusan seperti itu. Lagi, yang namanya jagung. Dulu jagung, saya pergi di Magetan, Jawa Timur, saya pergi ke Dompu di NTB, keluhaannya semuanya sama. Pak, harganya jagung hanya Rp1.600,-. Rugi kami, Pak. Sehingga kita utak-utik gimana caranya, agar semua petani semangat tanam jagung. Sudah ketemu, dipatok harganya Rp2.700,- Kalau di bawah Rp 2.700,- Bulog yang akan beli. Digertak dengan itu, sekarang harganya berapa Pak Menteri. Rp3.100,-. Ini alhamdulillah semuanya semangat nanam jagung. Tapi jangan semuanya tanam jagung. Nanti produksi membludak, harga jatuh lagi nanti. Ini nanti yang mengendalikan Pak Menteri Pertanian, hal-hal seperti itu. Jangan sampailah jagung impor, apa itu. Buah impor, kedelai masih impor, coba, garam masih impor. Aduh, masa sih ndak bisa kita itu memproduksi itu?

Sumber daya alam kita, tanah kita semuanya sangat mendukung untuk berproduksi dan bisa bersaing dengan negara yang lain. Ini hanya masalah niat, masalah kemauan. Tapi harus semuanya satu. Pemerintah pusat, pemerintah daerah, gubernur, bupati, walikota sampai kepala desa, penyuluh semuanya, peneliti semuanya, dan petaninya sendiri juga semuanya, kapoltan  semuanya, harus bergerak bareng-bareng. Kalau ndak bekerja sendiri-sendiri, sudah lupakan. Ini harus bekerja bareng-bareng.

Saya sudah memerintahkan kepada Menteri Pertanian, Menteri Desa, Menteri PU, sudah mulai tahun depan. Ini khan dua tahun ini, konsentrasi di waduk-waduk. Tahun depan mulai konsentrasi dibuat embung sebanyak-banyaknya, kantong air sebanyak-banyaknya. Gubernur punya uang juga ke situ semuanya. Kuncinya memang di air.

Di negara manapun yang pertaniannya bagus. Kita intip, kita tengok. Ya air. Kalau airnya ada sepanjang tahun berartii bisa berproduksi tidak hanya nunggu hujan saja. Kunci-kunci seperti itu yang bisa kita kerjakan. Negara kita ini penuh dengan air, kebanyakan, malah jadi banjir yang banyak, ini harus dikelola. Kalau di kali-kali kecil, tutup, diberi pintu, naikkan.

Saya tadi juga tanya ke Pak Menteri, tahun ini dibagi berapa pompa? Ada 40 ribu pompa yang dibagi. Ya cek tadi ke Pak Bupati Wajo juga. Diberi berapa? 1.000 Pak. Diberi 1.000 dari Pak Menteri. Nanti saya mau cek bupati yang lain dapat berapa. jangan-jangan Wajo paling banyak. Tapi enggak apa-apa asal produksinya meningkat, nggak apa-apa. Saya kalau dapat cerita, produksinya kita meningkat. Entah yang namanya cabai, entah yang namanya padi, entah yang namanya jagung, entah yang namanya kedelai, sudah, saya pasti tengok. Saya tadi sudah janjian juga dengan Bupati Wajo juga. Januari saya akan insya Allah akan saya tengok ke Wajo. Karena sudah membikin kantong air, membikin embung yang sangat banyak sekali. Mau saya lihat. Produksinya juga meloncat naik. Saya kira itu yang memang harus kita kerjakan.

Kita masih memiliki banyak peluang untuk menjadi lumbungnya pangan dunia. Masih banyak, sekali lagi banyak sekali peluang yang bisa kita manfaatkan. Hanya memang kita mengejar ini harus dengan lari yang maraton yang cepat, enggak bisa kita hanya biasa-biasa saja.Ditinggal kita kalau cara larinya biasa-biasa saja.

Dan saya senang, seluruh perintis, pelopor yang hadir pada siang hari ini, saya harapkan bisa menularkan ke kanan kiri, menginspirasi yang lain agar semuanya bekerja, semuanya berproduksi agar kita semuanya, rakyat kita ini semuanya produktif.

Kita sekarang ini mempunyai, sudah 1,5 tahun ini, kita mengumpulkan lahan, lahan, lahan sudah ada 9 juta hektar. Tapi belum kita bagi. Nanti dulu, pembagiannya nanti kepada rakyat, entah kepada koperasi harus tepat. Jangan sampai dibagi, dibagi, dibagi, nanti dijual. Tidak untuk berproduksi, dibeli yang gede-gede. Ndak lah, saya kira, saya 1,5 tahun ini saya belum berani membagi karena saya ingin tahu sistemnya benar, cara pembagiannya benar, dan yang diberi itu nanti bisa berproduksi. Entah dibagi, bisa saja 4 hektaran, bisa saja kenapa tidak? Bisa saja 10 hektaran per KK. Tapi sekali lagi, bahwa yang sudah diberi itu betul-betul untuk berproduksi. Ini yang sampai sekarang belum ketemu jurusnya, gimana yang sudah diberi juga tidak dijual. Itu jurusnya belum ketemu. Jadi saya stop dulu. Jangan diberikan sebelum kita memiliki sebuah skema yang benar dalam pembagian itu.

Kita memiliki kesempatan, sekali lagi, untuk menjadi lumpung pangannya dunia. Tadi saya sudah berikan contoh waktu ketemu tadi pagi. Merauke saja memiliki 4,2 juta hektar lahan yang itu sebetulnya sangat bagus untuk entah tanam jagung, tanam tebu, tanam padi. Tetap kalau ditanam padi saja, katakanlah satu hektar bisa 5 ton, 6 ton. Dikalikan saja, 6 kali 4, sudah 24 juta ton sekali panen. Karena air melimpah di sana, bisa 3 kali panen. Tinggal dikalikan tiga, 72 juta ton, sudah sama dengan produksi nasional kita. Hanya di satu kabupaten, bayangkan. Tapi kita tidak pernah fokus, tidak pernah serius mengerjakan itu. Karena problem lapangannya juga banyak.

Inilah tantangan-tantangan yang kita dihadapi yang harus kita selesaikan, persoalan-persoalan itu di lapangan. Dan terutama kepada para penerima penghargaan Adhikarya Pangan Nasional Tahun 2016. Sekali lagi, saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas peran Saudara-Saudara selama ini dalam memajukan sektor pangan di negara kita, Indonesia. Kiranya penghargaan yang sudah diberikan bisa menambah motivasi dan bagi semua pemangku kepentingan bisa terus untuk berkarya, untuk negara kita.

Saya kira itu yang bisa saya sampaikan dalam kesempatan yang baik ini. Terima kasih.

Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

 

Transkrip Pidato Terbaru