Sambutan Presiden Joko Widodo pada Kajian Ramadan 1438 H Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur, 3 Juni 2017, di Universitas Muhammadiyah Malang Dome, Kota Malang, Jawa Timur

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 3 Juni 2017
Kategori: Transkrip Pidato
Dibaca: 5.358 Kali

Logo-Pidato2-8Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Yang saya hormati Yang Mulia para alim ulama,
Yang saya hormati Ketua PP Muhammadiyah beserta seluruh jajaran pengurus Muhammadiyah, utamanya pimpinan wilayah Jawa Timur,
Yang saya hormati Profesor Malik Fajar, Profesor Din Syamsudin,
Yang saya hormati para menteri Kabinet Kerja, Gubernur Jawa Timur, Wali Kota Malang, seluruh jajaran Forkominda Provinsi Jatim,
Yang saya hormati pimpinan organisasi perempuan Muhammadiyah (Aisyah),
Yang saya hormati Rektor Universitas Muhammadiyah Malang beserta seluruh mahasiswa/mahasiswi dan forum rektor,
Hadirin dan undangan yang berbahagia.

Setelah mencoba jas jaket ini, tadi waktu dipasang pertama saya agak khawatir, kok sulit sekali. Apakah saya sudah gemuk? Tetapi setelah masuk pas seperti ini, saya merasa saya masih kurus. Alhamdulillah saya masih kurus.

Puji dan syukur ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan karunia-Nya kita semuanya dapat hadir di acara Silaturahim Kajian Ramadan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur dalam suasana berpuasa yang sejuk di kota Malang ini dan semuanya, alhamdulillah, dalam keadaan sehat walafiat.

Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara sekalian,
Tadi tausiyah sudah disampaikan oleh Bapak Ketua PP Muhammadiyah. Saya bercerita yang lain. Kita tahu semuanya setiap detik, setiap menit, setiap hari, setiap minggu, setiap bulan dunia berubah begitu sangat cepatnya, sangat cepat sekali. Internet kita baru belajar, sudah berpindah ke mobile internet. Mobile internet kita baru sedikit akan tahu, sudah muncul sekarang artificial intelligence. Perubahannya begitu sangat cepat sekali. Kita juga melihat negara-negara lain sudah berlomba-lomba mengembangkan teknologinya. Kita lihat Tesla, mobil fantastik masa depan. Kita lihat Hyperloop, sebuah alat transportasi yang bisa memindahkan orang dari satu tempat ke tempat lain dengan begitu sangat cepatnya. Negara yang lain sudah berbicara mengenai SpaceX, bagaimana mengelola ruang angkasa, bagaimana me-manage ruang angkasa. Setahun, dua tahun, tiga tahun yang lalu, kita sudah tahu mengenai Paypal, tapi sekarang muncul yang namanya Alipay. Betapa perubahan itu sangat cepat, sangat cepat, dan sangat cepat sekali.

Sekarang saya ingin masuk ke dalam sebuah sejarah usaha-usaha BUMN kita. Saya hanya ingin membandingkan. Pada tahun ’72, Indonesia telah memiliki PT PAL, bisa membuat kapal. Dan tahun 1973, setahun setelah itu, Korea juga sama membuat PT PAL, juga sama membuat kapal. Tahun ini kita juga sudah bisa membuat kapal, tahun itu kita sudah bisa membuat kapal, tahun ini kita juga sudah bisa membuat kapal. Tetapi Korea Selatan tahun ini sudah bisa membuat kapal selam dan kita harus beli kesana kalau kita ingin memiliki kapal selam.

Catatan yang lain, tahun ’77 Indonesia sudah memiliki jalan tol yang namanya Jagorawi. Negara yang lain berbondong-bondong melihat kita. Itu panjangnya kurang lebih hanya 60 km. Negara lain lihat, Malaysia lihat, Thailand lihat, Vietnam lihat, semuanya melihat, Tiongkok/China melihat kita. Tahun ini berarti sudah 40 tahun. Jalan tol kita memang sudah tambah dari 60 km, sekarang menjadi 780 km. Saya ingin bandingkan yang dulu negara lain lihat, yang ini sangat ekstrem. Tiongkok/China dulu lihat, sekarang jalan tol mereka sudah 280 km.

Tahun ’70-an kita ingat Malaysia banyak meminta kita guru-guru. Kita mengirim kesana guru-guru. Mahasiswa dari sana banyak yang belajar di negara kita. Sekarang perbandingannya adalah income perkapita. Kita sekarang kurang lebih  3.400. Di sana sudah kurang lebih 3 kali lipat kita. Padahal dulu guru, mahasiswa, semuanya belajar dari kita.

Apa yang salah dari ini? Dan sebetulnya cerita-cerita lain yang masih banyak sekali. Yang pertama, saya ingin menggarisbawahi cerita 6-8 bulan ini, yang ini juga bisa mengingatkan kita betapa energi kita habis, betapa pikiran kita habis, betapa anggaran kita banyak yang habis untuk hal-hal yang sebetulnya tidak perlu. Saling menyalahkan, saling memfitnah, saling menjelekkan, saling mencela, saling menghujat, saling mendemo. Betapa energi kita habis untuk ini. Berapa ratus milyar dan mungkin sudah trilyun Polri keluar anggaran untuk pengamanan-pengamanan demo-demo yang ada.

Dan kita melupakan, kita lupa bahwa kita ini saudara. Kita lupa persaudaraan kita, kehidupan muamalah kita. Dalam keseharian kita, kita lupa bahwa kita ini beraneka ragam. Beragam, bermacam-macam. Beragam agama, beragam suku, beragam ras. Kita memiliki 714 suku, memiliki 1.100 lebih bahasa lokal, memiliki 516 kota dan kabupaten, memiliki 34 provinsi, memiliki 17 ribu pulau. Betapa sangat beragamnya kita. Kita lupa ukhuwah islamiyah kita karena 85 persen penduduk kita adalah muslim. Kita lupa ukhuwah wathaniyah kita bahwa kita ini sebangsa dan setanah air. Sehingga kembali lagi kita kehabisan energi untuk hal-hal yang tidak perlu.

Oleh sebab itu, pada kesempatan yang baik ini saya ingin mengajak kepada kita semuanya untuk kembali pada jati diri kita sebagai sebuah bangsa yang besar, karakter bangsa kita sebagai bangsa dan negara yang besar, kembali pada etos kerja yang tinggi, kembali pada produktivitas yang tinggi, kembali kepada kedisiplinan nasional kita yang tinggi, kembali kepada etika berbangsa dan bernegara yang tinggi, kembali kepada etika bermasyarakat yang tinggi, kembali kepada karaker kita, budi pekerti yang baik, akal budi kita yang baik, kesopanan kita yang baik, kesantunan kita yang baik. Meskipun saya tahu bahwa yang baik-baik ini semuanya ada di Muhammadiyah. Oleh sebab itu, saya mengajak kepada seluruh jajaran pengurus, seluruh anggota untuk bersama-sama mengajak lingkungan kita, mengajak teman-teman kita, mengajak tetangga-tetangga kita kembali kepada etika berbangsa dan bernegara, etika bermasyarakat yang baik sehingga kita bisa kembali konsentrasi lagi ke hal-hal yang positif.

Oleh sebab itu, pada kesempatan yang baik ini menurut saya ada 3 (tiga) hal penting yang harus kita selesaikan untuk mengatasi hal-hal yang tadi saya sampaikan.

Yang pertama, bahwa semangat keagamaan kita telah diberi ruang yang sebesar-besarnya oleh negara. Oleh sebab itu, marilah kita gunakan ruang yang besar ini untuk mengembalikan lagi semangat ukhuwah kita, ukhuwah islamiyah, ukhuwah wathaniyah, dan mengisi setiap ruang-ruang itu untuk memperbaiki baik mulai dari anak-anak sampai ke orang dewasa. Hal-hal yang berkaitan dengan etika, nilai-nilai etika, nilai-nilai budi pekerti, nilai-nilai kesopanan, nilai-nilai kesantunan, nilai-nilai akal budi. Karena dari situlah kita nanti akan bisa mengejar ketertinggalan dari negara-negara yang lain. Artinya, semangat keagamaan ini harus kita pakai untuk menuju ke arah yang tadi saya sampaikan.

Yang kedua, di bidang pendidikan sama juga, kita ingin membangun membuah sumberdaya manusia karena persaingan yang semakin sengit, kompetisi yang semakin sengit antar negara. Oleh sebab itu, pendidikan harus dilandasi, dan saya sudah sampaikan kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, harus didasari kepada nilai-nilai agama, nilai-nilai moralitas, nilai-nilai etika, nilai-nilai integritas, nilai-nilai mentalitas yang baik. Percuma anak-anak kita pandai tapi nilai-nilai ini tidak ada, tidak ada artinya.

Yang ketiga, kembali lagi tadi sudah saya sampaikan, saya ingin menekankan sekali lagi nilai-nilai persaudaraan kita. Harus betul-betul kita ingatkan kepada kita semuanya ukhuwah kita.

Terakhir saya bertemu dengan Presiden Afganistan Ashraf Ghani. Beliau menyampaikan, bercerita Afganistan mulai awal dan sampai sekarang. Pada saat awal beliau menyampaikan bahwa ada 2 (dua) kelompok yang bertikai. Kemudian membawa dari luar masuk, yang satunya membawa dari luar masuk. Akhirnya berantem dan sampai saat ini sangat sulit untuk didamaikan kembali karena faksinya/kelompoknya sudah bukan yang 2 (dua) itu tapi sudah menjadi 40. Beliau berpesan kepada saya, Presiden Ashraf Ghani, “Presiden Jokowi”, karena saya sudah bercerita mengenai banyaknya suku, banyaknya pulau, beliau menyampaikan, “Presiden Jokowi, Indonesia diberikan anugerah keanekaragaman suku, ras, agama, dan begitu banyaknya pulau.” Itu sudah menjadi hukum Allah, sudah menjadi kodrat kita, sudah menjadi takdir Allah bahwa kita memang bersuku-suku, bermacam agama, dan berpulau-pulau. Tetapi Presiden Ashraf Ghani menyampaikan, “hati-hati, jangan sampai ada gesekan sekecil apapun.” Karena suku di Indonesia sangat banyak sekali, agama di Indonesia juga sangat beragam. Beliau menyampaikan, “kalau ada 1, 2, 3, 4, …., 1.000, 2.000, 10.000, 20.0000, ada yang merugikan yang 250 juta, lebih baik yang diselamatkan adalah yang besar. Beliau menyampaikan, jangan ragu-ragu di awal-awal untuk bertindak tegas karena kalau sudah terlanjur dalam jumlah suku, agama, itu akan lebih rumit dari yang beliau ceritakan di Afganistan tadi. Terakhir, beliau meminta kita, dengan pengalaman seperti itu beliau meminta untuk dari Indonesia ada delegasi ulama, delegasi pemerintah untuk ikut merukunkan mereka.

Tapi saya membayangkan, ya sudah terlanjur seperti itu akan sangat sulit sekali. Tapi saya sudah janji akan mengirimkan tim delegasi itu atau kalau tidak saya juga sudah menyampaikan kepada Menteri Luar Negeri apakah bisa dijajaki untuk yang pimpinan-pimpinan 40 faksi, 40 kelompok itu diundang ke Indonesia. Ini juga akan bisa memberikan pengalaman kepada kita, juga akan memberikan pengalaman kepada mereka melihat negara kita Indonesia.

Bapak, Ibu, Hadirin yang berbahagia,
Terakhir, saya ingin berbicara masalah yang berkaitan dengan PKI. Kok tepuk tangan? Karena sekarang ini banyak isu-isu bahwa PKI bangkit, bahwa komunis bangkit. Pertanyaannya, di mana? Di mana? Karena jelas, sudah jelas di konstitusi kita jelas, ada TAP MPR-nya jelas bahwa PKI, bahwa komunisme itu dilarang di negara kita Indonesia. Jadi kalau ada, tunjukkan kepada kita, tunjukkan kepada saya. Saya akan gebuk detik itu juga. Payung hukumnya jelas kok, sudah dilarang kok.

Apalagi sampai disorong-sorongkan ke saya, seolah-olah saya melindungi. Yang dilindungi itu yang mana? Ini supaya clear. Ada yang sering dikait-kaitkan juga. Pada saat PKI dibubarkan umur saya baru 3 (tiga) tahun. Karena enggak logis, ditarik orang tua saya. Ya ngecek kan gampang sekarang, PP Muhammadiyah juga punya, di Solo ada, dicek saja orang tua kita, bapak-ibu kita tinggal di mana, tinggal di kampung mana, tinggal di desa mana. Kakek-nenek juga bisa dicek di desa mana, di kampung mana. Sangat mudah sekali dalam era keterbukaan seperti ini.

Sebetulnya saya juga malas menanggapi, tapi sekarang mumpung ada kesempatan saya ngomong lah. Karena ini kan forum besar. Sangat mudah sekali. Jadi kalau masih ada orang yang entah bermain kata-kata, entah menduga-duga, ngecek-nya sangat mudah sekali, sangat mudah sekali. Kalau berita-berita di medsos itu kan semua orang kan bisa membuat berita. Sekarang ini kan berita yang tidak terverifikasi gampang sekali dibuat.

Saya kira itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Sekali lagi saya menghaturkan/menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya atas undangan yang diberikan kepada saya untuk menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan acara kajian Ramadan pada tahun ini.

Mohon maaf karena acaranya sebuah acara yang sangat besar tidak ada kuis. Karena senangnya, masyarakat kalau ketemu saya senangnya kok kuis. Saya kadang-kadang juga heran. Tadi saya pikir tidak ada yang ngingetin ternyata dari pojokan sana ada yang, “kuis Pak.” Sudah lah, enggak ada kuis.

Baiklah saya tutup,
Terima kasih,
Wabillahi taufik wal hidayah
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Transkrip Pidato Terbaru