Sambutan Presiden Joko Widodo pada Penyerahan Sertipikat Hak Atas Tanah Program Strategis Nasional dan Pembinaan, Fasilitasi, Kerja Sama Serta Akses Reform oleh Presiden Republik Indonesia, 15 Juni 2017, di Alun-alun Kabupaten Cilacap, Cilacap, Jawa Tengah

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 16 Juni 2017
Kategori: Transkrip Pidato
Dibaca: 5.291 Kali

Logo-Pidato2-8Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Yang saya hormati para Menteri Kabinet Kerja, khusus Pak Menteri ATR/Kepala BPN,
Yang saya hormati Gubernur Jawa Tengah beserta Pak Pangdam, Pak Kapolda, dan seluruh jajaran TNI/Polri,
Yang saya hormati Pak Bupati Cilacap beserta seluruh jajaran yang pada sore hari ini hadir,
Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara sekalian yang saya hormati,

Kepriwe kabare?
Sae nggih?

Tadi sudah disampaikan oleh Pak Menteri ATR/Kepala BPN bahwa pada hari ini yang dibagikan adalah 2.500 sertifikat.

Coba diangkat, saya mau pengen semuanya diangkat, semuanya. Jangan diturunkan dulu, mau saya hitung. Sebentar, ada yang turun, dihitung dulu. Setunggal, kalih, tiga, sekawan, gangsal, enem, pitu, wolu, sangga, sepuluh, sewelas, rolas, kalih ewu, gangsal atus, pun. Nanti kalau tidak dihitung itu kita enggak yakin bahwa sertifikat ini sudah diberikan kepada Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara semuanya. Kalau sudah diangkat, semuanya jelas, berarti program ini memang sudah cepat dan akan dipercepat lagi.

Karena tadi disampaikan oleh Pak Menteri di Jawa Tengah ini baru separuh yang pegang sertifikat dari bidang-bidang tanah yang ada. Baru 49 persen. Ini akan dikebut, setiap tahun akan dikeluarkan kurang lebih 500.000. Tapi kalau seluruh Indonesia tahun ini akan dikeluarkan 5 juta, tahun depan 7 juta, tahun depannya lagi 9 juta.

Kenapa ini kita kebut? Karena banyak sengketa-sengketa yang terjadi di lapangan gara-gara tidak pegang yang namanya sertifikat. Sertifikat ini adalah tanda bukti hak. Kalau Bapak, Ibu, dan Saudara sudah pegang ini, pegang sertifikat, orang lain mau, “ini punya saya, ini punya saya,” tidak bisa. “Punya saya,” buktinya ada, bukti hukumnya ada. Ini penting sekali. Sudah 72 tahun kita merdeka, total bidang tanah di seluruh Indonesia ini adalah 126 juta tetapi yang pegang sertifikat baru 46 juta. Memang masih banyak sekali, dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote yang harus kita selesaikan.

Sekarang yang namanya Kanwil BPN, Kantor BPN semuanya kerja keras untuk menyelesaikan target yang sudah saya berikan. Kerja semuanya dengan target. Karena ini ditunggu rakyat, bener ndak? Semuanya nunggu. Saya sudah tidak mau lagi mengurus sertifikat sampai 1 tahun, 2 tahun, 3 tahun, 4 tahun, 5 tahun enggak rampung-rampung. Harus cepat mengurus sertifikat. Sekarang saya melihat seluruh Kantor BPN kerja mati-matian agar target yang sudah kita berikan itu nanti bisa terlaksana dengan baik.

Saya titip yang sudah pegang sertifikat niki tolong dilihat meter perseginya berapa, alamatnya sudah benar belum, nama pemiliknya benar belum, dilihat.

Kemudian yang kedua, kalau sertifikat ini mau disekolahkan. Ada ndak yang mau menyekolahkan? Coba tunjuk jari. Kok kabeh. Hati-hati. Yang pertama saya titip dulu, ini tolong sertifikat ini diberi plastik. Kalau gentengnya bocor, sertifikatnya biar enggak rusak. Yang kedua, difotokopi, disimpan di lain tempat, agar kalau ini hilang itu ada bukti fotokopinya. Kemudian yang ketiga, kalau ini mau disekolahkan, kembali lagi, untuk agunan, untuk jaminan di bank, tolong dihitung betul. Saya titip, dihitung betul apakah bisa ngangsur, apakah bisa mencicil bunga maupun pokoknya, dihitung. Kalau kira-kira tidak masuk, jangan memaksakan diri untuk mengambil pinjaman dari bank. Jangan sampai sudah dapat sertifikat, dipakai untuk agunan, kemudian justru hilang disita oleh bank. Hati-hati. Saya titip hati-hati. Dikalkulasi dulu usahanya apa, dihitung dulu untungnya berapa, bisa mencicil, mengangsur setiap bulan bisa ndak. Kalau bisa, silakan. Dipakai untuk agunan di bank itu juga sangat baik, tetapi sekali lagi dihitung, dikalkulasi.

Karena kadang-kadang kita ini semangat, “waduh ini saya masukkan ke bank, saya dapat Rp200 juta.” Tapi kita sering tidak hati-hati, dapat Rp200 juta, yang Rp100 juta untuk beli mobil. Nah, di sini mulai bermasalah. Karena mobilnya bukan mobil biasa, mobil untuk pribadi, bukan truk atau pick up yang bisa menghasilkan sehingga tidak bisa mengangsur dan mencicil pinjaman itu. Hati-hati, banyak kejadian.

Kalau sudah pinjam bank, saya titip, misalnya dapat Rp200 juta, jangan sampai ada yang dibelikan mobil atau barang-barang yang tidak produktif. Pakai semuanya untuk modal kerja, pakai semuanya untuk modal investasi. Jangan kita dapat Rp30 juta, yang Rp15 juta untuk beli sepeda motor, juga keliru. Dapat gagahnya saja kita tapi nanti tidak bisa mengembalikan pinjaman, hati-hati. Saya titip, hati-hati.

Yang kedua, Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara sekalian,
Saya ingin mengingatkan pada kita semuanya bahwa kita bangsa Indonesia ini beragam, beragam. Beragam suku, beragam agama, beragam bahasa daerah.

Coba kita lihat, negara kita yang besar ini kita sering lupa memiliki 17.000 pulau, memiliki 714 suku, enggak ada negara manapun di dunia yang memiliki suku sebanyak negara kita Indonesia, memiliki 1.100 lebih bahasa lokal, beda-beda semuanya. Di sini ada ‘kepriwe kabare’, di sana beda lagi. Salamnya juga beda-beda.

Saya berikan contoh saja di Sumatera Utara, dari satu tempat dengan tempat yang lain itu sudah beda-beda, padahal sama-sama Sumatera Utaranya, beda-beda semuanya. Di sebelah utara kalau salam, ‘horas’, kalau batak kan ‘horas’, ya kan? Masuk ke tengah sudah beda lagi, ‘mejuah-juah’. Agak ke timur lagi, beda lagi, ‘juah-juah’. Ke selatan beda lagi, ‘yahowu’. Beda-beda. Padahal kita memiliki 34 provinsi, 516 kabupaten dan kota. Jadi kita ini memang bermacam-macam, beragam.

Inilah kebinekaan yang harus kita jaga dan kita rawat. Jangan ada, saya titip, jangan ada gesekan sekecil apapun karena masalah agama atau masalah suku atau masalah bahasa daerah, ndak. Kita ini saudara, kita harus ingat kita ini saudara. Tidak usah kita ini saling menjelekkan, saling menyalahkan, saling mencemooh, saling mencela, ndak. Kita ini saudara, perlu saya ingatkan.

714 suku, Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara semua bisa bayangkan. Negara lain paling-paling punya 3 suku, 4 suku. Coba, kita ini 714. Kalau kita tidak rukun, rasa persaudaran kita tidak kita jaga dengan baik, baik ukhuwah islamiyah kita, ukhuwah wathaniyah kita enggak kita jaga dengan baik. Ini tugas kita bersama, saya titip.

Oleh sebab itu, silakan maju ke depan ada yang bisa ndak nyebutin 714 suku. Ada? Enggak ada kan?
100 ada ndak? Enggak ada?
10 ada ndak?
6 ada ndak?
6, 6 suku, 6 suku saja.
Coba, sebentar, sebentar.
Tunjuk jari, nanti saya suruh ke depan.
Itu belakang itu, ya boleh, belakang.

(Dialog Presiden RI dengan warga)

Betapa negara kita sangat besar sekali dan sangat beragam, saya perlu mengingatkan. Jangan sampai ada yang manas-manasin sehingga kita ini tidak rukun, ndak. Kita ini saudara sebangsa dan setanah air.

(Dialog Presiden RI dengan warga)

Baiklah Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara sekalian yang saya hormati,
Sekali lagi, jaga dan rawat baik-baik sertifikat yang sudah diberikan oleh pemerintah. Gunakan sebaik-baiknya kalau memang penggunaan itu produktif dan bisa menaikkan pendapatan kita, bisa mensejahterakan keluarga. Karena biasanya di negara-negara yang lain sertifikat itu diberikan kepada rakyatnya saat setelah kemerdekaan itu diberikan. Jadi rakyat itu betul-betul semuanya pegang sertifikat. Sehingga rasa memiliki tanah air itu betul-betul ada.

Oleh sebab itu, sekali lagi kita ingin cepat menyelesaikan persoalan yang berkaitan dengan sertifikat ini agar seluruh masyarakat bisa megang sertifikat, status hukumnya jelas, tanda bukti haknya juga betul-betul kepegang betul. Sehingga tidak ada sengketa lagi, sengketa lahan, sengketa tanah yang ada di daerah yang kita lihat banyak sekali antara individu dengan individu, orang dengan orang, kita dengan tetangga kita, kadang juga masyarakat dengan pemerintah, masyarakat dengan swasta. Kita lihat banyak sekali kasus-kasus seperti itu.

Saya tutup,
Terima kasih,
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Transkrip Pidato Terbaru