Sambutan Presiden Joko Widodo Pada Penganugerahan Sekolah Integritas, di Istana Negara, Jakarta, 21 Desember 2015

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 21 Desember 2015
Kategori: Transkrip Pidato
Dibaca: 14.892 Kali

Logo-PidatoBismillahirahmanirahim.

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Selamat pagi, salam sejahtera bagi kita semua. Yang saya hormati pimpinan lembaga negara, yang saya hormati para menteri kabinet kerja, yang saya hormati Bapak Ibu kepala sekolah, yang saya banggakan hadirin dan para undangan yang berbahagia.

Pagi hari ini saya senang sekali bisa bertatap muka dengan para kepala sekolah dari 503 sekolah, mulai dari SMP , SMA , SMK maupun Madrasah dengan  integritas kejujuran Ujian Nasional terbaik selama 5 tahun terakhir ini dari seluruh Indonesia. Saya juga senang tadi, saya melihat SMP saya, SMP 1 Surakarta dimana saya pernah belajar, masuk dalam sekolah yang mempunyai nilai kejujuran yang sangat baik.  Mana tadi SMP 1 tadi, berdiri Pak,  masa SMP saya sendiri enggak dibanggakan.

Kejujuran adalah nilai fundamental, nilai dasar dalam membangun karakter bangsa. Bangsa kita akan menjadi bangsa yang besar dan dihormati oleh bangsa-bangsa yang lain jika kita memiliki integritas, memiliki kejujuran yang tinggi, memiliki pemimpin-pemimpin yang jujur dan berintegritas, memiliki rakyat yang penuh denga kejujuran dan integritas.

Banyak bangsa, banyak negara harus mendapatkan takdir sejarahnya sebagai negara yang gagal, sebagai bangsa yang gagal karena telah gagal pula menjaga integritas, menjaga kejujuran bangsanya. Dan nilai-nilai integritas harus ditumbuhkan sejak dini. Nilai-nilai kejujuran harus ditumbuhkan sejak dini, baik di lingkungan keluarga maupun di sekolah.

Kita ini mempunyai sebuah basic, sebuah dasar yang baik orang indonesia ini. Coba orang kita kalau pergi ke Singapura enggak ada yang berani merokok, enggak ada, enggak ada yang berani meludah sembarang tempat, enggak ada. Enggak tahu kenapa. Tapi begitu balik ke sini, balik lagi ininya rokoknya, balik lagi juga, integritas juga sama. Kejujuran, nilai-nilai itu juga sama.

Kita punya nilai-nilai dasar, itu hanya mungkin lupa. Kita memberikan tekanan, kita lupa memberikan perhatian pada nilai-nilai etika, nilai-nilai budi pekerti, nilai-nilai kejujuran, integritas. Kita lupa dalam sekian dekade ini. Anak –anak kita banyak yang tergoda, terbuai oleh nilai-nilai barat. Menganggap bahwa barat itu modern, barat itu gaul. Padahal kita mempunyai nilai-nilai, Indonesia memiliki nilai-nilai karakter tersendiri. Nilai-nilai pancasila, nilai-nilai gotong royong, itu kehidupan kita dari budaya lama yang sudah bertahun-tahun kita jalani. Dan rumah , sekolah adalah arena pembelajaran terbaik dalam menumbuhkan, mengembangkan nilai-nilai integritas, nilai kejujuran itu.

Anak-anak kita akan mendapatkan pengenalan pertama dari orang tua, memang pertama itu dari orang tua maupun dari anggota keluarga lainnya tentang nilai-nilai integritas. Anak-anak akan mendapatkan contoh-contoh pembelajaran karakter yang baik dari lingkungan keluarga mereka. Dan ketika memasuki usia sekolah anak-anak juga akan mandapat niali-nilai tersebut bukan hanya dari proses belajar mengajar, melainkan juga dari budaya perilaku yang dikembangkan di sekolah.

Waktu saya memimpin di kota, memimpin di provinsi, sebagai walikota maupun gubernur. Pertama saya ditanya sama kepala dinas pendidikan, “Kami diberi target UN-nya berapa pak?” itu yang ditanyakan. Saya tanya balik, “Kenapa kamu bertanya itu?”, “Karena yang dulu-dulu diberi target Pak”. “Terus kalau diberi target gimana? “Ya kita akan berusaha Pak”. Nah ini yang berusaha ini sering tidak bener. “caranya bagaimana”, saya tanya terus, saya kejar-kejar. Tidak usah saya sebut bagaimananya, gini gini gini.

Lupakan itu, bekerja dengan saya bukan nilai-nilai itu yang ingin saya kembangkan. Saya tidak akan berikan target, apa adanya saja. “Bener Pak?” saya jawab “Bener” , jangan tanya balik seperti itu. Itu yang ingin saya kembangkan di kota ini, di provinsi ini. Enggak ada target. Karena kita itu sudah lama budaya itu , apa kebiasaan itu dilakukan.

Bupatinya memberikan target, walikotanya memberikan target, ya yang kepala dinasnya ngumpulin kepala sekolahnya, sama, memberikan target juga, ya nggak. Nilai itu kan berdasarkan dari kumpulan, kalau di kabupaten itu kumpulan dari sekolah, sekolah, sekolah, sekolah dikumpulkan. Apakah kita bangga mendapatkan nilai UN yang sangat tinggi tetapi didapatkan dari cara-cara yang tidak baik. Saya sampaikan, buat saya tidak, tidak! Enggak, saya enggak mau seperti tu. Saya tahu, saya berangkat dari bawah, saya ngerti cara-cara yang dilakukan. Lupakan hal-hal seperti itu.

Kita harus kembali pada sekolah yang mengajarkan nilai-nilai , baik nilai-nilai etika, nilai-nilai budi pekerti harus kembali kesana. Nilai-nilai integritas, kejujuran, nilai-nilai moralitas, nilai-nilai kepantasan, nilai-nilai kepatutan, mana yang pantas mana yang tidak pantas mana yang patut mana yang tidak patut, harus kembali kepada itu.

Kalau kita ingin negara ini menjadi negara yang maju, negara yang besar, negara yang dihormati, negara yang mempunyai martabat, tidak ada cara yang lain, dan itu dimulai dari pendidikan Bapak-Ibu berikan kepada anak-anak kita. Meskipun kita panennya, kita memetiknya mungkin baru sepuluh tahun , baru dua puluh tahun atau tiga puluh tahun yang akan datang. Tapi harus kita kembalikan itu.

Untuk itu saya menyampaikan apresiasi , menyampikan penghargaan atas integritas yang telah ditunjukkan oleh Bapak-Ibu kepala sekolah dalam penyelenggaraan Ujian Nasional yang lalu. Bapak Ibu kepala sekolah telah menjadikan contoh sekolah Bapak-Ibu bagi bangsa dalam mendidik anak-anak kita di tengah langkanya nilai-nilai integritas, nilai-nilai kejujuran. Kita seolah mendapatkan sebuah oasis di tengah padang tandus ketika melihat masih ada rIbuan sekolah yang menjungnjung tinggi integritas. Menjadikan mereka anak-anak yang jujur, anak-anak yang berintegritas, menghargai usaha sendiri dalam mencapai sebuah prestasi .

Meskipun penghargaan ini didasarkan pada kejujuran integritas sekolah dalam penyelenggaraan Ujian Nasional, saya berharap Bapak/Ibu kepala sekolah akan menjaga kejujuran dan integritas sekolah dalam semua aspek kehidupan sekolah, semua aspek kesehari-harian di sekolah. Saya juga berharap anak-anak kita jangan cuma ditambah dengan buku-buku yang semakin tebal. Sehingga tas anak-anak kita semakin hari semakin berat. Kalau anaknya kecil, kurus, bawa-bawa tas gede dengan buku-buku yang berat, aduuh saya melihat. Tapi anak-anak kita harus dibekali dengan pendidikan etika, pendidikan budi pekerti, pendidikan karakter, pendidikan mentalitas, pendidikan etos kerja yang baik yang sering kita lupakan. Jadikan sekolah sebagai tempat terbaik untuk membangun karakter bangsa.

Bagi saya kejujuran adalah bagian paling fundamental, paling dasar dari pendidikan karakter. Oleh karena itu sekolah harus menjadi zona jujur, zona yang berintegritas, zona dimana kecurangan merupakan perilaku yang tidak boleh mendapatkan toleransi. Kejujuran bisa dikembangkan ketika mereka mengerjakan tugas-tugas sekolah, menempuh ujian, mauapun ketika anak-anak berinteraksi di luar kelas.

Hadirin sekalian yang saya hormati,

Saya ingin satu ke depan (Presiden meminta salah seorang kepala sekolah yang hadir untuk maju kedepan). Tadi ada dari kabupaten Bau Bau, mana tadi, sini Bu. Ada yang tahu ndak Bau-bau itu dimana? Sini Bu, agak deket Bu, saya nggak galak kok. Apa sih yang diberikan di sekolah Ibu, dengan Ibu siapa? Ibu Hartati, apa sih yang diberikan di sekolah Ibu terutama yang berkaitan dengan pendidikan nilai-nilai yang tadi saya sampaikan, nilai kejujuran, nilai-nilai sopan santun, nilai-nilai kepantasan, nilai-nilai kepatutan, nilai-nilai etika, nilai-nilai moralitas dan mentalitas, dengan etos kerja keras yang baik, apa sih yang disampaikan pada anak-anak, yang diajarkan pada anak-anak? (Ibu Hartati menjawab)

Apa itu, tata tertib apa itu? Kepada gurunya atau kepada siswanya? Tata tertib apa tadi, apa saja? Saya sudah lupa, saya sudah lama sih enggak sekolah ya. Apa tata tertibnya, misalnya? Ya enggak apa-apa, banyak lagi apa, sampaikan saja apa. Jangan-jangan sekolah yang lain berbeda.

Ini semua sekolah melakukan ini semua ‘ndak’ sih? Benar seratus persen? Ya? Menyanyikan lagu Indonesia Raya? Berdoa, terakhir menyanyikan lagu daerah? Betul? Benar? Ada tambahan lagi apa? Itu standarnya sama semua sekolah, iya Pak Menteri (Mendikbud)? Dulu kelihatannya saya sekolah kok ‘ndak’. Berarti bagus, ini baru ya.

Terus apa lagi, mengenai etos belajar, etos kerja, apa sih yang diberikan pada anak-anak, kira-kira dari sekolah Ibu, apa yang diajarkan?

(Ibu Hartati menjawab)

Ya benar, kan ada Bapak Menteri (Mendikbud) juga ada di sana. Ya benar sudah betul, bagaimana. Ya sudah, kalau gugup kembali ke tempat. Iya, terima kasih Ibu Tati, silakan. Terima kasih, makasih.

Ditanya etos kerja, dijawab koordinasi. Baik, tapi bagus tadi yang disampaikan oleh Bu Hartati.

Yang dari Maluku ada tidak? (Presiden kembali meminta salah seorang kepala sekolah maju ke depan) Maluku Utara? Yang di belakang? Yang jauh-jauh itu dimana? Dari NTT (Nusa Tenggara Timur, ada? Mau saya NTT kok, Maluku, NTT, mana lagi, sebentar. Bangka Belitung? Ada di depan lagi Bangka Belitung, silakan Bu.

Dengan ibu siapa, Bu? Ibu Kurnia Pratiwi, agak dekat Bu. Kok dengan saya, jauh-jauh semua to? Saya enggak tahu ya, sekolah-sekolah kita ini banyak yang tidak suka kehijauan. Ini di luar konteks tadi. Tidak senang sekolah itu baik luarnya maupun dalamnya itu hijau total. Saya masuk, enggak tahu sudah berapa ribu sekolah, ya adanya tembok dan kelas, tembok dan bangku. Mengapa setiap sekolah itu ada landscape-nya yang bagus, tamannya juga taman yang bagus, anak-anak kita yang merawat. Kenapa tidak sekolah-sekolah kita ini landscape-nya misalnya kayak hotel bintang lima gitu. Hijau, tanamannya terawat. Bagaimana Ibu Kurnia dengan yang tadi saya sampaikan.

(Ibu Kurnia Parwati menjawab)

Apa itu Adiwiyata Mandiri itu pa, jelasin?

(Ibu Kurnia Menjawab)

Nah itu, yang larinya nanti ke sana. Kalau sudah kehijauannya bagus, mungkin juga tanamannya bermacam-macam akan menjadi media pendidikan. Diteruskan Bu, bagaimana.

(Ibu Kurnia Menjawab)

Berarti pertanyaan saya tadi pas. Ya itu yang saya maksudkan, mengapa ada konsep green city, kota yang hijau. Mengapa tidak ada konsep green school, sekolah yang hijau. Tetapi juga arahnya dipakai untuk mengedukasi anak-anak kita untuk mendidik anak-anak kita cinta lingkungan tetapi juga bisa dipakai untuk belajar biologi dan lain-lainnya. Terima kasih bu Kurnia, terima kasih.

Sekali lagi saya ucapkan selamat kepada sekolah penerima piagam penghargaan sekolah berintegritas dalam pelaksanaan Ujian Nasional yang lalu. Sekali lagi, nomor satu adalah kejujuran setelah itu etos kerja keras dan prestasi. Bila seluruh siswa kita menjungjung tinggi ikejujuran dan kerja keras maka sudah pasti akan berbuah prestasi. Ini berhubungan. Prestasi yang dilandasi dengan kejujuran dan kerja keras itulah yang akan membawa bangsa ini maju. Bukan hanya bangsa yang berdaulat dalam bidang politik dan bidang ekonomi namun juga bangsa yang berkepribadian dalam berbudaya seperti yang kita jaga bersama.

Terima kasih.

Wassalamualaikumwarahmatuallahi wabarakatuh.

(Humas Setkab)

 

Transkrip Pidato Terbaru