Sambutan Presiden Joko Widodo Pada Pembukaan Rapat Kerja Kesehatan Nasional Tahun 2017, Peluncuran Wajib Kerja Dokter Spesialis (WKDS), serta Pembangunan 124 Puskesmas Perbatasan di Birawa Assembly Hall, Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Selasa (28/2) Pukul 09.00 WIB

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 28 Februari 2017
Kategori: Transkrip Pidato
Dibaca: 12.090 Kali

Logo-Pidato2Bismillahirahmanirahim,

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Selamat pagi, salam sejahtera bagi kita semuanya.

Bapak, Ibu, saudara-saudara sekalian yang saya hormati, khususnya yang hadir di sini kepala dinas provinsi, kabupaten, dan kota. Betul hadir semuanya? Kemudian kepala Rumah Sakit Daerah, ini daerah ini provinsi, kabupaten, dan kota juga? Hadir semuanya? Mana? Bener? Nanti hanya suaranya hadir, hadir. Kemudian, juga seluruh profesi dan kebidanan? Banyak yang hadir? Hadir, hadir, sedikit ini.

Bapak ibu sekalian yang saya hormati,

Saya ingin memberikan gambaran terlebih dahulu mengenai kondisi ekonomi kita. Pertama, sisi pertumbuhan ekonomi. Tahun 2016, pertumbuhan ekonomi kita berada pada 5,02%. kalau dibandingkan dengan negara-negara yang lain di dunia dan terutama negara G20, kita ini berada pada posisi nomor 3, 3 besar di dunia. Inflasi juga bisa kita kendalikan yang dari biasanya di atas 8 menjadi pada posisi 3,02. Artinya apa? harga bisa dikendalikan.

Kemudian, saya ingin memberikan sebuah bayangan. Sekarang, Indonesia berada pada posisi income di menengah, pendapatan menengah, negara dengan pendapatan menengah. Tetapi, pada 100 tahun Indonesia merdeka, 2045, berarti kira-kira 30 tahun lagi, posisi Indonesia akan berada pada 5 besar ekonomi terbesar di dunia.

Dengan jumlah penduduk, saya suruh kalkulasi, sampaikan ke saya. Berapa sih penduduk di 2045, kira-kira angkanya 309 juta. Terus, PDB kita berapa? Sekarang PDB kita kira-kira 13.000 triliun. Nantinya di 2045, akan 10 kali lipat dari sekarang, kira-kira 9,1 triliun USD. Berarti kalau di Rupiah-kan, kurangi lebih 100 berapa kali 13, ya Rp 120 triliun, sangat tinggi sekali. Terus income per kapita berapa? Sekarang 3.450, nantinya akan muncul angka 29.000, USD 29.000 income per kapita kita, sangat tinggi sekali.

Tetapi,  untuk menuju ke sana, ke angka-angka yang tadi saya sampaikan diperlukan syarat-syarat. Pertumbuhan ekonomi harus seperti sekarang ini, harus di atas 5, syukur bisa di atas 6, ini kan bisa mempercepat.  Kedua, yang berkaitan dengan pendidikan, ini juga harus diselesaikan. Perlu saya sampaikan, saat ini kondisinya, angkatan kerja kita 42 % itu lulusan SD, 66% itu lulusan SD dan SMP, 82% itu lulusan SD, SMP, SMA.

Ini beban yang harus kita selesaikan secepatnya karena 2025-2030 akan ada bonus demografi. Tetapi kalau bonusnya nanti tidak berada pada kualitas yang baik justru akan menjadikan beban kita semuanya.  Sekali lagi, oleh sebab itu pendidikan yang menjadi dasar pondasi, ini basic sekali, untuk secepatnya kita benahi, kita perbaiki.

Dan juga di bidang kesehatan. Ini sangat basic sekali, sangat fundamental sekali untuk kita selesaikan. Jangan sampai ada lagi yang namanya gizi buruk. Ndak lah. Memalukan kalau masih ada. Ini yang harus diselesaikan ada 1 orang pun di sebuah daerah, ada 2 orang pun, ada 3 anak pun. Entah 1 anak, 2 anak, 3 anak harus secepatnya diselesaikan. Apalagi lebih dari itu. Inilah yang perlu kita luruskan lagi.

Sejak reformasi kita harus berada pada track yang benar, harus on track lagi. Bagaimana kita mau bersaing nanti, mau berkompetisi negara-negara lain dengan keterbukaan seperti sekarang ini. Kalau keadaan seperti ini masih ada, saya sampaikan ke Menteri Kesehatan, ndak, saya enggak bisa terima hal-hal ini ada di negara kita.

Ini sebetulnya persoalan yang bisa kita selesaikan. Sekali lagi, kita sudah berada pada posisi pendapatan menengah. Ini harusnya sudah kita tinggal, sudah masa lalu kita, tetapi kenapa sekarang masih ada, karena kita tidak fokus pada hal-hal yang sebetulnya sudah kita tinggalkan.

Tidak ada lagi anak yang sepantasnya hidup miskin di negara yang berpendapatan menengah, harusnya sudah tidak ada. Tidak ada anak yang sepantasnya kekurangan gizi di negara berpendapatan menengah seperti  sekarang ini.  Dan tidak ada anak yang pantas meninggal dengan penyebab yang sebetulnya kita bisa cegah dan kita ngerti semuanya bagaimana mencegahnya.

Semua tahu, semua dokter, semua bidan mengerti semuanya ini. Inilah persoalan dan beban yang harus kita selesaikan secepatnya apabila kita ingin 2045 tadi, kita masuk ke 5 besar negara dengan PDB terbesar. Tapi kalau ini masih, lupakan mimpi itu. Apalagi dengan jumlah yang masih banyak, lupakan.

Problem-problem kita, angka kematian ibu, angka kurang gizi, penyakit yang masih kita lihat belakangan ini, demam berdarah, TBC harus diselesaikan. Kalau kita mau masuk ke Indonesia emas 2045. Terutama Puskesmas, ini perlu saya ingatkan pada semua kepala dinas, arahkan mereka kepada gerakan pencegahan terhadap munculnya penyakit-penyakit.

Artinya apa? Mengajak masyarakat untuk hidup sehat. Jangan sampai bangga Puskesmas atau rumah sakit kalau pasiennya banyak. Pak saya sudah menangani Pak, 2000 pasien, 5000 pasien penyakit ini, ini, ini, ini. Semakin banyak orang sakit masuk Puskesmas, semakin banyak orang sakit masuk ke rumah sakit, artinya kita gagal menyelesaikan bidang kesehatan.

Yang benar adalah kita membuat masyarakat itu tidak sakit, masyarakat itu sehat. Yang benar itu. Sehingga Puskesmas sepi, rumah sakit sepi. Yang benar itu, jangan dibalik-balik. Saya masuk rumah sakit, saya kan masuk rumah sakit daerah, Pak di sini Pak antri Pak, masyarakat antri. Ini yang keliru. Saya gitu kan. Jangan dibalik-balik. Buat masyarakat sehat agar rumah sakit itu sepi, agar Puskesmas itu sepi. Dokter masihlah nanti tidak ada masalah. Harusnya seperti itu. Saya tadi masuk ke sini, saya tanya ke Bu Menteri, hipertensi kita ini berapa, 25 % dari penduduk kita. Ini kan ada yang keliru yang harus diperbaiki.

Kita kembalikan lagi kepada pola hidup sehat masyarakat kita. Entah pola makan, entah pola olahraga, itu yang digerakkan ke sana. Entah lingkungannya, sanitasi, air bersih. Oleh sebab itu, di sini hadir  Pak Menteri PU, karena ini sangat berkaitan erat dengan infrastruktur untuk itu. Enggak mungkin Kementerian  Kesehatan bekerja sendiri tanpa didukung air bersih yang baik, sanitasi yang baik.

Artinya apa? Kembali lagi, Puskesmas. Ini hati-hati Puskesmas sudah anggarannya sudah di tambah. Saya ikuti terus masalah anggaran. Anggaran kesehatan kita sekarang kan menurut Undang-undang 5%, gede banget lho. Artinya, Rp100-an triliun, yang berada di Kementerian Kesehatan Rp58 triliun. Yang untuk kartu sehatnya, berapa, Rp25 triliun, benar ya, Rp25 triliun. Sisanya DAK-DAK ke daerah. Artinya apa? Kalau anggaran itu ada, kemudian kita tidak bisa menyelesaikan persoalan-persoalan di lapangan, pasti ada yang keliru. Entah kita disorientasi atau kita sudah keluar dari track. Inilah yang harus dibenarkan. Inilah yang harus dibetulkan.

Kembali ke Puskesmas. Sekali lagi, harus diarahkan kepada pencegahan secara dini. Artinya apa? Harus menata, datang dan menata masyarakatnya, diarahkan ke sana. Beri tahu masyarakat mana yang  enggak benar. Mana hidup yang sehat, mana hidup yang tidak sehat. Masyarakat kalau tidak diberi  tahu juga tidak mengerti. Mana pola makan yang benar, mana pola enggak benar.

Kenapa saya muter ke daerah, memberikan makanan tambahan untuk anak-anak, untuk ibu hamil,dan untuk balita. Saya hanya ingin memberikan pesan bahwa yang namanya gizi itu diperlukan sejak dalam kandungan. Saya selalu sampaikan. Ini investasi jangka panjang. Janga dilihat sekarang. Begitu kita tarung dengan negara yang lain, begitu kita berkompetisi dengan negara yang lain, menang dan kalah itu karena investasi kita sejak awal, sejak anak sudah di kandungan.

Itu saya sampaikan terus pada masyarakat biar mereka mengerti. Jangan sampai ada uang dipakai untuk beli rokok dan tidak dipakai untuk menambah gizi anaknya. Hal-hal seperti itu diingatkan pada keluarga-keluarga di kampung, di desa dimana Puskesmas itu ada. Kalau enggak seperti itu, enggak ngerti mereka. Beri tahu  masyarakat yang namanya protein itu apa, gunanya untuk apa, beri tahu. Hal-hal yang simpel-simpel, yang sederhana seperti itu memang harus kita beri tahu pada masyarakat.

Kalau investasi ini kita dapat, ya sudah kita akan masuk 2045 nanti pada betul-betul pada Indonesia emas. Tinggal landas menjadi  negara besar dengan pendapatan yang tinggi dan mampu berkompetisi dengan negara-negara lain. Tugas kita itu, mengantarkan anak-anak kita untuk menuju kepada Indonesia emas di 2045.

Jadi artinya apa? Tenaga kesehatan  harus aktif mendatangi masyarakat. Jangan menunggu di Puskesmas menunggu orang sakit, datangi mereka. Gencarkan, beritahukan mana yang benar mana yang enggak benar dan mana yang harus dilakukan dan mana  yang tidak boleh dilakukan sehingga pendekatan kepada keluarga ini sangat diperlukan.

Dan ini kalau kita lakukan, Bapak/ ibu dan saudara sekalian, enggak ada lagi gizi buruk, enggak ada lagi Demam Berdarah, enggak ada lagi TBC, enggak ada lagi penyakit-penyakit. Ini nanti akan menjadi kepuasan pribadi yang luar biasa bagi kita semuanya bahwa kita bisa mengantarkan bangsa ini menuju bangsa dengan pendapatan income yang tinggi dan bisa berkompetisi dengan negara-negara yang lain.

Dan akan terasa di ‘dalam’ gitu. Kalau kita bekerja dan kita menghasilkan sesuatu, itu di ‘dalam’ itu enggak kosong, ‘dalam’ akan terasa bahwa kita sudah melakukan sesuatu karena memang kita bekerja dari dalam hati. Bukan  bekerja rutinitas, bukan bekerja linier yang sudah tiap hari  asal ada absen, bukan itu. Kalau setiap individu dari kita bisa melakukan ini, dalam kita akan terasa bahwa kita melakukan sesuatu untuk bangsa ini.

Saya kira itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Selamat bekerja dan dengan mengucap bismillahirrohmanirrohim saya buka Rapat Kerja Kesehatan Nasional tahun 2017. Terima kasih.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Terima kasih,

(Humas Setkab)

Transkrip Pidato Terbaru