Sambutan Presiden Joko Widodo pada Penyerahan Sertifikat Tanah untuk Rakyat, 30 Juli 2018, di Gedung Olah Raga Mampis Rungan, Sumbawa Besar, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillahirrabbilalamin,
Wassalatu was salamu ala ashrifil anbiya i wal-mursalin,
Sayidina wa habibina wa syafiina wa maulana Muhammaddin,
Wa ala alihi wa sahbihi ajmain amma badu.
Yang saya hormati Menteri ATR/Kepala BPN, Pak Menteri PU, Pak Kepala Staf Kepresidenan, Pak Gubernur NTB, dan gubernur terpilih NTB Pak Zul, Pak Bupati Sumbawa,
Bapak-Ibu sekalian penerima sertifikat,
Apa kabar?
Alhamdulillah.
Jadi pada hari ini telah diserahkan 14.000 sertifikat di Sumbawa. Yang dihadirkan di sini 1.037 karena ruangannya enggak muat. Kalau 14.000 hadir semua, ruangan enggak muat.
Tadi sudah diserahkan semuanya sertifikatnya? Coba diangkat tinggi-tinggi, saya mau lihat betul-betul sudah diserahkan belum. Jangan turunkan dulu, mau saya hitung. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23,…1.037, betul. Nanti kalau enggak dihitung seperti itu, hanya seremoni, yang dikasih yang di depan tadi. Ya kan? Sering seperti itu, sehingga saya suruh cek angkat semuanya untuk itu. Jangan sampai nanti hanya hadir saja ternyata sertifikatnya belum diserahkan. Waduh, keliru lagi.
Yang kedua Ibu dan Bapak sekalian,
Setiap saya ke daerah baik ke provinsi, ke kabupaten, ke kota, ke desa, ke kampung, selalu keluhan, 3 tahun yang lalu, kepada saya adalah sengketa lahan, sengketa tanah karena rakyat belum pegang yang namanya sertifikat tanda bukti hak hukum atas tanah, belum pegang. Sengketa ada, masyarakat dengan pemerintah, masyarakat dengan perusahaan, masyarakat dengan masyarakat, masyarakat dengan tetangga, anak dengan bapak. Benar ndak? Tapi kalau sudah ada yang namanya tanda bukti hak hukum atas tanah seperti ini, sudah, siapa yang mau menggugat? Siapa yang mau mengajak sengketa? Sudah jelas di sini. Coba, namanya di sini jelas, luasnya meter perseginya di sini jelas. Digugat pakai apa? Ini tanda bukti hak hukum atas tanah yang kita miliki. Sudah, inilah gunanya sertifikat.
Tahun yang lalu, saya memberi target kepada Pak Menteri ATR/Kepala BPN, 5 juta sertifikat harus keluar di 2017, seluruh Indonesia. Biasanya, biasanya itu setiap tahun hanya keluar 500.000-600.000 sertifikat. Mulai tahun kemarin saya perintahkan 5 juta sertifikat harus keluar. Tahun ini 7 juta sertifikat harus keluar. Tahun depan, 9 juta sertifikat harus keluar dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote, harus.
Kantor BPN Sabtu-Minggu enggak libur, karyawannya kerja pagi, siang, sampai malam. Memang melayani masyarakat harus seperti itu. Ya ndak? Jangan melayani masyarakat berlama-lama, mengurus sertifikat bertahun-tahun, sudah enggak musim sekarang ini, enggak model kayak gitu. Setuju ndak? Ngurus sertifikat harus cepat. Ya tahu lah di lapangan harus pakai patok, harus diukur, ya perlu waktu, tapi jangan bertahun-tahun. Saya sudah peringatkan kepada Pak Menteri, kepada kanwil BPN, kantor BPN hati hati untuk urusan sertifikat yang berhubungan dengan rakyat. Harus dilayani dengan baik, harus dilayani dengan cepat.
Yang kedua, saya titip ini setelah dapat sertifikat tolong diberi plastik seperti ini, masukkan plastik. Ada plastiknya sudah? Supaya kalau gentingnya bocor, sertifikatnya enggak rusak. Benar ndak? Yang kedua difotokopi, jangan lupa difotokopi. Kalau sertifikat asli hilang, masih punya fotokopinya. Taruh di tempat berbeda, ini yang asli di lemari 1, fotokopi yang lemari 2. Kalau hilang, masih punya fotokopi, mengurus ke kantor BPN lebih mudah.
Yang ketiga, ini biasanya kalau sudah pegang sertifikat ini biasanya ini inginnya disekolahkan. Di sini tidak ada yang disekolahkan ya sertifikatnya? Enggak ada? Kok diam semua tadi? Ada yang mau disekolahkan tidak? Ada. Saya titip kalau ini mau dipakai untuk agunan ke bank, mau dipakai untuk jaminan ke bank, tolong dikalkulasi dulu, tolong dihitung dulu, bisa mengangsur ndak setiap bulan, bisa mencicil ndak setiap bulan. Dihitung betul. Jangan sampai sudah pegang sertifikat karena salah hitung sertifikatnya hilang diambil bank, hati-hati. Silakan mau dipakai untuk agunan ke bank, enggak apa-apa, untuk jaminan ke bank, enggak apa-apa.
Tapi juga kalau dapat pinjaman, misalnya tanahnya gede, dapat pinjaman 300 juta misalnya ini, dapat pinjaman 300 juta, jangan sampai yang 150 juta untuk beli mobil. Biasanya seperti itu, separuhnya beli mobil. Waduh, bisa beli mobil, gagah, nyetir mobil keluar masuk kampung. Ya ndak? Gagah, 6 bulan gagahnya, setelah itu mobilnya enggak bisa ngangsur, enggak bisa nyicil, mobilnya 6 bulan ditarik lagi sama dealer, sertifikatnya juga hilang. Jadi hati-hati.
Kalau pinjam di bank, dapat 300 juta gunakan semuanya untuk modal usaha, gunakan semuanya untuk modal kerja, gunakan semuanya untuk modal investasi. Jangan dipakai, sekali lagi, untuk beli barang-barang kenikmatan, mobil, TV, jangan. Kita pakai untuk modal usaha, kalau ada keuntungan 5 juta, ditabung, alhamdulillah. Dapat untung 10 juta, ditabung, alhamdulillah. Kalau sudah cukup, mau beli mobil silakan tapi dari keuntungan, bukan dari uang pinjamannya. Ingat ini. Banyak kejadian, sertifikat hilang gara-gara yang tadi, separuh dipakai untuk beli mobil. Ada ndak di sini yang seperti itu? Ndak ada? Ndak ada? Ndak ada ya? Ya sudah, syukur, alhamdulillah.
Terakhir Bapak-Ibu sekalian yang saya hormati,
Saya ingin mengingatkan kepada kita semuanya bahwa negara ini adalah negara besar. Indonesia sekarang telah memiliki 263 juta penduduk, 263 juta penduduk dengan perbedaan-perbedaan yang sangat banyak. Beda suku, beda agama, beda adat, beda tradisi, beda-beda semuanya dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote. Coba suku, Indonesia itu memiliki 714 suku, 714 suku. Coba bandingkan, Singapura itu hanya punya 4, Indonesia punya 714. Coba, 4, ini 714. Afghanistan, saya tanya ke Presiden Ashraf Ghani, Presiden Afghanistan, punya berapa suku di Afghanistan, 7, Indonesia 714. Artinya apa? Negara ini memang berbeda-beda. Bahasa daerahnya ada lebih dari 1.100, sukunya 714, berbeda-beda. Inilah anugerah yang diberikan oleh Allah kepada bangsa kita Indonesia.
Tapi jangan sampai karena perbedaan-perbedaan agama, suku, adat, tradisi, kita menjadi retak, jangan sampai. Apalagi retaknya, pecahnya gara-gara pilihan bupati, pilihan wali kota, atau pilihan gubernur, atau pilihan presiden, keliru besar. Karena itu adalah pesta demokrasi setiap 5 tahun sekali. Jangan sampai kita ini pecah, tidak saling menyapa antartetangga, antarkawan, antarkampung gara-gara pilihan bupati, pilihan wali kota, pilihan gubernur, atau pilihan presiden, ndak. Tidak boleh seperti itu. Karena inilah perbedaan-perbedaan yang kita miliki, yang itu merupakan anugerah dari Allah kepada kita bangsa Indonesia.Ya kalau ada pilihan gubernur, pilih pemimpin yang paling baik, dicoblos, setelah itu rukun kembali. Ada pilihan presiden, coblos, rukun kembali. Jangan bertahun-tahun masih dibawa-bawa. Rugi besar bangsa ini kalau kita terus-teruskan. Ini kegiatan politik, ini persaudaraan, kerukunan, persatuan. Itu aset besar bangsa Indonesia. Aset terbesar bangsa Indonesia adalah persatuan, kerukunan, persaudaraan.
Saya selalu menyampaikan marilah kita bersama-sama memelihara, merawat ukhuwah islamiyah kita, merawat, menjaga ukhuwah wathaniyah kita. Sebagai sebuah bangsa besar kita semua adalah saudara sebangsa dan setanah air. Kalau saya, saya ini tahu betul karena saya pernah, ke Sabang pernah, ke Merauke pernah, ke Miangas paling utara pernah, ke Rote paling selatan pernah. 17.000 pulau yang kita miliki. Betapa Indonesia itu sangat besar sekali, sangat besar sekali. Saya titip, marilah kita jaga bersama-sama persatuan, kesatuan, kerukunan, persaudaraan di antara kita. Sekali lagi, jangan sampai retak gara-gara pilkada, gara-gara pilihan bupati, pilihan wali kota, pilihan gubernur, maupun pilihan presiden, akan rugi besar kita.
(Kuis dari Presiden RI mengenai keberagaman Indonesia)
Baiklah Bapak-Ibu sekalian yang saya hormati,
Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini.
Sekali lagi, gunakanlah sertifikat ini untuk keperluan-keperluan yang berkaitan dengan kesejahteraan keluarga kita. Jangan dipakai untuk hal-hal yang tidak bermanfaat.
Saya tutup.
Terima kasih.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.