Sambutan Presiden Joko Widodo pada Peresmian Pembukaan Pameran Waralaba dan UKM Indonesia dalam rangka World Franchise Summit Indonesia (WFSI) 2016, 25 November 2016, di Jakarta Hall Convention Center
Bismillaahirrahmaanirrahiim,
Assalaamualaikum warahmatullaahi wabarakaatuh,
Selamat pagi, salam sejahtera bagi kita semuanya.
Bapak-Ibu dan Saudara-saudara sekalian yang saya hormati,
Konsep franchise atau waralaba sebenarnya sangat cocok untuk negara kita, Indonesia. Masyarakat Indonesia sejak lama sudah terbiasa dengan usaha sendiri, buka warung, buka toko, buka restoran, dan 70 sampai 80% dari total lapangan kerja di Indonesia ada di usaha mikro, kecil, dan menengah. Dan, untuk seorang pengusaha lokal di suatu kota mengambil suatu franchise berarti bisa langsung naik kelas, karena paket waralaba biasanya sudah menganut standar-standar yang sangat dioptimalkan. Standarisasi sering kali membawa banyak efisiensi yang kemudian menghemat ongkos, kulkasnya standar, kompornya standar, lampunya standar, dan ukuran spesifikasinya sudah dioptimalkan oleh master franchise. Jadi sudah ndak usah mikir lagi, mau beli kulkas kayak apa? Beli kompor kayak apa? Jadi seorang pengusaha lokal dari pada bikin spec sendiri untuk restoran, untuk cafe, sudah bisa bikin yang standar nasional atau bahkan standar internasional.
Jadi rasanya memang waralaba adalah bentuk wiraswasta yang amat modern, boleh dibilang bentuk usaha sendiri di abad 21. Dan, konsep waralaba juga baik untuk efisiensi ekonomi, standarisasi yang lazim diterapkan dalam konsep franchise membawa skala ekonomi yang kemudian banyak menghemat banyak ongkos.
Saya senang sekali bahwa sekarang muncul potensi-potensi waralaba di negara kita. Tadi yang sudah ke depan saya kira ini adalah kekuatan kita, yang saya kira nantinya akan diikuti oleh franchise, waralaba-waralaba yang lain yang akan muncul, saya sebut mungkin yang potensi saat ini meskipun mungkin baru buka di 10 atau 15 lokasi, misalnya Bakso Alex. Tadi bisik-bisik saya tanya, Berapa Pak Alex sekarang? Sudah punya berapa gerai?. Dijawab, 10 Pak. Iya 10 kan sekarang, nanti lihat tahun depan.
Zaman sekarang hadir tidak hanya suatu waralaba, suatu franchise dalam suatu kota sudah menjadi lambang tingkat kemajuan kota itu, apalagi untuk generasi muda, begitu jalan-jalan di sebuah kota langsung yang dicek ada Starbucks-nya nggak ya, iya kan? Kalau ada Starbucks biasanya citra sebuah kota langsung, sepertinya berkelas internasional, meskipun tidak selalu seperti itu, saya lebih seneng sebetulnya kalau di kota-kota di Indonesia itu ada Coffee Toffee-nya. Saya suruh maju lagi ajalah pemiliknya tadi. Wah ini cepet sekali, dan saya lihat masih muda banget, di sini! saya mau ngomong-ngomong. Dikenalkan dulu namanya!
Odi Anindito:
Perkenalkan, selamat pagi, nama saya Odi Anindito. Saya…
Presiden:
Siapa?
Odi Anindito:
Odi Pak.
Presiden:
Odi, Odi.
Odi Anindito:
Saya Founder dan Managing Director Coffee-Toffee Indonesia.
Presiden:
Sekarang sudah ada berapa gerai?
Odi Anindito:
Saat ini yang berjumlah, yang cukup besar sekitar 50, total sudah 160 gerai.
Presiden:
Nah, 100?
Odi Anindito:
60.
Presiden:
160 gerai coba. Yang pasti saya pastikan, Odi lebih kaya dari saya. Saya juga bisa ngitung, jangan dipikir saya nggak bisa ngitung, saya bisa ngitung.
Odi Anindito:
Karena itu gunanya franchise Pak.
Presiden:
Iya, langsung saya itung-itungan, waduh, udah nggak tau lipet berapa kekayaannya dari saya. Dan saya seneng, umurnya berapa Odi?
Odi Anindito:
Saat ini 36 tahun Pak.
Presiden:
Baru 36 tahun. Sudah ada yang keluar belum?
Odi Anindito:
Keluar negeri…
Presiden:
Iya?
Odi Anindito:
Saat ini belum, saat ini kita fokus ke Indonesia aja dulu.
Presiden:
Baru fokus di pasar domestik dulu aja sudah gedenya.
Odi Anindito:
Cukup besar pasarnya Pak.
Presiden:
Iya, tapi jangan lupa, serang ke luar juga!
Odi Anindito:
Siap laksanakan Pak Presiden.
Presiden:
Saya tunggu nanti di tahun depan.
Odi Anindito:
Siap Pak Presiden.
Presiden:
Akan saya tanya lagi udah berapa banyak yang ada di luar. Iya, terima kasih Odi, terima kasih, terima kasih, sukses.
Jadi banyak sekali kita, tadi disampaikan oleh Pak Ana, misalnya Es Teler 77, Pak Andro. Ini sekarang sudah berapa, 180 gerai, bayangkan, saya bayangkan berapa alpukat, berapa ton alpukat yang diserap oleh Es Teler 77, berapa ton nangka yang diserap oleh Es Teler 77, nggak bisa bayangkan kita, 180 outlet. Inilah hal-hal kecil-kecil yang sebetulnya sangat besar sekali. Baba Rafi tadi saya tanya udah berapa outlet sekarang, berapa 1000? 1200 outlet, berapa tenaga kerja yang diserap di situ, banyak sekali, banyak sekali. Ada pemilik warung abnormal nggak? Ada? Tadi Bakso Alex ada, Bakso Bujangan ada nggak? Nggak ada, aduh nggak datang. Nggak, karena ini hal-hal yang banyak belum dilihat orang, orang mencoba, merasakan, dan kalau sudah sebuah gerai itu penuh, kenapa tidak segera dikembangkan secepat-cepatnya. Kita memiliki, negara kita memiliki 34 provinsi, memiliki 516 kabupaten/kota, potensinya, potensi domestik yang sangat besar sekali untuk pengembangan waralaba Indonesia.
Saya kira itu sedikit yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini, semoga produksi waralaba di negara kita di Indonesia semakin hari semakin banyak, dan akan memperkuat ekonomi kerakyatan di negara kita.
Saya kira itu yang bisa saya sampaikan.
Terima kasih,
Wassalaamualaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.