Sambutan Presiden Joko Widodo pada Penanaman Pohon Serentak dalam rangka Hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI) dan Bulan Menanam Nasional (BMN), 28 November 2016, di Tuban, Jawa Timur
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat siang, salam sejahtera bagi kita semuanya.
Yang saya hormati para Menteri, para Gubernur, khususnya Gubernur Jawa Timur, para Bupati, Wali Kota,
Hadirin, dan tamu undangan yang berbahagia.
Harus kita ingat bahwa urusan pelestarian alam bukanlah masalah kecil karena menyangkut masa depan anak cucu dan cicit kita. Memang sebenarnya saat kita menanam pohon kita itu sedang menanam doa, menanam harapan, menanam kerja kita semuanya untuk keberlanjutan hidup generasi yang akan datang. Dan kita semua sudah melihat sendiri apa akibatnya bila kita tidak merawat alam. Main asal tebang pohon akhirnya bencana seperti banjir yang datang dan akan menyusahkan kita, menyusahkan rakyat.
Saya berikan contoh misalnya kemarin di Bandung, di Garut. Kenapa bisa terjadi? Karena di bagian hulu, di atas, di gunung, di bukit, di Papandayan, di Cikurai sudah beralih fungsi dari hutan menjadi pertanian, dari hutan menjadi pemukiman, dari hutan menjadi tambang, dari hutan menjadi industri. Akhirnya, kejadiannya seperti itu. Ini tugas kita semuanya merawat dan menjaga.
Saya senang sekali model penanaman pohon yang dilakukan pada hari ini. Dilakukan oleh koperasi, oleh Koperasi Koprabuh. Selain menanam, memperbaiki lingkungan, tetapi juga memberikan manfaat bagi rakyat, memberikan manfaat mensejahterakan bagi penduduk.
Saya tadi mendapatkan informasi yang ditanam jatinya 38.000, kaliandranya kurang lebih 200.000. Yang menanam pada hari ini ada 5.500 dan nanti akan mendapatkan manfaat dari hasil penanaman pada hari ini. Inilah model-model yang terus kita cari. Jangan sampai kita sering berbicara menanam satu miliar pohon, menanam satu juta pohon, sudahlah enggak usah ngomong yang tinggi-tinggi seperti itu. Ini kalau 200 tadi, 238.000 tadi dipelihara bisa hidup semuanya, ya sudah itulah yang kita inginkan. Enggak usah sampai juta-jutaan, miliar-miliaran tapi yang hidup hanya dua, untuk apa?
Saya kira model-model, kembali lagi, model-model penanaman dengan koperasi ini, dengan hutan sosial yang dikelola perorangan maupun koperasi perlu dikembangkan. Jangan kembali kita memberikan konsesi-konsesi yang besar kepada korporasi. Kalau memberikan manfaat untuk rakyat silakan, kalau memberikan manfaat untuk masyarakat, rakyat, penduduk silakan. Tapi kalau tidak geser pemberian itu kepada koperasi, kepada perorangan. Dan model seperti ini saya kira akan saya ikuti, akan saya cek, dan kita harapkan nantinya ini menjadi model yang baik untuk dikembangkan di provinsi-provinsi yang lain.
Saya ingin kita mengkorporasikan petani, mengkorporasikan nelayan, mengkorporasikan koperasi. Karena tanpa membuat model-model seperti itu sulit yang kecil-kecil ini akan berkembang. Harus dalam sebuah skala ekonomi yang besar. Saya sudah wanti-wanti kepada Menteri Koperasi, mengkorporasikan koperasi. Kepada Menteri Kelautan, Bu Susi saya sampaikan, mengkorporasikan nelayan. Kepada Menteri Pertanian, mengkorporasikan petani. Karena dengan cara-cara itulah dalam sebuah skala yang besar kita akan mendapatkan manfaat ekonomi yang lebih jelas. Dan saya yakin kalau itu bisa dilakukan, pergerakan ekonomi kita akan menjadi semakin baik.
Saya kira itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Program ini akan saya ikuti terus, akan saya lihat dalam 3-4 bulan lagi, setahun lagi, akan saya ikuti. Kalau baik ini akan kita kembangkan di kabupaten, kota, dan provinsi-provinsi yang lain.
Terima kasih.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.