Sambutan Presiden Joko Widodo pada Peresmian Kereta Api Bandara Internasional Minangkabau, 21 Mei 2018, di Padang Pariaman, Sumatra Barat

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 21 Mei 2018
Kategori: Transkrip Pidato
Dibaca: 3.778 Kali

Logo-Pidato2Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillahirrabbilalamin,
wassalatu was salamu ‘ala ashrifil anbiya i wal-mursalin,
Sayidina wa habibina wa syafiina wa maulana Muhammaddin,
wa ‘ala alihi wa sahbihi ajma’in amma ba’du.

Yang saya hormati para menteri Kabinet Kerja, Gubernur Sumatra Barat beserta Ibu, Wali Kota Padang, Bupati Padang Pariaman,
Yang saya hormati Pangdam, Kapolda, serta anak-anakku semuanya, siswa-siswi SMP dan SMA,
Yang saya hormati yang mulia para ulama, para tokoh masyarakat yang hadir,
Hadirin yang berbahagia.

Kereta bandara seperti ini baru ada di Medan, kemudian di Jakarta, kemudian yang sekarang ada di Sumatra Barat, di Padang.

Kalau saya bandingkan kereta bandara di Jakarta, dulu kalau dari kota mau ke Soekarno-Hatta bisa memakan waktu 1 (satu) jam, bisa 2 (dua) jam, bisa 3 (tiga) jam. Tergantung macet atau tidaknya tapi banyak macetnya kalau di Jakarta. Kenapa kereta bandara dari Jakarta kota ke Soekarno-Hatta itu dibangun? Sebab kita ingin mengurangi sebanyak-banyaknya penggunaan mobil pribadi di jalanan. Orang akan kita biasakan kemana-mana menggunakan transportasi massal, baik yang namanya kereta, baik yang namanya busway, baik yang namanya nanti sebentar lagi di Jakarta ada MRT dan sebentar lagi juga ada LRT. Tanpa itu, di kota manapun di seluruh dunia, pasti akan macet karena orang akan ada kecenderungan untuk menggunakan mobil pribadi.

Di Sumatra Barat, khususnya di Kota Padang, di Padang Pariaman, kita juga ingin hal yang sama. Dari Bandara BIM ini menuju ke kota, masyarakat tidak menggunakan mobil pribadi tetapi menggunakan transportasi massal ini, yaitu kereta api bandara.

Kalau saya lihat tiketnya, kalau dibanding yang di Jakarta, di sini sangat murah sekali. Karena kalau di Jakarta dikerjakan oleh swasta, di Sumatra Barat dikerjakan oleh APBN. Yang saya perintahkan 3 (tiga) tahun yang lalu, alhamdulillah pada hari ini selesai.

Tadi saya mengecek langsung tiketnya berapa, karena saya inginnya apa-apa itu mengerti langsung, benar ndak sich. Tiketnya tercantum di sini Rp10.000 (sepuluh ribu rupiah) dan yang saya bayar memang Rp10.000 (sepuluh ribu rupiah). Artinya apa? Ya sangat murah sekali. Kalau Bapak-Ibu semuanya mungkin naik mobil dari kota ke Airport BIM ini mungkin kurang lebih 50 (lima puluh) menit atau 1 (satu) jam, dihitung saja habis bensin berapa tapi kalau naik kereta ini hanya dikenakan tarif Rp10.000 (sepuluh ribu rupiah).

Kemudian yang kedua, juga perlu saya sampaikan bahwa Bandara Internasional Minangkabau ini, Airport BIM ini juga terminalnya dalam proses segera diperluas. Sekarang ini kapasitas 2,7 (dua koma tujuh) juta, 2,7 (dua koma tujuh) juta penumpang per tahun, tahun depan insyaallah akhir tahun 2019 sudah akan bisa menampung 5,7 (lima koma tujuh) juta penumpang.

Tadi saya tanyakan langsung ke Direktur Utama Angkasa Pura, kapan selesai. Saya tanya langsung tadi seperti itu, saya tanyakan langsung, “kapan selesai Pak Dirut?” Jawabannya adalah, “insyaallah Pak, nanti tahun 2019.” Artinya sama seperti yang kita rencananya, nantinya 2019 insyaallah sudah akan selesai sehingga Airport BIM ini betul-betul menjadi sebuah airport yang besar dengan kapasitas, sekali lagi, 5,7 (lima koma tujuh) juta penumpang.

Yang ketiga, saya ingin menyampaikan, di daerah-daerah yang lain ini juga saya sampaikan, ini yang berkaitan dengan isu-isu. Karena banyak di daerah-daerah yang menanyakan kepada saya mengenai isu-isu Presiden Jokowi itu PKI. Ini perlu saya jawab sekarang karena banyak isu-isu seperti itu. Saya jawab, saya lahir tahun ’61, PKI itu dibubarkan tahun ’65. Artinya saya masih balita, masih umur 3,5 (tiga setengah) tahun. Kan enggak mungkin ada balita PKI. Logikanya enggak masuk.

Dikejar lagi, ini yang namanya politik kan seperti itu diisukan-diisukan, orang tuanya. Lha sekarang kan gampang, sekarang itu sangat mudah. Muhammadiyah ada cabang di Solo, NU ada cabang di Solo, Persis ada cabang di Solo, Al Irsyad ada cabang di Solo, Parmusi juga ada cabang di Solo, semua ormas ada cabang di Solo. Tanyakan saja di masjid di dekat rumah saya, siapa orang tua saya, siapa kakek nenek saya, siapa saya. Gampang banget. Terbuka sekarang ini, enggak ada yang bisa ditutup-tutupi, enggak ada.

Malah ada lagi, isu lagi, ini juga yang perlu saya jawab, Presiden Jokowi itu anaknya Oey Hong Liong dari Singapura, chinese dari Singapura. Ini kalau tidak saya jawab seperti ini nanti bisa kemana-mana. Bapak-Ibu saya itu orang desa, orang desa betul. Bapak saya dari Kabupaten Karanganyar, ibu saya dari Kabupaten Boyolali. Orang desa semuanya. Saya kan juga bukan elite politik, saya dari kampung.

Ini kalau isu-isu seperti ini diterus-teruskan, kita ini menjadi tidak produktif. Harusnya kita konsentrasi membangun infrastruktur, membangun bandara, membangun kereta api bandara, membangun jalan tol. Nanti tahapan kedua kita ingin membangun sumber daya manusia kedepan. Tahapan-tahapan besar itu. Tapi bisa energi kita habis untuk menjawab hal-hal seperti ini. Tapi perlu saya jawab, kalau tidak saya jawab nanti kemana-mana.

Mestinya kita ini khusnul tafahum bukan su’ul tafahum. Kalau su’ul tafahum itu selalu gampang curiga, gampang berprasangka jelek, gampang berprasangka buruk, melihat sesuatu dengan pikiran negatif. Kalau khusnul tafahum selalu kita berpikiran positif, selalu berpikiran dengan kecintaan, tidak ada prasangka-prasangka buruk, tidak ada prasangka-prasangka jelek.

Oleh sebab itu, marilah saya mengajak kita semuanya untuk selalu berpikir positif, bekerja secara produktif, sehingga ketertinggalan bangsa kita ini dari negara-negara tetangga itu bisa kita kejar bersama sama.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim saya resmikan kereta api Bandara Internasional Minangkabau di Sumatra Barat.

Terima kasih.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Transkrip Pidato Terbaru