Sambutan Presiden Joko Widodo pada Dies Natalis Ke-68 Universitas Indonesia dan Peresmian Forum Kebangsaan UI, 2 Februari 2018, di Balairung Kampus Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat
Bismillaahirrahmaanirrahim,
Assalaamualaikum warahmatullaahi wabaraktuh.
Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Om Swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam Kebajikan.
Yang saya hormati Majelis Wali Amanah, Dewan Guru Besar dan Senat Akademik Universitas Indonesia,
Yang saya hormati Rektor dan Jajaran Eksekutif Universitas Indonesia,
Yang saya hormati Ketua dan Pimpinan Lembaga Negara, para Menteri Kabinet Kerja, Gubernur Jawa Barat, Wali Kota Depok,
Yang saya hormati Yang Mulia para Duta Besar Negara-negara Sahabat,
Yang saya hormati yang saya banggakan seluruh Mahasiswa Universitas Indonesia yang pagi hari ini hadir,
Hadirin yang berbahagia.
Pada kesempatan yang berbahagia ini saya ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Universitas Indonesia, sebab Universitas Indonesia lah penyumbang terbanyak menteri-menteri di Kabinet Kerja. Sampai saat ini ada enam alumni UI yang sekarang membantu saya di Kabinet Kerja.
Pak Darmin Nasution Menko Perekonomian, ini dari UI. Ibu Puan Maharani Menko PMK dari UI. Ibu Sri Mulyani Menteri Keuangan dari UI. Ibu Nila Moeloek Menteri Kesehatan. Enggak hadir, mau saya kenalkan enggak hadir. Bapak Syofyan Djalil Menteri Agraria dan Tata Ruang dari UI. Pak Bambang Brodjonegoro Menteri BPN/Kepala Bappenas, juga dari UI. Saya cari-cari di depan ternyata di belakang. Tambah satu lagi yang doktornya dari UI yaitu Pak Moeldoko, Kepala Staf Kepresidenan. Ini S2, S3 dari UI. Dan juga yang sehari-hari dekat dengan saya, Staf Khusus saya Pak Sukardi Rinakit, Pak Johan Budi juga dari UI.
Ini menunjukkan bahwa Universitas Indonesia itu gudangnya orang-orang pintar, orang-orang pintar. Universitas Indonesia itu sumbernya para pejuang pembangunan. Universitas Indonesia itu sumber inspirasi, sumber energi untuk satu tujuan yaitu mencapai Indonesia Maju, Indonesia yang maju.
Ada dua hal besar yang ingin saya sampaikan pada pagi hari ini. Dua hal besar yang sedang kita kerjakan dan akan kita kerjakan, yaitu investasi di bidang infrastruktur dan investasi di bidang sumber daya manusia. Membangun jalan, membangun jembatan, membangun tol laut, membangun pelabuhan, membangun airport (bandar udara), membangun waduk, termasuk listrik di pelosok negeri adalah sebuah permulaan. Selain untuk menopang ekonomi nasional juga untuk memenangkan kompetisi global, memenangkan persaingan global. Pembangunan infrastruktur juga mempersatukan Indonesia untuk membangun keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Coba kita lihat bagaimana infrastruktur yang ada di Papua sebelum-sebelumnya. Jalan seperti ini. Ini jalan di Papua. Bagaimana rasa keadilan dan pemerataan kalau kita bandingkan dengan infrastruktur yang ada di Jawa, di Sumatra, dan di wilayah-wilayah yang lain? Ini mencapai 200 kilometer saja menempuh dua hari, satu hari dua malam karena keadaan infrastruktur yang seperti ini. Oleh sebab itu, kenapa yang namanya Trans Papua itu kita bangun? Ini untuk membuka isolasi, untuk membuka kawasan-kawasan terpencil yang ada di Papua. Ini yang sudah kita bangun, meskipun ada beberapa yang belum kita aspal.
Ini gambar yang kedua mengenai perbatasan. Coba kita lihat kantor perbatasan kita sebelumnya seperti kantor kelurahan di Jakarta. Dua-tiga tahun yang lalu, dua setengah tahun yang lalu saya, saya pergi ke Motaain saya melihat kantor kita, Kantor Pos Batas kita, kemudian saya bandingkan dengan yang ada di Timor Leste. Saya pergi ke Entikong, kemudian saya bandingkan lagi dengan yang ada di Malaysia. Kantor Pos Batas kita betul-betul jauh sekali dengan kantor yang ada di negara-negara tetangga kita. Di Kabupaten Belu, dulu banyak masyarakat kita yang senangnya selfie di kantornya Timor Leste karena lebih bagus. Dan, dua setengah tahun yang lalu, tiga tahun yang lalu saya perintahkan kepada Menteri PU untuk meruntuhkan kantor-kantor yang lama, kemudian dibangun kantor yang baru. Karena ini bukan urusan kantor, menurut saya ini adalah urusan kebanggaan kita, urusan harga diri kita sebagai bangsa yang besar.
Nah ini setelah dibangun. Ini di Wini. Ada di Nanga Badau, ada di Skouw, ada di Entikong, ada di Motaain, ada di Motamasin, dan sekarang, dan sekarang. Ini Bupati Belu yang menyampaikan kepada saya, Pak, sekarang yang ada di sana sekarang pergi ke tempat kita, selfie di tempat kita sekarang. Bukan kita yang selfie ke tempat mereka tapi mereka yang selfie di tempat kita, gantian .
Melalui pembangunan infrastruktur kita menerangi desa yang selama ini gelap, kita menyediakan air bagi rakyat sepanjang tahun kekeringan karena kita bangun waduk, 49 waduk selama lima tahun ini. Ada tujuh waduk yang kita bangun di NTT, karena di NTT masalah besarnya adalah air. Kita memperlancar keluar masuk barang bagi mereka yang terisolasi dan dalam kesendirian. Kita menghubungkan yang tidak terhubung. Kita menyentuh yang selama ini juga tidak tersentuh. Lebih dari itu, sekali lagi, kita ingin memberikan rasa keadilan, pemerataan terhadap mereka yang selama ini merasa dilupakan. Jadi infrastruktur yang kita bangun bukan hanya infrastruktur untuk pembangunan ekonomi, tetapi juga infrastruktur yang berkeadilan.
Hadirin yang berbahagia,
Untuk membangun Indonesia Maju kita membutuhkan SDM, sumber daya manusia yang maju, yang unggul, yang andal. Yang di satu sisi bisa membantu menyelesaikan masalah-masalah mendasar, memenuhi kebutuhan dasar rakyat tetapi di sisi yang lain kita juga butuh SDM yang mampu memenangkan persaingan global, mampu memenangkan kompetisi global. Indonesia Maju tidak mungkin bisa kita capai tanpa SDM yang unggul, yang kompetitif.
Saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat cepat, berubah sangat cepat. Dan kita tidak bisa mengisolasi diri dari perkembangan tersebut. Revolusi industri 4.0 yang sedang berlangsung harus diantisipasi secara serius. Digitalisasi, kekuatan komputasi dan analitik data telah melahirkan terobosan-terobosan yang mengejutkan di berbagai bidang. Teknologi cyber physical misalnya, telah ditandai dengan munculnya autonomous vehicle, kendaraan tanpa awak. 3D printing yang bisa membuat bangunan dan juga senjata dengan metode printing yang murah dan cepat. Advanced robotic yang bisa mengambil alih peran manusia bahkan bisa menjadi tour guide. Internet of things, big data, artificial intelligence, dan virtual reality ternyata terus berkembang yang diaplikasikan dalam blockchain dan cryptocurrency mata uang yang tanpa bank sentral yang saat ini sedang diperebutkan banyak orang.
Demikian pula dengan perkembangan bioteknologi ilmu saraf berbasis teknologi komputasi, teknologi biologi sintetik dan edit DNA, sebuah teknologi pengurutan gen yang memungkinkan penyembuhan penyakit dengan cara baru yang lebih mendasar dan lebih murah. Selain membawa implikasi di dunia kedokteran, bioteknologi baru tersebut juga akan banyak mengubah cara beternak, juga cara bertani dengan cara multilayer urban farming.
Hadirin yang berbahagia,
Perkembangan teknologi tersebut sangat mempengaruhi lanskap ekonomi, lanskap sosial budaya, dan bahkan juga lanskap politik nasional maupun internasional. Bisnis supermarket yang dulunya sangat mapan sekarang ini juga tunggang langgang diterpa pasar online. Biro perjalanan yang juga menurun drastis setelah munculnya online ticketing. Pasar, pasti masih ada bisnis-bisnis lama yang tutup dan muncul jenis bisnis-bisnis baru.
Bahkan dunia politik dan pemerintahan juga harus cepat menyesuaikan diri. Pemerintahan dipaksa untuk kerja cepat, untuk kerja efisien. Pekerjaan administrator dan akuntan semakin diotomatisasikan. Tatkala lanskap politik, lanskap ekonomi, dan lanskap sosial budaya berubah, pasti agenda penelitian juga perlu mengalami perubahan. Pasti kurikulum dan metode pendidikan juga harus berubah, pasti kompetensi SDM yang dibutuhkan juga harus berubah, pasti cara kerja organisasi juga harus menyesuaikan. Tidak ada pilihan lain agar kita menjadi Indonesia maju. Kita harus melakukan perubahan, perubahan mindset, perubahan pola pikir, perubahan cara kerja, perubahan model organisasi, produktivitas, disiplin nasional, inovasi, semuanya harus berubah.
Saya yakin bahwa pendidikan tinggi adalah organisasi yang paling sempurna sebagai rujukan reformasi, organisasi yang responsif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, organisasi yang fleksibel dan lentur dalam menanggapi perubahan zaman. Saya yakin SDM pendidikan tinggi adalah SDM yang paling progresif, yang paling terbuka terhadap perubahan, yang paling agresif dalam mengembangkan terobosan-terobosan, dan paling antisipatif menatap masa depan. Oleh karena itu, saya berharap agar pendidikan tinggi menjadi penopang ekosistem nasional dalam menanggapi revolusi industri 4.0.
Inovasi adalah kunci. Jangan lagi terjebak rutinitas. Ini saya ulang-ulang berkali-kali di mana-mana, jangan lagi terjebak dalam rutinitas. Cara-cara baru harus dikembangkan. Keinginan mahasiswa dan dosen untuk berinovasi harus terus ditumbuhkan. Kreasi-kreasi baru harus difasilitasi dan dikembangkan. Semua itu membutuhkan fasilitas pendukung di kampus untuk mendorong inovasi yang mendukung para mahasiswa dan para dosen lintas fakultas, lintas ilmu untuk berkolaborasi, untuk berinovasi. Menyediakan semacam coworking space dan creative hub agar inovasi dan kreasi baru bisa dibiayai dan diapresiasi. Para inovator dijejaringkan, serta produk riset dipublikasikan dan dihilirkan. Artinya cara kerja perguruan tinggi harus inovatif. Pendidikan harus dilakukan dengan cara-cara baru dan inovasi-inovasi baru dan kreativitas-kreativitas baru. Kurikulum dan agenda riset harus segera dibenahi untuk disesuaikan dengan teknologi baru dan kebutuhan-kebutuhan baru.
Saya paham agenda perubahan selalu tidak mudah, selalu tidak mudah. Tetapi saya yakin UI bisa melakukannya. Saya yakin UI bisa melakukannya. Menjadi contoh bagi lahirnya inovasi-inovasi dalam berorganisasi, menjadi contoh dalam kurikulum dan metode pendidikan yang melahirkan SDM-SDM yang unggul dan kompetitif, menjadi contoh dalam riset dan hilirisasi yang menyejahterakan rakyat dan memenangkan Indonesia dalam kompetisi global, dalam persaingan global. Saya yakin Universitas Indonesia mampu memberikan kontribusi besar bagi Indonesia maju yang kita cita-citakan.
Selamat ulang tahun ke-68. Dirgahayu Universitas Indonesia. Pandulah Indonesia menuju masa depan nan jaya, Indonesia Maju.
Terima kasih.
Wassalaamualaikum warahmatullaahi wabarakatuh.