Sambutan Presiden Joko Widodo Pada Pembukaan Rapat Kerja Kementerian Perdagangan, di Istana Negara, Jakarta, 21 Februari 2017 Pukul 09:45 WIB

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 22 Februari 2017
Kategori: Transkrip Pidato
Dibaca: 9.533 Kali

Logo-Pidato2Selamat pagi.

Assalamualaikum wr.wb.

Salam sejahtera bagi kita semuanya.

Yang saya hormati para Menteri Kabinet Kerja, khususnya Menteri Perdagangan, Kapolri, Jaksa Agung,

Para Gubernur yang hadir,

Seluruh Pejabat Eselon I, II, III dan Kepala Dinas seluruh provinsi yang pada pagi hari ini hadir,

Juga dari ITPC (Indonesian Trade Promotion Center) yang pada pagi hari ini hadir,

Para pelaku usaha, para peserta Rapat Kerja Kementerian Perdagangan yang saya hormati,

Hadirin yang berbahagia,

Kalau kita melihat angka-angka yang ada, ini kita bicara angka-angka, pertumbuhan ekonomi kita di tahun 2016 itu 5,02%, ini kalau di G20 masuk tiga besar. Kemudian inflasi, kalau kita lihat inflasi tahun yang lalu: 2016 sebesar 3,02; 2015 sebesar 3,35. Artinya apa? Stabilitas pengendalian harga itu bisa kita lakukan. Kemudian kalau kita lihat lagi angka-angka APBN di 2017 kita APBN sebesar Rp2.080 triliun kurang lebih.

Kalau melihat angka-angka itu, mestinya kita semuanya harus optimis, bahwa tahun demi tahun bakal lebih baik. Jadi jangan sampai ada yang menyampaikan kemana-mana, apalagi dalam forum-forum, baik di daerah, baik forum nasional maupun internasional, ada rasa pesimis. Karena memang kalau kita lihat negara-negara yang lain pertumbuhan ekonominya jatuh, anjlok, turun. Pertumbuhan ekonomi dunia juga ada perlambatan. Kita tahu ada ketidakpastian, ya. Tapi kalau kita melihat angka-angka yang tadi saya sampaikan, sekali lagi, tidak ada rasa pesimis buat saya. Dan saya selalu menyampaikan kepada menteri-menteri, kalau bekerja itu harus optimis. Tapi optimis yang realistis, optimis yang berpijak pada kondisi-kondisi yang objektif, tidak awur-awuran, ada kalkulasinya. Optimis tapi harus ada kalkulasinya.

Oleh sebab itu, pada kesempatan yang baik ini, saya ingin mengajak kita semuanya, baik pelaku usaha, pemerintah, bersama-sama mencari terobosan. Terutama kita yang di pemerintahan, di birokrasi, di kementerian, menjadi keharusan kita untuk mencari terobosan-terobosan baru. Jangan bekerja dengan cara-cara yang rutinitas, jangan bekerja dengan cara-cara lama yang monoton, cari cara-cara yang tidak linier. Di mana-mana harus mencari terobosan-terobosan itu. Di kantor-kantor, di  dirjen-dirjen semuanya harus mentransformasi menuju dunia digital, enggak ada cara yang lain, karena kita ingin melayani siapapun dengan cepat. Rakyat layani dengan cepat, masyarakat layani dengan cepat, konsumen layani dengan cepat, industri layani dengan cepat, pengusaha layani dengan cepat, UMKM layani dengan cepat. Semuanya harus mengarah ke sana. Kalau negara ini tidak melakukan itu, kalah cepat, kita ditinggal. Kalah pelayanan, kita ditinggal.

Enggak bisa lagi kita, sekali lagi, cara-cara rutinitas yang linier itu kita gunakan terus. Enggak bisa. Kita beradu cepat dalam segala hal, dalam memutuskan. Dalam melayani, semuanya. Karena sekali lagi, peta persaingan, peta kompetisi dunia sekarang ini berubah sangat radikal, berubah sangat cepat. Kalau kita seperti yang kemarin-kemarin, sudahlah. Apalagi yang senang dengan zona nyaman, sudah, ketinggal kita, saya pastikan kita ditinggal.

Dan Saudara-saudara yang ada di sini, kita semuanya ini bertanggung jawab kepada 250 juta penduduk Indonesia. Itu perlu saya ingatkan. Jadi semua kebijakan, semua policy yang ada baik di kementerian, di dirjen, semuanya, arahnya menuju pada, tadi yang saya sampaikan. Dan saya ingatkan juga, bekerja itu sekarang harus dengan kalkulasi, harus rinci betul, tidak teoritis di dalam kantor. Rinci, detil, terkalkulasi, terhitung.

Kalau ini kita lakukan, Bapak/Ibu dan Saudara-saudara semuanya, saya meyakini negara kita akan menapak pada sebuah proses, nantinya di 100 tahun Indonesia merdeka, tahun 2045 di mana penduduk kita sudah akan mencapai 310 juta kurang lebih. Tiga bulan ini saya suruh Menteri Keuangan menghitung berapa PDB kita pada 2045. Kita bekerja kan tidak hanya hari ini atau tahun depan, ke depan kita harus mengerti juga berapa PDB kita. Dihitung oleh Menteri Keuangan 9,1 triliun dollar AS. Tapi dengan catatan kita bekerja seperti yang tadi saya sampaikan, dengan catatan-catatan itu. Berapa income per kapita kita, saya suruh hitung, kalau kita bekerja dengan cara-cara yang seperti tadi saya sampaikan, bisa mencapai 29 ribu dollar AS. Dan kita harus optimis bisa mencapai ini, tetapi dengan cara-cara tadi yang saya sampaikan.

Oleh sebab itu, di Kementerian Perdagangan, yang pertama yang urusan dalam negeri. Yang berkaitan dengan stok barang, dan terutama stok bahan-bahan pokok, tolong hari, jam, detik kalau perlu, dilihat terus, dipantau terus, dimonitor terus. Sistemnya di situ dibangun, sekarang buat aplikasi seperti itu sangat murah, enggak sampai milyaran, jutaan jadi. Aplikasi-aplikasi yang bisa menginformasikan dari pasar-pasar yang ada di daerah sampai ke pusat, sangat mudah. Segera bangun sistem-sistem itu, sehingga stok itu selalu kita lihat. Kalau ada gejolak, sebulan, dua bulan, tiga bulan sebelumnya sudah bisa kita prediksi, bisa diantisipasi, tidak setelah kejadian baru kita grobyakan, pontang-panting. Karena nanti yang nanya stok itu akan menyangkut stabilitas harga.

Sekali lagi, ini agar betul-betul dengan angka inflasi tadi yang kita sampaikan (3,02%) itu betul-betul dilihat terus. Saya khawatir tahun ini kalau kita enggak hati-hati, kita tidak akan bisa mempertahankan diangka 3-3,5. Padahal target saya selalu harus turun, turun, turun terus, karena di negara-negara yang sudah stabil, di Eropa, kalau inflasi paling nol koma atau 1. Kita yang dulu-dulu masak inflasi sampai 9, sampai 8, bahkan lebih. Harus dikendalikan.

Yang ketiga, masalah distribusi. Lihat betul distribusi, distribusi kita ini banyak, terutama untuk bahan-bahan pokok dan barang yang banyak yang enggak benar. Mata rantai distribusi kita itu banyak yang enggak bener. Ini dibetulkan, sudah dua tahun lebih kita membetulkan ini, tapi belum banyak hasil yang kita peroleh. Banyak yang enggak bener di sisi ini kita. Di harga petani, misalnya Rp5.000, diharga jual bisa Rp15.000. enggak benar ini, pasti ada yang enggak benar. Sudah saya pastikan kalau seperti itu.

Ini yang mulai dilihat detil, di Kementerian Perdagangan harus mengerti, siapa pemain-pemain distribusi yang ada di tengah ini. Mata rantainya berapa mata rantai. Satu, ya oke. Dua, ya oke. Kalau sampai sudah empat, lima, enam, tujuh, ya biayanya habis di sini. Yang membayar siapa nanti? Rakyat. Pada situasi-situasi seperti ini Bapak/Ibu, Saudara-saudara harus hadir, bukan hanya rutinitas di kantor. Cek, kontrol di lapangan, kemudian tampilkan. Dulu-dulu kita ingat, setiap malam itu ada harga cabe di Pasar Kliwon, di pasar Legi, di Pasar Gede, selalu ada. Kenapa tidak setiap sore itu kita tampilkan di TV, di radio, di media sosial, biar arus informasi diketahui. Petani tahu harga cabe di Cipinang, petani tahu harga beras di Cipinang. Ini penting, keterbukaan seperti itu. Gampang sekali ini informasi seperti ini, dibuat aplikasinya.

Kemudian hal-hal yang berkaitan dengan kuota, ini hati-hati. Di sini banyak yang masuk sel gara-gara ini, hati-hati. Saya minta mulai dipelajari untuk masuk diberlakukannya tarif atau kombinasi tarif dan kuota. Jadi jelas negara mendapatkan masukan.

Yang kedua yang berkaitan dengan luar negeri. Saya tahu, kita di sini juga monoton terus. Negara tidak bisa melakukan penetrasi, mencoba melawan penetrasi kepada pasar-pasar yang baru. Kita selalu berkutat pada pasar-pasar tradisional kita, pasar-pasar lama kita, ke Amerika, ke Jepang, ke Cina, ke Eropa. Kita mengerti pasar itu gede, saya tahu. Ini yang juga perlu dikembangkan di pasar-pasar itu. Pelajari produk apa yang kita bisa masuk di pasar-pasar yang sudah ada. Tapi yang namanya pasar-pasar baru sebetulnya masih sangat besar peluangnya, karena enggak pernah kita urus berpuluh-puluh tahun, enggak pernah kita urus.

ITPC (Indonesian Trade Promotion Center) juga begitu-begitu saja. Maaf, saya harus ngomong apa adanya. Pameran juga hanya begitu-begitu saja, enggak pernah ada pembaharuan, enggak pernah ada inovasi. Ini yang harus dilakukan terobosan, bagaimana ITPC bisa bernegosiasi, bagaimana bisa bertransaksi. Kalau aturannya enggak memperbolehkan, bagaimana supaya bisa. Pasar-pasar baru saya kira banyak sekali yang enggak pernah kita urus.

Coba lihat Afrika, ini pasar yang sangat besar sekali, negara yang lain sudah, jangan biarkan yang nanya swasta pelaku-pelaku usaha itu menerobos sendiri, biayanya terlalu besar. Enggak mungkin, kalau negara lain pasti negara dulu yang hadir. Ada market intelejen yang di lakukan di sana. Negara masuk, melihat. Potensi pasar Afrika itu ada 550 miliar dollar AS. Nilai ekspor kita ke sana baru  4,2 miliar dollar AS, dari 550 miliar baru masuk 4 miliar, jadi potensinya gede sekali, besar sekali. Coba lihat negara lain, Afrika.

Coba lihat Eurosia, negara-negara ini enggak pernah kita lihat, kita lihat tapi dengan cara serampangan enggak serius, enggak memberikan perhatian yang serius pada mereka. 251 miliar dollar AS, nilai ekspor kita tidak ada, satu miliar saja tidak ada. Peluangnya masih besar sekali.

Timur Tengah, ini kita beberapa sudah masuk ke sana, tapi peluangnya juga masih gede sekali:  975 miliar dollar AS, kita masuk ekspor ke sana baru 5 miliar dollar AS. Ini peluang-peluangnya masih banyak sekali. Ajak UKM-UKM kita untuk pameran. Yang sudah memiliki standar kualitas, packaging yang baik, ajak mereka ke sana.

India, enggak pernah sama sekali kita serius di pasar ini, 375 miliar dollar AS, baru ekspor 10 miliar dollar AS. 10 miliar dollar AS pun saya yakin ini komoditas batu bara yang banyak, CPO yang banyak ke sana, batubara dan CPO. Yang produk-produk lainnya enggak pernah diurus, sekali lagi, ini enggak pernah diurus.

Pakistan, jangan dianggap sepele pasar-pasar seperti ini gede 44 miliar dollar AS, baru masuk 2 miliar dollar AS. Bangladesh, peluang 41 miliar dollar AS, baru masuk 1 miliar dollar AS. Sri Lanka, peluang 19 miliar dollar AS, baru masuk 0,3 miliar dollar AS.

Gede sekali pasar-pasar kita yang belum pernah kita sentuh sama sekali. Karena kita bekerja rutinitas, linier.  Inilah fungsi-fungsi nantinya Atase Perdagangan, fungsi-fungsi dari ITPC kita, fungsi-fungsi dari Dirjen Luar Negeri yang membawahi direktur-direktur yang banyak.

Saya minta kalau pameran cari tempat yang paling baik. Bayar mahal enggak apa-apa, tapi cari tempat yang paling strategis, yang paling baik. Jangan cari tempat di dekat toilet. Saya tahu di situ diskonnya banyak. Tidak menambah citra, tidak menaikkan citra, tapi malah menurunkan citra kita. Brand kita menjadi langsung jatuh kalau tempat pamerannya seperti itu. Kalau pameran di tempat yang paling baik, pilih yang paling baik, yang paling strategis. Sehingga  brand value negara kita langsung meloncat naik.

Kebiasaan-kebiasaan seperti ini hilangkan. Kita menuju pada optimisme tahun 2045, seperti yang tadi saya sampaikan, harus diubah semuanya, harus diubah semuanya, dan perubahan itu dimulai dari kita, dimulai dari pejabat-pejabat kita.

Terakhir saya titip mengenai pasar tradisional. Tadi sudah disampaikan oleh Menteri Perdagangan, tolong diurus yang betul. Pasar yang bersih, pasar yang tidak becek, pasar yang tidak bau, pasar yang ada tempat parkirnya. Kalau fisiknya sudah diperbaiki, tolong ditindaklanjuti pada tahapan yang kedua: manajemennya, mereka dibantu modalnya, mereka diarahkan, dibimbing kemana. Memang bekerja dengan cara-cara seperti yang tadi saya sampaikan, memang memerlukan energi yang lebih, memerlukan pikiran yang lebih capek.

Saya tahu, lebih enak memang kalau kita di kantor, tapi rakyat kita pedagang-pedagang kecil yang ada di pasar memerlukan bimbingan kita. Berpuluh tahun mereka enggak pernah berubah, karena kita tidak memberikan bimbingan kepada mereka. Bimbing mereka, kawal mereka, agar manajemennya lebih baik.

Manajemen sederhana saja, berikan pelatihan-pelatihan bagaimana menata barang yang baik, kalau di supermarket penataannya bisa seperti itu, di minimarket bisa seperti itu, di pasar juga harus bisa seperti itu. Kalau enggak ada AC-nya enggak apa-apa, tapi cara penataannya ajari mereka. Masalah manajemen keuangan, ajari mereka, manajemen keuangan yang paling sederhana. Manajemen stok, ajari mereka. Cara melayani konsumen, ajari mereka. Pakaian (uniform) di dalam pasar seragamnya yang baik, berapa sih membelikan seragam untuk mereka, sangat kecil sekali dibandingkan dengan anggaran yang ada di kementerian, agar mereka kalau konsumen masuk, masyarakat masuk, kelihatan bahwa pasar ini sudah berubah.

Tidak sulit membimbing mereka, tapi memang perlu kerja lebih capek, perlu pemikiran yang lebih capek. Tapi ingatlah bahwa apa yang kita lakukan dengan cara-cara yang tadi saya sampaikan untuk rakyat kita, itu akan memberikan rasa di dalem dalam kita bekerja, tidak kosong, dalem kita nanti kalau kita melihat mereka naik ke level yang lebih tinggi.

Saya kira itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini.

Terima kasih. Selamat bekerja.

Wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.

(Humas Setkab)

 

 

Transkrip Pidato Terbaru