Sambutan Presiden Joko Widodo Pada Penyerahan Penghargaan Produktivitas Paramakarya, di Istana Negara, Jakarta, 24 November 2015
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Yang saya hormati para menteri, para gubernur, Bapak Ibu semuanya, para pengusaha yang mendapatkan pemenang penghargaan produktivitas, hadirin yang berbahagia.
Bapak Ibu saya kira sudah tahu semuanya sebulan lagi Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economy
Community) akan buka, nggak bisa lagi kita menghambat. Nggak bisa lagi kita bilang tidak, saya nggak mau, tidak bisa. Ke depan nanti akan ada yang lain lagi.
Ada yang namanya Trans Pasific Partnership (TPP), ada yang namanya Free Trade Agreements of the European Union (FTA-EU) mau nggak mau sudah…nggak bisa ditahan lagi, gimana kita menahannya. Kita ngomong kita nggak mau ikut AEC, Indonesia nggak mau ikut TPP, nggak mau ikut FTR-EU, kita ditutup.. diblok nggak bisa jualan ke negara-negara yang lain. Artinya apa, mau tidak mau, suka tidak suka kita harus siap menghadapi itu. Dan saya senang yang berkumpul disini adalah yang siap.
Ada tadi saya tanya kripik singkong masuk Korea, seneng saya. Ada tadi sarung golf masuk ke semua negara. Contoh-contoh seperti itu artinya produk-produk kita bisa bersaing. Ada produktivitas, nggak bisa ditolak lagi sudah.
Kalau produk Indonesia ditawarkan tetapi tidak ada yang membeli, artinya produk kita kalah bersaing dengan negara lain. Syukur kripik kita sudah masuk ke Korea. Saya takut kripik yang lain masuk ke Indonesia. Jangan kebalik-balik, yang sudah produktif seperti ini, punya produktivitas, punya competitiveness, punya daya saing, masuklah ke negara-negara lain.
Seneng saya melihat yang sudah siap, tapi saya sedih kalau ada yang mengeluh: Pak apa kita siap masuk ASEAN Economy Community? Apakah kita siap Pak kita masuk Masyarakat Ekonomi ASEAN?”.
Lho…lho…lho…seneng tidak seneng, suka tidak suka, ini harus dimasuki, sudah nggak bisa nolak. Siap tidak siap harus siap sebulan lagi. Ini kita baru identifikasi barang apa yang bisa masuk dulu kesana, produk apa yang bisa masuk dulu kesana.
Jangan kita dijadikan pasar, mereka masuk ke negara kita. Jadi Bapak Ibu sekali lagi tidak usah ada rasa khawatir, karena kepala negara, kepala pemerintah yang lain, presidennya, perdana menterinya, bisik-bisik ke saya mereka ternyata juga takut kemasukan barang-barang kita. Waduh ini kalau dibuka ini yang untung Indonesia, barang-barangnya murah, macem-macem lagi bisa masuk ke Singapura,Malaysia, Brunei, ke Thailand, ke Laos, ke Myanmar. Mereka itu takut. Jadi kalau kita takut keliru. Mereka takut kita kok malah kita jadi takut mereka.
Tugas menteri sudah saya sampaikan identifikasi barang-barang mana yang siap. Yang hadir disini, apalagi yang dapat piala, dapat bersaing. Insha Allah tidak ada masalah, karena sudah terbukti.
Saya bisa ngomong karena saya mulai dari usaha PKL, usaha mikro naik, usaha kecil naik, usaha menengah naik. Belum masuk ke usaha besar sudah jadi walikota, jadi gubernur, jadi presiden ya sudah. Tapi saya ingin kita tidak usah takut memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN. Kita persiapkan, kita harus siap.
Saya sudah perintahkan kepada Menteri Perdagangan untuk menyiapkan Badan Promosi Ekspor khusus untuk penetrasi masuk ke negara lain. Dan saya sudah perintahkan Menteri Perdagangan untuk membuat Dewan Penunjang Ekspor. Produksinya bagus tapi kemasannya kurang itu nanti tugasnya dia. Produksinya sudah bagus tapi pewarnaan, packaging kemasannya kurang baik, tugasnya nanti Dewan Penunjuang Ekspor untuk mencarikan desainer dari Prancis, orang produksi yang mengerti masalah kualitas dari Jerman, dari Taiwan, ahli manajemen yang biasanya orang Belanda. Ini tugasnya pemerintah.
Tugasnya pemerintah daerah juga sama. Gubernur, bupati, walikota semuanya nanti harus punya tugas. Kalau kita ingin jadi pemenang. Kalau kita ingin kalah yang bergerak sendiri-sendir. Kalau ingin jadi pemenang memang harus gerak semuanya, pemerintah pusat, pemerintah provinsi, kabupaten, kota, pengusaha-pengusahanya satu garis itu akan menang…insha Allah akan memang.
Saya seneng tadi dengar apa lagi tadi, saking banyaknya. Ada kpp, ada rendang juga, songket juga. Rendang hari-hati , artinya itu bisa diekspor itu. Jangan keliru nanti ada rendang masuk dari negara lain baru kaget nanti.
Saya juga seneng ada kawan baik saya sejak saya mulai dari nol, dapet juga Pak Supriyadi. Pontang-panting saya mulai dari nol Pak Pri ini tahu betul. Seminggu nggak tidur, empat bulan nggak pulang ke rumah , tidur di pabrik karena dollarnya saat itu tinggi sekali. Jadi kita kerja keras untuk memanfaatkan peluang yang ada.
Sekali lagi Bapak Ibu-ibu saudara sekalian, jangan ada rasa takut. Karena kita juga mempunyai potensi, kita juga mempunyai kekuatan, kita juga mempunyai skill, kita juga mempunyai keterampilan. Tetapi memang perlu digenjot habis. Memang ranking kita masih di competitiveness.
Kemudian secara negara di East Southeast Business Countries kita dengan negara dekat masih jauh sekali. Contoh di East Southeast Business Countries nomor kita di 109, Malaysia nomor 18, ini harus kita kejar angkanya biar bisa mendekat. Competitiveness tadi juga yang disaampaikan Pak Menteri. Ini yang menjadi pekerjaan besar kita, kalau kita ingin menjadi negara pemenang.
Sekarang ekonomi memang sedang melambat, memang sulit iya. Semua negara mengalami iya. Tapi bahwa itu menjadi keluhan-keluhan, menurut saya tidak boleh. Ini tantangan yang harus kita hadapi. Apalagi pengusaha, seneng kalau ada tantangan. Seneng kalau ada pesaing. Itu yang menggerakkan kita untuk maju. Kalau nggak ada persaingan nggak akan maju kita. Oleh sebab itu saya sampaikan bolak-balik visi kita ke depan adalah visi kompetisi. Kita harus berani menghadapi kompetisi itu. jangan menghindar dari persaingan.
Mau masuk ke TPP saja, saya ngomong waktu ketemu Presiden Barack Obama. Malaysia sudah masuk, Brunei sudah masuk, Singapura sudah masuk, kita belum menenentukan sikap saat itu. Begitu ketemu Presiden Barack Obama saya sampaikan , Indonesia bermaksud akan masuk ke TPP. Yang disini malah ramai, kan juga baru bermaksud. Bermaksud akan. Itu sudah ramai. Saya memang ingin mendengar suaranya seperti apa. “Pak tidak untung, Nanti kita akan kelindas”.
Itu namanya kita sudah ketakutan sebelum bertarung, sudah ketakutan sebelum berkompetisi, ketakutan sebelum bersaing. Di kalkulasi dong. Saya sudah minta semua menteri kalkulasi barang apa yang kita bisa menyerang ke sana. Barang apa dari sana yang bisa menyerang kesini. Misalnya dengan Amerika. Barang apa sih yang dia masukkan kesini yang bisa membuat persaingan dengan kita kan nggak ada. Produk dari Amerika kan apa, produk IT, komputer, mobil, pesawat, ya kan. Bapak Ibu kan nggak ada yang buat pesawat kan, nggak ada yang buat komputer kan. Terus produk kitas yang bisa masuk kesana apa? Semua bisa masuk.
Kalau kita tidak ikut TPP itu, Trans Pasific Partnership, barang kita boleh masuk tapi kena barier, kena tarif, kena pajak 15 – 20 persen. Terus negara-negara yang ikut TPP nol nggak kena apa-apa. Bisa bersaing kita? Yang sini dipajaki 20 persen, yang sini tidak. Dari Malaysia, Vietnam, Brunei,Singapura pajaknya nol mau masuk kesana, kita kena 15 – 20 persen. Bisa bersaing? Ya nggak bisa. Tapi ini perlu dihitung plus minusnya.
Oleh sebab itu saya nggak ngomong Presiden Obama Indonesia masuk nggak gitu. Indonesia bermaksud akan masuk. Jadi kata-kata itu dibedakan. Kemarin saya, coba carikan kata-kata yang bener, Inggrisnya yang bener apa will joint, atau intend to joint beda-beda itu. O yang bener ini pak, jadi jangan terlalu lama mempertimbangkan akan itu masih terlalu jauh Pak. Ya yang tengah-tangah saja, ya itu bermaksud akan, intend to . Jadi masih punya waktu setahun dua tahun untuk hitung-hitung masuk nggak.
Saya kira itu Ibu dan Bapak sekalian yang bisa saya sampaikan. Pada kesempatan yang baik ini sekali lagi saya mengucapkan selamat kepada pemenang penghargaan produktivitas pada sore hari ini.
Semoga apa yang sudah diberikan contoh oleh Bapak Ibu sekalian bisa ditiru oleh pengusa-pengusaha kecil, pengusaha menengah yang memang menunjukkan bahwa kita memang siap berkompetisi, siap bersaing dengan produktivitas yang sudah Bapak Ibu dan saudara-saudara tunjukkan.
Terima kasih,
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
(Humas Setkab)