Sambutan Presiden Joko Widodo Pada Buka Puasa Bersama dengan Pimpinan Lembaga Negara, Menteri Kabinet Kerja, Perwakilan Tokoh Agama Islam, Perwakilan Pusat Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia, Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), dan Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), 18 Mei 2018, di Istana Negara, Jakarta
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillahirrabbilalamin,
wassalatu wassalamu ‘ala ashrifil anbiya i wal-mursalin,
Sayidina wa habibina wa syafiina wa maulana muhammaddin,
wa ‘ala alihi wa sahbihi ajma’in amma ba’du.
Yang saya hormati yang mulia para ulama, para pimpinan dan ketua lembaga-lembaga tinggi negara, para menteri Kabinet Kerja,
Bapak-Ibu hadirin yang saya hormati.
Telah masuk ke hari yang kedua kita berpuasa di bulan yang penuh kemuliaan ini, di bulan suci yang penuh barokah, penuh ampunan, dan penuh rahmat.
Dan pertama-tama, saya mengucapkan terima kasih atas kehadiran Bapak-Ibu semuanya di sore hari ini atas undangan kami untuk berbuka puasa bersama.
Dan dalam kesempatan yang baik ini, saya ingin bercerita sedikit mengenai yang berkaitan dengan terorisme, baik yang di Mako Brimob, yang di Surabaya, yang di Sidoarjo, maupun yang di Pekanbaru, Riau. Tapi saya hanya ingin becerita mengenai betapa peristiwa kemarin tanpa kita sadari telah membawa anak-anak dalam peristiwa itu.
Saya melihat sendiri langsung bagaimana hancurnya tubuh 2 (dua) orang anak pelaku bom. Tetapi menurut saya ini adalah korban juga, yang bernama Pamela dan Fadhila, umur masih 12 (dua belas) tahun, umur masih 9 (sembilan) tahun. Yang satu 12 (dua belas) tahun, yang satu 9 (sembilan) tahun, hancur semuanya tubuhnya dan tinggal sini ke atas. Juga korban yang ada di gereja, Nathan dan Evan. Umurnya juga sama, 8 (delapan) dan 12 (dua belas) tahun.
Kemudian yang di Poltabes di Surabaya, korban juga, Aisyah, umurnya juga 8 (delapan) tahun, masih 8 (delapan) tahun. Masih lagi yang di rusun di Sidoarjo, korban dan masih dirawat. Gafara juga umurnya masih 10 (sepuluh) tahun, Faisal umurnya masih 11 (sebelas) tahun. Anak-anak semuanya.
Seharusnya anak-anak ini masih dalam kondisi, mungkin masih senang bermain-main di halaman rumah atau di gang-gang. Dan juga seharusnya anak-anak ini juga masih dalam posisi yang senang-senangnya sekolah. Dan mungkin juga baru senang-senangnya berkumpul dengan keluarga, berkumpul dengan teman-temannya.
Yang ingin saya garis bawahi adalah, betapa kejam dan kejinya ideologi terorisme yang sudah membawa anak-anak dalam kancah aksi-aksi mereka. Saya hanya ingin mengingatkan artinya ini apa, artinya idelogi yang kejam ini, ideologi terorime ini telah masuk ke dalam sendi-sendi keluarga kita, keluarga di Indonesia. Ini yang harus hati-hati di sini.
Keluarga yang seharusnya membangun masa depan anak, memberikan rasa optimisme pada anak-anak, memberikan nilai-nilai yang baik, nilai-nilai budi pekerti pada anak-anak kita tapi justru kebalikannya. Hilang semuanya karena keluarga itu mengikuti ideologi terorisme. Dan kita berharap semuanya, jangan sampai ada lagi keluarga-keluarga Indonesia yang hancur karena ideologi ini.
Pemerintah dengan DPR berusaha sekuat tenaga agar Undang-Undang Antiterorisme ini segera kita selesaikan, kita rampungkan. Dan juga pemerintah juga dalam proses membentuk Komando Pasukan Khusus Gabungan yang berasal dari Kopassus, dari Marinir, dari Paskhas dalam rangka memberi rasa aman kepada masyarakat, dalam rangka memberi rasa aman kepada rakyat. Tetapi dengan catatan, itu dilakukan apabila situasi sudah di luar kapasitas Polri. Artinya tindakan preventif jauh lebih penting dibandingkan dengan langkah-langkah represif.
Dan langkah-langkah preventif yang paling baik adalah bagaimana kita semuanya bisa membersihkan lembaga-lembaga pendidikan, dari TK, dari SD, dari SMP, SMA, Perguruan Tinggi dan juga ruang-ruang publik, mimbar-mimbar umum dari ajaran-ajaran ideologi yang sesat, yaitu terorisme.
Saya rasa itu sedikit yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini.
Terima kasih.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.