Sambutan Presiden Joko Widodo pada Penutupan Tanwir I Pemuda Muhammadiyah, 30 November, di Hotel Narita, Cipondoh, Tangerang, Banten
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Yang saya hormati para Menteri Kabinet Kerja,
Yang saya hormati Ketua Umum Pimpinan Muhammadiyah beserta keluarga besar pengurus Muhammadiyah,
Yang saya hormati Wali Kota Tangerang,
Yang saya hormati Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah adinda Dahnil Anhar Simanjuntak beserta seluruh jajaran pengurus Pemuda Muhammadiyah yang pada sore hari ini hadir,
Hadirin dan tamu undangan yang berbahagia.
Yang pertama saya ingin menyampaikan hal yang berkaitan dengan keberagaman kita. Tapi sebelumnya saya ingin memberikan salam pemuda Muhammadiyah dulu.
Allahu Akbar!
Allahu Akbar!
Merdeka!
Keberagaman, kembali ke keberagaman. Saya sudah semua provinsi saya kunjungi. 34 provinsi sudah saya kunjungi. Sudah hampir separuh kabupaten/kota dari 516 kabupaten/kota alhamdulillah juga sudah saya kunjungi. Dari titik 0 di Sabang sampai titik yang di timur di Merauke. Dari yang mungkin Saudara-saudara sekalian hampir semuanya belum kesana. Yang namanya Wamena, mungkin 1-2 pernah kesana. Yahukimo mungkin 1-2 pernah kesana, tapi saya yakin yang namanya kabupaten Nduga belum ada yang pernah kesana.
Karena apa? Dari Wamena ke Nduga itu membutuhkan waktu 4 hari jalan. Karena tidak ada jalan menuju kesana. Adanya adalah jalan setapak. Butuh waktu empat hari. Saya naik heli dari Wamena ke Nduga. Di kabupaten Nduga yang namanya aspal itu tidak ada. Ada kotanya tapi tidak ada aspalnya. Saudara-saudara bisa membayangkan. Itulah saudara-saudara kita.
Kemudian masuk ke paling utara, di pulau Miangas. Itu kalau dari Manado ke pulau Miangas kalau naik kapal itu 12 jam. Itu di kabupaten Talaud. 12 jam. Saya adalah presiden pertama yang ke Pulau Miangas. Dihuni oleh hanya 800 orang, kira-kira 220 KK. Ke Filipina kira-kira hanya 1,5 jam-2 jam naik kapal. Lebih dekat ke Filipina.
Yang saya ingin dan belum saya datangi yang sebelah selatan di pulau Rote, mungkin insya Allah akhir tahun ini saya ingin kesana.
Setelah melihat, melihat, melihat ke semua daerah itu, kita betul-betul baru merasakan betapa kita ini memang sangat-sangat beragam. Ada 700 suku dan lebih dari 1.100 bahasa lokal. Berbeda-beda, kita ini memang berbeda. Bermacam-macam, berbeda-beda, beragam. Inilah kemajemukan kita yang merupakan anugerah dari Allah yang patut kita syukuri. Dan kalau kita bisa betul-betul satu inilah kekuatan besar kita yang bisa kita tunjukkan kepada dunia, kepada negara lain bahwa meskipun kita berbeda-beda tetapi tetap satu.
Saya berikan contoh lagi, satu provinsi saja salamnya berbeda-beda. Setelah assalamualaikum salam lokalnya berbeda-beda. Di Sumatera Utara, di selatan di Nias berbeda, yaahowu, yaahowu. Masuk ke sebelah tengah beda lagi, saya hampir saja keliru, mejuah-juah, beda lagi. Agak ke timur lagi, juah-juah. Begitu masuk ke yang Sumut yang di tengah, horas. Saya pikir di Sumatera Utara ya hanya horas. Itu hanya di satu provinsi. Sedangkan kita memiliki 516 kabupaten dan kota.
Inilah yang harus kita rawat dan kita jaga, seperti tadi yang disampaikan oleh adinda Dahnil. Itu yang harus kita rawat dan kita jaga. Jangan sampai ada satupun di antara kita yang tidak menyadari itu. Kita hanya ingin mengingatkan pada kita semuanya bahwa memang kita beragam, beragam.
Yang kedua, yang berkaitan dengan media sosial. Saya juga titip, ini masalah etika, masalah sopan santun, masalah akhlak dalam kita berbicara di media sosial. Coba kita lihat dalam satu bulan belakangan ini, apa yang ada di dalam media sosial kita. Saling mencela, saling menghujat, saling menjelekkan, saling mengejek, saling mengadu domba, banyak fitnah di situ, banyak kebohongan di situ. Apakah ini tata nilai islami?
Inilah perlunya dakwah lewat media sosial dengan sebuah akhlak yang akhlakul kharimah. Sehingga tadi yang saya sebut tadi bisa hilang semuanya, minggir semuanya. Yang ada adalah yang baik-baik. Marilah kita sampaikan mengenai integritas, kejujuran. Saya setuju, marilah kita sampaikan mengenai optimisme. Karena yang kita hadapi persaingan sekarang ini adalah persaingan antarnegara yang semakin sengit. Dan itu dibutuhkan sebuah semangat. Dan saya sangat senang sekali Pemuda Muhammadiyah memiliki sebuah semangat yang militan. Kalau saya lihat militansinya yang sangat kelihatan. Tadi waktu adinda saya berada di podium, benar, bukan radikalis, bukan ekstremis, tetapi adalah militan. Karena memang persaingan itu berat. Persaingan berat antarnegara, berat.
Dan posisi daya saing kita sekarang ini masih pada posisi yang nomornya jauh sekali kalau dibandingkan dengan negara tetangga kita, masih jauh sekali. Ada tiga hal yang menyebabkan kita, daya saing kita sampai sekarang ini masih jauh dari yang kita harapkan. Yang pertama, ranking pertama, yang berkaitan dengan korupsi, yang pertama. Yang kedua, yang berkaitan dengan inefisiensi birokrasi kita, yang kedua. Yang ketiga, kesiapan infrastruktur kita yang ketinggalan dengan negara lain. Tiga ini sebetulnya persoalan besar kita yang harus kita dihadapi kalau kita ingin memenangkan persaingan dengan negara-negara yang lain. Tanpa ini bisa kita kerjakan dengan baik, mustahil kita bisa bersaing.
Dan itulah yang dihadapi nanti anak-anak muda kita tahun-tahun 25, tahun-tahun 30, tahun-tahun 35, 2025, 2030, sampai 2040. Karena di situ nanti ada bonus demografi. Kalau kita bisa memanfaatkan bonus demografi itu, kita akan memenangkan persaingan. Tapi kalau kita tidak menyiapkan bonus demografi itu, karena angkatan kerja yang sangat produktif akan muncul pada tahun-tahun itu, tetapi kalau tidak disiapkan dengan baik bukan hanya masalah kecerdasan, bukan hanya masalah skill saja, bukan hanya masalah pelatihan-pelatihan vocational training, bukan hanya itu, tapi yang paling penting sekarang ini dan yang akan datang adalah menurut saya integritas, kejujuran yang masih jauh yang harus kita siapkan mulai dari sekarang.
Inilah kekurangan besar kita. Jadi tiga hal tadi harus kita perangi bersama-sama. Ini yang menghambat daya saing negara kita apabila nanti betul-betul kita berada pada persaingan head-to-head dengan negara-negara tetangga kita. Tapi saya meyakini Pemuda Muhammadiyah kalau semangatnya seperti tadi, saya meyakini dalam persaingan dalam situasi apapun kalau seluruh pemuda di negara kita ini seperti tadi militansinya saya yakin kita akan memenangkan pertarungan dan persaingan itu.
Terakhir, dengan mengucap rasa syukur ke hadapan Allah subhanahu wa taala dan mengucap alhamdulillahirrabbilalamin saya nyatakan Tanwir I Pemuda Muhammadiyah Tahun 2016 dengan ini resmi ditutup.
Allahu Akbar!
Allahu Akbar!
Merdeka!
Terima kasih.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.