Sambutan Presiden Joko Widodo pada Penyerahan Sertifikat Tanah Program Strategis Tahun 2016, 16 Oktober 2016, di Lapangan Kota Barat, Solo, Jawa Tengah

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 16 Oktober 2016
Kategori: Transkrip Pidato
Dibaca: 4.572 Kali

 

Logo-Pidato2Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita semua.

Yang saya hormati para Menteri Kabinet Kerja,
Yang saya hormati Gubernur Jawa Tengah, Wali Kota Solo, Wakil Wali Kota Solo, para Bupati yang hadir,
Bapak/Ibu seluruh masyarakat, seluruh rakyat Jawa Tengah yang pada pagi hari ini berkumpul di Kota Solo.

Hari ini kita membagikan sertifikat tanah, totalnya ada 3.515 sertifikat. Dan saya minta agar acara seperti ini tidak hanya berhenti pada acara berkumpul, ada seremonial, kemudian menyerahkan simbolis. Saya ingin memastikan bahwa Bapak/Ibu semuanya sudah menerima  sertifikat. Ini penting sekali, karena kita tahu Proyek Operasi Nasional, yang namanya Prona, ini sudah 35 tahun, tapi sampai sekarang belum selesai.  Baru diselesaikan 44 persen kurang lebih, berarti masih kurang hampir separuhnya, 56 persen, di seluruh Indonesia. Jadi yang belum pegang sertifikat seperti ini masih 56 persen. Berapa juta Pak Menteri itu? Jutanya berapa? Kurang lebih 60-an juta sertifikat yang harus segera diselesaikan oleh BPN.

Dan saya sudah perintahkan, saya kalau bekerja pasti dengan target, tahun depan harus selesai 5 juta sertifikat di seluruh Indonesia; tahun depannya lagi 7 juta sertifikat yang harus diselesaikan 2018; 2019, 9 juta sertifikat yang harus diselesaikan. Kalau bekerja enggak diberi target seperti itu nanti yang dibagi hanya sedikit.

Terus ada kekurangan juru ukur, kurang 10 ribu juru ukur. Tambahi. Kalau lewat penerimaan PNS kelamaan, ya sudah, sekarang diputuskan tidak usah PNS tidak apa-apa, tetapi diberi sertifikat juru ukur. Diuji, bisa langsung nanti membantu BPN untuk mengukur tanah. Plus ditambah juru data yang juga nantinya akan dibutuhkan kurang lebih 15 ribu orang. Sehingga ini juga akan membuka peluang lapangan kerja.

Tapi yang paling penting adalah sertifikatnya segera bisa kita selesaikan di seluruh Indonesia, tidak hanya di Jawa Tengah saja. Saya ingin memastikan semuanya masyarakat nanti pegang yang namanya sertifikat seperti ini. Tadi sudah dipanggil dari semua kabupaten, sekarang saya minta semuanya diangkat, semuanya, Jawa Tengah, benar-benar pegang ndak. Ini yang kita inginkan nanti setiap hari, setiap hari, setiap hari ada pembagian sertifikat tanah di semua kabupaten di seluruh Indonesia. Akan saya awasi sendiri.

Dan saya mengucapkan terima kasih kerja keras seluruh jajaran Kantor BPN yang sudah menyiapkan. Saya sampaikan, sekarang kerja cepat, harus cepat. Dan saya ingatkan juga jangan sampai ada pungli. Kalau bayar, bayar tidak apa-apa tapi itu resmi. Kalau memang nanti sertifikatnya harus bayar Rp50 ribu ya bayar, tapi jangan harusnya gratis dipungut Rp200 ribu, misalnya. Hati-hati, hati-hati.

Sekarang yang namanya pungli hati hati, tidak hanya urusan sertifikat, tidak hanya urusan SIM, tidak hanya urusan KTP, tidak hanya yang namanya urusan untuk izin-izin, semuanya akan saya awasi. Saya akan awasi. Hati-hati. Saya sudah mengingatkan. Hati-hati.

Bukan urusan uangnya. Banyak yang menyampaikan ke saya, “Pak Presiden kemarin di Kementerian Perhubungan hanya uangnya berapa juta saja diurus.” Bukan hanya urusan kecil-kecil seperti itu, yang lebih kecilpun juga akan saya urus. Bukan hanya urusan Rp500 ribu atau Rp1 juta, urusan Rp10 ribupun nanti akan saya urus.

Kecil-kecil tapi meresahkan, kecil-kecil tapi menjengkelkan. Iya, ndak? Kita harus membangun sebuah budaya yang baik, budaya kerja yang cepat. Setuju mboten? Saya sampaikan, ya memang kecil-kecil, hanya Rp100 ribu, hanya Rp50 ribu, tapi kalau dari Sabang-Merauke ada di kantor-kantor, ada di instansi, ada di pelabuhan, ada di jalan raya, kalau dihitung itu bisa puluhan triliun.

Oleh sebab itu, ya akan saya urus, akan saya kontrol, akan saya awasi. Kalau urusan yang gede-gede, yang milyar, yang triliun, itu urusannya KPK. Ya ndak? Tapi yang urusan kecil-kecil biar urusan saya. Saya urusan Rp10 ribu enggak apa-apa, urusan Rp100 ribu enggak apa-apa, urusan Rp200 ribu enggak apa-apa, tapi masyarakat senang. Kalau ingin membuat sesuatu dilayani dengan senyum, dilayani dengan cepat. Keinginan saya hanya itu kok, enggak ada yang lain.

Biasanya saya tanyakan, kalau sudah bagi-bagi seperti ini dengan cara saya. Dipungut mboten? Diminta tidak? Oh ndak, ndak. Itu yang saya cari. Di sini ada yang dipungut? Benar?

Karena Menteri BPN sekarang ini bekerja keras menyiapkan sistemnya, dan mengontrol, sehingga kita harapkan nanti betul-betul apa yang tadi disampaikan oleh Pak Menteri betul-betul bisa terlaksana. Dan masyarakat kalau sudah pegang sertifikat itu ayem, nggih mboten? Ayem. Entah sertifikatnya ini mau dipakai untuk nambah modal, monggo. Untuk cari pinjaman di bank, silakan. Tapi hati hati, kalau yang namanya pinjam di bank, hati-hati, dikalkulasi, dihitung. Nanti pinjam, utang, dipakai untuk beli mobil, beli kendaraan, enggak boleh. Kalau pinjam itu dipakai untuk hal-hal yang produktif, untuk menambah modal usaha, untuk beli mesin jahit, untuk hal-hal yang produktif. Apalagi seperti tadi disampaikan Pak Gubernur, untuk nambah istri, awas! Awas! Ini juga tak awasi.

Dan saya kira masyarakat tahu sekarang ini sudah kita bentuk yang namanya tim saber pungli, tim sapu bersih pungli sudah kita bentuk. Tidak boleh lagi rakyat disusahkan. Rakyat harus dimudahkan, harus digampangkan. Tapi mesti ada step-step waktunya. Karena yang masuk ke saya sekarang facebook, lewat twitter, “Pak niki teng kelurahanku enten pungli 10.000,” “Pak niki kulo dipungut Pak niki 2 juta untuk ngurus ini,” saya cek semuanya, saya cek, saya cek semuanya. Saya mendengarkan dan saya cek di lapangan.

(Dialog Presiden dengan Masyarakat)

Saya kira itu yang bisa saya sampaikan Bapak/Ibu sekalian pada hari ini. Akhirnya, sekali lagi, saya minta agar sertifikat ini dijaga yang baik, diberi plastik, disimpan yang baik. Dan tadi Pak Gub juga sudah menyampaikan, jangan dijual. Saya juga ulangi lagi, jangan dijual kalau betul-betul tidak sangat diperlukan, apalagi dijual untuk hal yang konsumtif, jangan.

Saya kira itu yang bisa saya sampaikan,
Terima kasih,
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Transkrip Pidato Terbaru