Sambutan Presiden Joko Widodo pada Peresmian Pembukaan Indonesia Industrial Summit Tahun 2018 dan Peluncuran “Making Indonesia 4.0”, 4 April 2018, di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta Pusat
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Om swastiastu namo buddhaya,
Salam kebajikan.
Yang saya hormati Yang Mulia para Duta Besar, para Menteri Kabinet Kerja, Anggota DPR RI,
Yang saya hormati para Gubernur, Bupati, Wali Kota, Kepala Bappeda, Kepala Dinas Perindustrian, para CEO, seluruh pengusaha yang hadir,
Bapak, Ibu, Hadirin yang berbahagia.
Tadi disampaikan oleh Pak Menteri Perindustrian, tanggal empat, bulan empat, ada Making Indonesia 4.0, ini ada empatnya lagi. Ngerti semuanya kan? Saya tadi masih belum tanggap, setelah saya mikir baru tertawa saya tadi juga.
Bapak-Ibu sekalian yang saya hormati,
Pagi hari ini kita berada di sini berkumpul untuk bertemu dalam Indonesia Industrial Summit 2018 dan juga untuk meluncurkan gerakan Making Indonesia 4.0. Ini adalah program pemerintah menanggapi Revolusi Industri 4.0 yang sedang mentransformasi dunia. Kita harus paham ini dan harus menyadari ini.
Ada sebuah riset oleh McKinsey Global Institute di tahun 2015 yang mengatakan bahwa Revolusi Industri 4.0 dampaknya akan tiga ribu kali lebih dahsyat dari revolusi industri pertama di abad XIX. Bayangkan, sekali lagi, dampaknya akan tiga ribu kali lebih dahsyat dari revolusi industri pertama di abad XIX. McKinsey mengatakan, kecepatan perubahannya akan sepuluh kali lebih cepat dan dampaknya akan tiga ratus kali lebih luas, bayangkan ini. Jadi, sepuluh kali tiga ratus artinya tiga ribu kali lipat dampaknya. Inilah yang harus kita pahami, kita mengerti, dan kita antisipasi.Dari laporan-laporan yang saya terima, termasuk dari Menteri Perindustrian dan saya percaya itu, saya percaya bahwa dampak dari Revolusi Industri 4.0 ini akan tiga ribu kali lipat dibandingkan dampak revolusi industri pertama, sekitar dua ratus tahun yang lalu. Saya mempercayai itu.
Kemudian lembaga riset yang sama, McKinsey Global Institute juga menerbitkan analisa lanjutan kira-kira dua tahun kemudian, yaitu di November 2017. Dalam riset lanjutan McKinsey Global Institute itu memprediksi, mereka memprediksi bahwa Revolusi Industri 4.0 akan menghilangkan delapan ratus juta lapangan kerja di seluruh dunia. Sekali lagi, menghilangkan delapan ratus juta lapangan kerja di seluruh dunia antara sekarang sampai nanti tahun 2030. Artinya apa? Ya maksud McKinsey, delapan ratus juta pekerja di seluruh dunia akan kehilangan pekerjaannya karena diambil alih oleh robot dan mesin dalam dua belas tahun ke depan. Nah kalau yang ini saya enggak percaya, enggak percaya kalau yang ini. Kalau yang pesimis-pesimis itu saya enggak percaya atau paling enggak rada enggak percaya.
Bapak-Ibu sekalian,
Saya percaya bahwa Revolusi Industri 4.0 akan melahirkan jauh lebih banyak lapangan kerja baru daripada jumlah lapangan kerja yang hilang. Jadi ketidakpercayaan saya tadi saya ganti dengan ini. Saya percaya bahwa Revolusi Industri 4.0 ini akan melahirkan jauh lebih banyak lapangan kerja baru daripada jumlah lapangan kerja yang tadi disampaikan oleh McKinsey yang akan hilang. Artinya apa? Apakah Revolusi Industri 4.0 ini sebuah peluang besar? Jawaban saya, ya kalau kita mempersiapkan, kalau kita merencanakan, dan bisa mengantisipasi ini. Apakah Revolusi Industri 4.0 ini sebuah ancaman? Menurut saya jawabannya iya dan tidak. Bisa iya, bisa tidak, tergantung kita.
Revolusi Industri 4.0 terdiri atas apa saja? Pertama, kombinasi dari komputasi awan atau cloud computing dengan mobile internet di mana ratusan juta smartphone berkomunikasi dengan platform-platform komputasi di cloud atau di awan. Dan sekarang ini sudah mulai terjadi dengan ratusan juta smartphone setiap hari menyumbang data ke platform-platform, seperti Google, Facebook, Amazon, Alibaba, Tencent terjadilah fenomena yang kita namakan big data. Kemudian artificial intelligence, mesin cerdas. Software-software baru yang bisa mencermati korelasi-korelasi di dalam big data tadi. Bisa mencermati pola-pola statistik di dalam big data itu. Ini hati-hati, kita harus mengerti ini. Kemudian yang namanya Internet of Thing atau IoT, dimana bukan hanya smartphone yang ter-connect ke internet tetapi benda-benda di sekeliling kita pun semakin banyak yang ter-connect ke internet. Teknologi-teknologi ini, cloud computing, mobile internet dan mesin cerdas (artificial intelligence), kemudian digabung menjadi generasi baru robotik, seperti pesawat drone, autonomous vehicle atau kendaraan autonom yang bisa mengendarai diri sendiri tanpa disupiri oleh manusia.
Dan di sektor manufaktur, gabungan teknologi-teknologi ini juga mewujudkan antara lain 3D printing. Nah ini sebuah video yang menunjukkan bahkan sudah ada robot bidang konstruksi yang bisa mencetak sebuah rumah tinggal hanya dalam waktu dua puluh empat jam. Bayangkan, menggunakan teknologi 3D printing dengan biaya hanya kurang lebih sepertiga ongkos konstruksi yang tradisional yang lama. Kita bisa bayangkan akan terjadi revolusi seperti apa nantinya.
Pemerintah Dubai, tahun lalu juga sudah mengumumkannya niatnya untuk dua puluh lima persen dari semua bangunan baru di Dubai, ini yang kita baca, dalam dua puluh tahun kedepan akan memakai teknologi 3D printing guna mempercepat proses-proses konstruksi. Perubahan-perubahan seperti ini yang kita harus mengerti, kita harus paham, dan kita harus bisa mengantisipasi. Kembali lagi, jadi 25 persen dari semua bangunan baru di Dubai dalam dua puluh tahun kedepan akan memakai teknologi 3D printing guna mempercepat proses konstruksi. Supaya proses konstruksi lebih efisien, yaitu mengurangi pemborosan dalam proses-prosesnya sehingga menghemat biaya konstruksi.
Dan perkembangan-perkembangan ini juga sudah mulai muncul di negara-negara tetangga. Sudah mulai. Di Changi Airport, di Singapura sudah ada robot pembersih karpet yang mengendarai dirinya sendiri secara otonom. Berarti nanti tukang sapu hilang. Beberapa hotel di Singapura juga sudah mulai bereksperimentasi dengan jasa-jasa tertentu yang dilayani oleh robot. Hati-hati. Seperti, mengantarkan makanan atau room service ke kamar tamu menggunakan robot yang juga berkeliling secara otonom. Bayangkan kalau ini menggejala tidak hanya di airport, tidak hanya di hotel, tapi di semua tempat. Oleh sebab itu, saya sangat mengapresiasi Kementerian Perindustrian yang dengan sangat sigap dan serius mempersiapkan roadmap implementasi industri 4.0 di negara kita Indonesia yang nantinya akan lebih kita kenal dengan Making Indonesia 4.0.
Menurut saya, nama program ini sangat tepat karena dua hal, making dapat diartikan membuat, membangun, atau mewujudkan sesuatu di mana dalam hal ini diartikan sebagai membangun kembali perindustrian kita. Yang kedua, kombinasi making dengan Indonesia berarti mewujudkan, membangun Indonesia ke era baru, yaitu Indonesia 4.0. Di dalamnya terdapat beberapa aspirasi besar untuk merevitalisasi industri Indonesia secara menyeluruh. Harapannya dengan mengimplementasi Industri 4.0, Indonesia dapat mencapai top 10 ekonomi global pada tahun 2030, melalui peningkatan angka ekspor neto kita kembali ke sepuluh persen dari PDB dan peningkatan produktivitas dengan adopsi teknologi dan inovasi. Dan dalam aspirasi Making Indonesia 4.0 juga tercantum aspirasi untuk mewujudkan pembukaan sepuluh juta lapangan kerja baru di tahun 2030.
Tentu hal ini akan menjadi suatu landasan pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa yang akan datang. Selain penciptaan lapangan kerja baru, implementasi Industri 4.0 di Indonesia harus memastikan pertumbuhan secara inklusif, pertumbuhan yang juga melibatkan seluruh lapisan ekonomi masyarakat. Tidak hanya perusahaan besar namun juga usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah/UMKM di mana ke depannya UMKM juga harus dibuat paham dan mudah dalam mengakses dan menggunakan teknologi sehingga lebih berdaya saing.
Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara sekalian yang saya hormati,
Sebagai langkah awal dalam menjalankan Making Indonesia 4.0, terdapat lima industri yang menjadi fokus implementasi Industri 4.0 di Indonesia, yaitu makanan dan minuman, tekstil, otomotif, elektronik dan kimia. Lima industri ini merupakan tulang punggung dan diharapkan membawa efek ungkit yang besar dalam hal daya saing dan kontribusinya terhadap ekonomi Indonesia menuju sepuluh besar ekonomi dunia di 2030.
Dan mulai hari ini, Making Indonesia 4.0 saya tetapkan sebagai salah satu agenda nasional bangsa Indonesia dan Kementerian Perindustrian akan menjadi leading sector untuk agenda ini. Dan saya minta pada kementerian dan lembaga lainnya, pemerintah daerah dan pelaku-pelaku usaha untuk mendukung penuh program ini sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing demi kesuksesan dan kemajuan bangsa yang kita cintai ini.
Saya rasa itu yang bisa disampaikan pada kesempatan yang baik ini. Dan dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim, hari ini saya meresmikan Indonesia Industrial Summit 2018 dan meluncurkan Making Indonesia 4.0.