Sambutan Presiden Joko Widodo pada Pembukaan Rakernas APKASI XI, 6 Juli 2018, di Indonesia Convention Exhibition (ICE) Tangerang, Banten
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat pagi.
Salam sejahtera bagi kita semuanya.
Syalom.
Om swastiastu.
Namo Buddhaya.
Salam kebajikan.
Yang saya hormati Ketua APKASI, beserta seluruh jajaran pengurus;
Para Bupati yang hadir;
Yang saya hormati Yang Mulia para Duta Besar negara-negara sahabat;
Yang saya hormati pimpinan lembaga negara hadir di sini, Kapolri;
Yang saya hormati para Menteri Kabinet Kerja, Pak Menteri Dalam Negeri, Pak Sekretaris Kabinet;
Bapak-Ibu sekalian seluruh Kepala Dinas, tamu undangan yang berbahagia.
Mulai hari ini kita harus sadar, kita harus memahami, bahwa perubahan besar sedang terjadi di dunia. Perubahan besar yaitu yang namanya era digital, yang namanya revolusi Industri 4.0. McKinsey Global Institute menyampaikan bahwa perubahan sekarang ini di revolusi Industri 4.0 kecepatannya itu 3.000 kali lipat dibandingkan revolusi industri yang pertama. Artinya apa? Akan ada perubahan-perubahan yang sangat cepat.
Inilah yang harus kita pahami, yang harus kita sadari, dan harus kita antisipasi. Dari pusat, provinsi, kabupaten/kota, semuanya harus menyadari ini. Kalau tidak ingin kita dilindas oleh perubahan zaman yang begitu sangat cepatnya. Ada artificial intelligence, ada big data, ada internet of things, ada 3D printing. Hal-hal seperti ini harus kita ikuti.
Coba kita lihat, sekarang membangun rumah hanya 24 jam dengan 3D printing. Dan sudah terjadi. Dulu kita bayar pakai uang cash, ganti lagi ada yang pakai kartu kredit. Sekarang sudah berubah lagi dengan emoney, dengan gadget kita, dengan gawai kita, dengan smartphone kita. Bisa bayar di semua gerai, di semua outlet, di semua mal, di semua pasar. Kecepatan seperti ini yang harus kita sadari. Cryptocurrency juga sudah mulai di 1, 2, 3 negara. Di Tiongkok sudah, Alipay sudah. Di tempat lain, negara lain Paypal sudah. Kita juga sudah mulai di beberapa kota. Inilah yang akan dengan kecepatan yang sangat cepat akan melanda di semua tempat.
Saya cerita sedikit. Saya 2,5 tahun yang lalu masuk ke Silicon Valley. Saya masuk ke markasnya Facebook, ke markasnya Twitter, markasnya Google, masuk ke Plug and Play. Apa yang kita lihat? Saya masuk ke markasnya Facebook, saya diajak oleh Mark Zuckerberg untuk main pingpong, tapi enggak ada mejanya, enggak ada bolanya. Persis kayak main pingpong, hanya saya pakai Oculus. Main pingpong tak-tuk-tak-tuk-tak-tuk enggak ada meja, enggak ada bola coba. Persis merasakan kita main pingpong benar dan keringatan juga. 2,5 tahun yang lalu, saya tanya kepada Mark, ini apakah hanya untuk pingpong. “Ndak, bisa untuk sepak bola”. Nanti ada sepak bola tanpa bola dan tanpa lapangan. Jadi kita nendang apa enggak ngerti tapi nendang-nendang. Tenis juga bisa, semua bisa.
Inilah perubahan-perubahan yang kita hadapi. Masuk markasnya Google juga sama, Google Maps sama. Saya sering cerita ini supaya kita menyadari. Di sana yang namanya ikan, ikan itu ada di mana ngerti semuanya. Ikan banyak kelihatan, ikan satu saja pergi ke mana tahu. Jadi para bupati, kepala dinas bisa menunjukkan kepada nelayan, “hari ini kamu harus pergi ke sebelah barat karena ikannya ada di situ. Jaringnya bawa ke sana, kapalnya bawa ke sana”. Karena ikannya kelihatan. Kelihatan betul.
Betapa kecepatan teknologi IT itu betul-betul sangat cepat sekali. Kalau kita masih rutinitas, kita masih mononton, tidak melakukan terobosan-terobosan, inilah yang akan menyebabkan daya saing kita rendah dan kita betul-betul ditinggal oleh negara-negara lain.
Oleh sebab itu, sudah tidak musimnya lagi, saya titip ke para bupati, para kepala dinas, sudah tidak zamannya lagi yang namanya mengurus izin itu berminggu-minggu, berbulan-bulan, apalagi bertahun. Ndak!
Saya cerita ada kepala daerah ke saya, bangga, “Pak mengurus izin di tempat kita sekarang enggak sampai seminggu”. Saya bilang, jangan bangga, enggak sampai seminggu saja bangga. Kalau enggak sampai satu jam baru bangga, saya bilang. Apa gunanya iPad, apa gunanya line komputer yang kita miliki, sistem online yang ada, kalau mengurus izin masih seminggu, masih lebih dari sebulan. Saya dengar masih ada yang lebih dari setahun. Apa-apaan? Siapa yang mau investasi ke daerah itu? Investor mana yang mau datang ke sebuah daerah kalau keadaan seperti sekarang masih kita terus-teruskan?
Izin itu sudahlah. Contoh, mengurus SIUP, SIUP itu apa sih isinya? Saya ingat hanya 6 di situ: nama perusahaan, nama pemilik, alamat, jenis usaha, modal, gitu-gitu saja. Saya pernah ngitung, saya suruh, saya datang ke kantor perizinan. Saya cek saat itu, coba saya mau minta izin SIUP, tulis, saya hitung 2 menit rampung, 2 menit rampung. Saya tanya ke petugasnya, lho kok lama sekali kok lebih dari 1 minggu ngurus SIUP? “Pak, yang lama itu yang di lantai 3, Pak”. Yang lantai 3 itu siapa? “Pak Kepala Kantor, Pak, yang tandatangan”. Tandatangan enggak ada 1 menit. Mestinya 2 menit rampung, tambah tandatangan 1 menit rampung, 3 menit. Ya 1 jam lah katakanlah. Orang datang dengan syarat-syarat, sudah langsung berikan, suruh nunggu begitu. Kalau cara-cara pola pikir (mindset) kita tidak berubah ya ditinggal betul kita. IMB berbulan-bulan baru rampung. Masak dari zaman kita kecil sampai sekarang tidak berubah-ubah, ndak lah.
Sekali lagi, persaingan antarnegara sekarang ini semakin ketat. Marilah kita ubah sistem yang ada di pemerintahan kita. Sekarang pemerintah pusat telah memiliki… 3 tahun yang lalu, kita di BKPM memberikan izin 1 jam. 1 jam itu untuk 9 izin. Nyatanya bisa. 9 izin keluar dalam waktu 1 jam. Ini sekarang kita membuat online single submission (OSS), mungkin minggu-minggu ini akan kita launching, juga sama. Nanti akan bisa di-trace, dari pusat, provinsi, kabupaten/kota bisa semuanya. Di mana yang berhenti, kenapa berhenti.
Memang zamannya sekarang ini zaman serba cepat. Sekarang bukan lagi negara besar mengalahkan negara kecil atau negara kuat mengalahkan negara lemah. Ndak! Negara yang cepat akan mengalahkan negara yang lamban. Negara yang cepat akan mengalahkan negara yang lambat. Kuncinya di situ, kecepatan. Kecepatan bertindak, kecepatan melayani. Mindset itu harus kita miliki sekarang ini. Tanpa itu, jangan berbicara lagi mengenai daya saing.
Inilah yang ingin terus saya ingatkan, agar pekerjaan-pekerjaan besar yang masih kita miliki itu betul-betul bisa kita selesaikan. Kita masih memiliki pekerjaan besar. Angka kemiskinan meskipun dari tahun ke tahun bisa kita turunkan, tetapi masih pada posisi yang menurut saya masih tinggi. 2015 dulu 11,13; 2016: 10,7; 2017 kemarin 10,12. Dan kita harapkan tahun ini akan keluar angka lagi 1 digit angka kemiskinan kita. Tapi itu juga masih besar, kalau angka kemiskinan 1 digitnya 9 koma ya tetap masih gede. Kita semuanya ingin angka kemiskinan kita 0, tidak ada kemiskinan.
Angka pengangguran juga turun dari tahun ke tahun. Dari 2015 – 7,56, di Februari 2018 sudah berada pada angka 6,87. Saya kira angka-angka seperti itu, memang kita harus melihat angka-angka seperti ini. Tapi ini masih pekerjaan besar kita bersama.
Oleh sebab itu, saya mengajak Bapak-Ibu semuanya, kuncinya kalau ingin pertumbuhan ekonomi baik itu hanya dua sekarang ini: investasi sama ekspor. Hanya dua itu saja, investasi dan ekspor. Investasi itu akan datang kalau kita melayani dengan baik para investor. Kecepatan perizinan kita bisa kita berikan kepada investor. Ekspor apalagi. Kalau ada yang namanya investasi yang orientasinya ekspor, sudahlah tutup mata, langsung berikan detik itu juga. Karena ini akan memperbaiki neraca perdagangan kita. Neraca perdagangan kita sekarang ini masih defisit, lebih banyak impornya daripada ekspornya. Ini yang harus kita perbaiki bersama-sama, antara pusat dan daerah harus bekerja bersama-sama.
Oleh sebab itu, saya sangat menghargai forum ini yang membicarakan masalah-masalah daerah. Kemarin saya sudah bertemu dengan beberapa bupati di Istana. Dan saya berterima kasih banyak sekali masukan-masukan yang perlu kita tindaklanjuti secara detail. Dan semuanya kemarin pada posisi yang blak-blakan. Tetapi yang paling takut seperti tadi sudah disampaikan Pak Ketua, “Pak Presiden, sekarang ini banyak gubernur, bupati, dan wali kota yang ditangkap KPK”. Saya sampaikan, hati-hati jangan main-main dengan yang namanya korupsi, yang namanya suap, yang namanya gratifikasi, hati-hati. Jangan bersentuhan dengan hal-hal yang tadi saya sampaikan. Kalau ndak bersentuhan enggak perlu lah yang namanya takut, enggak perlu lah yang namanya khawatir. Hati-hati. Karena setiap bulan, setiap minggu, pasti ada. Saya juga sangat sedih lho, jangan dipikir saya senang. Tengah malam tahu-tahu dapat berita, pagi-pagi subuh dapat berita.
Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Dan dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim, secara resmi saya membuka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) APKASI Tahun 2018 dan Expo APKASI di Tahun 2018.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.