Sambutan Presiden Joko Widodo Pada Ground Breaking Proyek-proyek Strategis Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Timur, Di Kawasan Industri Buluminung, Kabupaten Penajam Paser Utara, 19 November 2015

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 19 November 2015
Kategori: Transkrip Pidato
Dibaca: 14.750 Kali

Logo PidatoAssalamualaikum wr.wb.

Selamat sore. Salam sejahtera bagi kita semuanya.

Yang saya hormati Wakil Ketua DPD RI. Yang Mulia para duta besar yang hadir, dari Rusia dan dari Sychelles

Yang saya hormati para Menteri Kabinet Kerja, Gubernur Kalimantan Timur, serta Bupati Penajam Paser Utara, seluruh undangan, Bapak/Ibu sekalian yang saya hormati.

Tadi telah banyak disampaikan oleh Gubernur Kalimangan Timur Pak Awang Faruk. Saya hanya ingin mengingatkan kita semuanya, bahwa negara kita pernah tiga kali kehilangan, dan lupa kita membangun pondasinya.

Yang pertama, saat booming minyak tahun 70-an. Kita lupa membangun industrialisasi, lupa membangun hilirisasi, sehingga pondasi pembangunan kita tidak kokoh ditancapkan.

Yang kedua, saat booming kayu tahun 80-an. Kita juga lupa menancapkan pondasi itu. Kayunya habis, banjirnya yang datang.

Yang ketiga, minerba, kita juga hampir kehabisan lagi.

Oleh sebab itu, saya sangat menyambut baik apa yang sudah direncanakan tadi oleh gubernur, bahwa yang namanya industrialisasi dan hilirisasi, itulah yang akan memberikan nilai tambah kepada Kalimantan Timur.

Jangan semuanya dikirim mentah, jangan semuanya dikirim dalam bentuk raw material. Habis kita. Sangat ironis sekali.

Saya tadi malam bertemu dengan redaktur-redaktur harian di Kalimantan Timur. Saya tanya apakah di Kalimantan Timur yang merupakan gudangnya energi, masih byar-pet.

“Bukan hanya sekali, Pak, sehari, tapi lima kali.”

Di semua propinsi juga seperti itu. Setiap saya pergi ke propinsi, setiap saya pergi ke daerah, ke kabupaten, selalu keluhannya satu: “Pak, listrik di sini byar-pet.”

Kembali ke tempat lain: “Pak, listrik di sini byar-pet.”

Ke tempat lain: “Pak, di sini byar-pet.”

Menginap di hotel, manajer hotelnya: “Pak, di sini byar-pet.”

Itu problem besar kita yang harus kita atasi secepat-cepatnya. Tapi yang namanya membangun power plant, pembangkit listrik itu memerlukan waktu. Selama 70 tahun merdeka, kita hanya bisa membangun 53 ribu MW. Dalam lima tahun ini, memang untuk mengejar, ada kebutuhan 35 ribu MW. Sangat besar sekali. Kalau itu tidak terkejar, saya tidak tahu akan terjadi kejadian apa. Byarpet-nya mungkin tidak lima kali, bisa 2-3 kali lipat, bisa 10-15 kali setiap hari.

Oleh sebab  itu, 35 ribu MW itu kebutuhan, bukan target.  Kebutuhan yang harus secepat-cepatnya diadakan. Banyak yang pesimis, “Pak, 70 tahun saja hanya 53 ribu MW, ini lima tahun mau ngejar 35 ribu.”

Buat saya tidak ada yang tidak kata-kata tidak mungkin. Insha Allah. Karena problem kita, seperti yang tadi disampaikan oleh Pak Gubernur, problem kita itu hanya diperizininan yang terlalu lama. Mengurus izin pembangkit listrik.

Saya tanya ke yang mengurus itu, ada yang ngomong dua tahun. Saya pindah ke yang lain, “Pak, saya bukan dua tahun, tapi empat tahun.” Kaget lagi saya. Ketemu yang lain lagi, “Pak, saya bukan dua tahun, empat tahun, saya enam tahun belum beres, Pak.”

Bayangkan betapa pemerintahan kita ini kebanyakan izin. Siapa yang mau membangun pembangkit listrik kalau mengurus izinnya seperti itu. Siapa yang mau? Sudah lemas sebelum izinnya selesai.

Ada 69 izin. Bayangkan. Apa dipikiri setiap mengurus izin itu gratis? Saya tahu, ruwetnya kayak gitu. Sehingga kemarin kita potong dari 69 izin potong menjadi 22 izin. 22 jangan ditepuki, itu masih kebanyakan buat saya. Saya hitung masih 265 hari, kebanyakan juga. Hampir setahun. Kalau diteruskan seperti ini, tidak akan mungkin 35 ribu MW tercapai.

69 izin, saya pernah ditunjukan, hampir 300 lembar digotong izinnya segini. Semua aturan kita yang membuat sendiri, bukan negara lain. Kita ini menjebak diri kita sendiri, mengkerangkeng diri kita sendiri.

Kalau membuat Peraturan Menteri (Permen), yang membuat saja menteri, kan bisa juga diubah. Kalau untuk kepentingan negara, untuk kepentingan rakyat. Peraturan Presiden (Perpres) yang membuat kita, kenapa kita tidak ubah sesederhana mungkin. Peraturan Pemerintah (PP) juga sama, itu yang membuat juga pemerintah. Lha kok kita meruwet-ruwetkan diri kita sendiri. Setelah listriknya tidak tercapai, byarpet, bingung kita sendiri. Kan lucu.

Ini yang memang harus dirombak, dirubah total, acara-acara yang tidak efisien seperti ini. Asal dengan catatan, untuk kepentingan nasional, untuk kepentingan negara, untuk kepentingan rakyat, kuncinya di situ.

Bapak/Ibu dan Saudara-saudara sekalian,

Negara manapun sekarang ini saling bersaing, saling berkompetisi, untuk apa? Mendatangkan investasi sebanyak-banyaknya. Kota juga sama, kabupaten juga sama, propinsi juga sama, negara juga sama. Karena semakin banyak arus uang masuk ke sebuah kota, semakin banyak arus modal masuk ke sebuah propinsi, semakin banyak arus investasi masuk ke sebuah negara.

Jadi kalau ada arus uang yang portofolio maupun yang foreign direct investment, arus uang, arus investasi, arus modal masuk, itulah yang sekarang dikejar oleh negara-negara di manapun. Propinsi juga sama, kota memang harus begitu, karena semakin banyak arus uang yang ada di sebuah daerah, di sebuah propinsi, di sebuah negara, akan semakin makmur rakyat di kabupaten itu, di propinsi itu, di negara itu. Itu kunci.

Karena kalau kita memakai APBN, tidak akan, masih jauh dari cukup. Sangat jauh sekali. Infrastruktur kita habisnya kira-kira Rp 5 ribu triliun. Dari APBN siap kira-kira hanya Rp 1.400 triliun. Kekurangannya dari mana? Apakah nunggu berpuluh-puluh tahun. Tidak bisa. Akan ditinggal oleh negara yang lain.

Tetapi sekali lagi, investasi yang masuk itu tolong juga dihitung. Jangan investasi yang masuk nanti menguras sumber daya alam kita. Kalkulasi. Itu kalau di kabupaten, atau propinsi, atau kota, Bappeda-nya hitung, jangan sampai nanti investasi justru menguras sumber daya alam kita. Itu juga harus dihitung. Tetapi kalau yang namanya industri, infrastruktur, manufaktur, silahkan. Karena itu pasti akan memberikan nilai tambah pada bahan mentah (raw material) yang ada di sebuah negara, propinsi, maupun daerah.  Tolong dibedakan, kalau arus investasi itu untuk mengambil sumber daya alam, kalkulasi, hati-hati.

Bapak/Ibu sekalian yang saya hormati,

Saya senang sekali hari ini bisa melakukan groundbreaking proyek-proyek infrastruktur yang akan dibangun di Kalimantan Timur. Tapi sekali lagi, yang namanya sudah groundbreaking itu harus segera proyeknya dimulai. Karena saya pastikan, 3-4 bulan lagi pasti akan saya cek. Kalau bekerja dengan saya jangan hanya groundbreakang-groundbreaking. Pasti akan saya cek.

Jalan tol Sumatera, saya sudah cek ke sana tiga kali dalam setahun. Sampai mana, sudah berapa kilo, sudah dicor atau belum. Jadi yang di sini, saya sudah diberitahu oleh Pak Gubernur, “Pak Presiden, ini tol yang di Balikpapan sampai Samarinda, sudah tiga tahun berhenti.” Saya kirim Menteri PU-Pera untuk mengecek, berhenti karena apa. Saya sudah mikir, pasti lahan. Ternyata benar, ada problem lahan. Yasudah diselesaikan, saya beri waktu. Kalau saya kerja pasti saya beri target. Dan alhamdulillah, segera bisa dilanjutkan, semoga nanti kebut-kebutan dengan di Sumatera. Di sini ada tol, di sana ada tol.

Kereta api juga sama. Nanti di Kalimantan juga ada kereta api, Sulawesi ada kereta api, di Papua juga ada kereta api. Saya kemarin disuruh groundbreaking kereta api di Sulawesi saya nggak mau. Saya mau kalau relnya sudah minimal 3-4 km, saya mau datang. Saya sudah dilapori kemarin, sudah lebih dari 5 km. Berarti minggu depan saya datang.

Nanti saya kebanyakan groundbreaking, hanya digroundbreakang-groundbreaking. Jadi hati-hati. Ini proyek yang saya baca terlalu banyak sekali.  Saya pastikan akan saya cek satu persatu. Jangan saya hanya disuruh mengucapkan groundbreaking tetapi tidak dimulai, hati-hati yang bertanggungjawab. Baik menterinya, gubernurnya, maupun bupatinya. Karena begitu saya mengucapkan, saya pasti akan kontrol, pasti saya akan cek. Dan tidak hanya satu kali kata-kata cek. Saya akan cek, saya akan cek, saya akan cek, saya akan cek lagi. Saya pastikan itu.

Baiklah, karena tadi sudah diucapkan oleh Pak Gubernur Kaltim, saya tidak akan ulang lagi. Akhirnya dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim, groundbreaking proyek-proyek strategis pemerintah propinsi Kalimantan Timur sore hari ini saya nyatakan dimulai.

Terima kasih.

Wassalamualaikum wr.wb.

(Humas Setkab)

Transkrip Pidato Terbaru