Sambutan Presiden Joko Widodo pada Peresmian Pembukaan Rapat Kerja Nasional Pembangunan Pertanian Tahun 2017, 5 Januari 2016, di Ruang Birawa, Hotel Bidakara, Jakarta Selatan

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 5 Januari 2017
Kategori: Transkrip Pidato
Dibaca: 8.113 Kali

Logo-Pidato2Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita semua.

Yang saya hormati para Menteri Kabinet Kerja khususnya Menteri Pertanian,
Yang saya hormati Panglima TNI beserta Kepala Staf Angkatan Darat yang hadir pada pagi hari ini,
Yang saya hormati Ketua Tim Penggerak PKK Pusat,
Yang saya hormati para Eselon I, II, dan III Kementerian Pertanian, para Kepala Dinas dari Kabupaten dan Provinsi yang hadir,
Yang saya hormati para Danrem, Dandim dari Provinsi di seluruh Indonesia,
Hadirin dan undangan yang berbahagia.

Saya berbahagia sekali memiliki Menteri Pertanian sekelas Bapak Amran Sulaiman. Setahu saya dan seizin yang saya ketahui sakitnya 3 kali, tetapi tadi beliau menyampaikan 20 kali. Berarti yang 17 kali enggak izin. Karena terakhir izin ke saya, bisik-bisik, “Pak saya mau ke Jerman, tensi saya naik.” Mau periksa tapi saya enggak menegaskan periksa apa, urusannya Pak Amran lah. “Tapi yang tahu hanya Pak Presiden, istri saya juga enggak tahu, tahunya saya diperintah Presiden untuk pergi ke Jerman.” “Ya sudah berangkat saja, nanti kalau istri tanya ke saya, ada urusan masalah beras.” Kan Bu Amran enggak mikir, masak Jerman sama beras urusannya apa, sudah lah. Tapi buat saya, kalau yang ngomong saya, biasanya kalau yang ngomong saya, istri-istri itu percaya kok.

Yang pertama, saya ingin mengingatkan lagi kepada kita semuanya bahwa pembangunan sektor pertanian ini adalah pintu masuk untuk mengatasi masalah kemiskinan yang sudah menjadi problem kita bertahun-tahun. Dan juga menekan ketimpangan, baik ketimpangan wilayah maupun kesenjangan antara kaya dan miskin. Artinya apa, artinya kita tidak bisa lagi melihat bahwa pembangunan pertanian ini dengan sebelah mata. Sektor pertanian ini harus dikembangkan menjadi alat rakyat untuk mencapai kesejahteraan bersama. Namun, kita juga sadar bahwa tantangan-tantangan yang ada ini juga tidak mudah. Jadi jangan menuntut dulu, Menteri Pertanian baru bekerja 2 (dua) tahun, tapi lihatlah nanti. Saya memiliki keyakinan di tahun ketiga, tahun keempat, lihatlah hasil-hasil yang akan dicapai oleh Kementerian Pertanian. Saya meyakini itu. Insya Allah yang saya yakini nanti akan benar. Karena kalau kita lihat di lapangan, seperti tadi yang sudah dilaporkan oleh Mentan, misalnya Alsintan saja yang dibagi dari sebelumnya hanya berapa, 8 ribu? 4 ribu? 4 ribu sekarang 180 ribu. Ya kalau dibandingkan angkanya kan sudah jauh sekali. Dan itu dipastikan akan memperbesar, akan meningkatkan produksi kita.

Yang kedua, yang saya sampaikan kepada Mentan, kepada Menteri Desa, kepada Menteri PU urusi itu yang namanya air, baik yang berkaitan dengan irigasinya, dengan waduknya, urus itu. Karena kunci dari peningkatan produksi pertanian adalah air, enggak ada yang lebih penting dari itu. Jadi urusi irigasi baik primer, sekunder, tersier yang 52 persen rusak, yang tidak pernah dibenahi, yang tidak pernah diperbaiki. Kalau itu diselesaikan dan air bisa mengalir ke sawah-sawah kita saya sangat meyakini itu akan meningkatkan drastis produksi pertanian kita.

Yang kedua, yang berkaitan dengan embung. Tampungan air ini juga sangat penting sekali terutama di musim kemarau. Kita memiliki, dianugerahi air yang melimpah tetapi tidak dikelola, tidak di-manage dengan baik. Embung tadi dilaporkan baru kira-kira 3 ribuan, 3 ribu – 4 ribu yang sekarang ada. Tahun ini, kita perkirakan target, nanti duet antara, bukan duet, trio antara Menteri Pertanian, Menteri Desa, Menteri PU, target kita di atas 30 ribu embung harus terbangun pada tahun ini, baik yang kecil, yang sedang, maupun yang agak besar. Ini kuncinya memang ada di situ.

Kemudian pasca panen. Saya meminta agar infrastruktur pemasaran itu betul-betul dilihat secara detil. Saya kira Pak Menteri Pertanian duet dengan Pak Mendag ini sekarang, duet yang paling, yang saya lihat, duet yang paling bagus dalam mengelola produk-produk pertanian. Siapkan yang namanya logistic platform, siapkan yang namanya retail platform. Dalam dunia IT yang sekarang ini kita hadapi tanpa itu jangan berharap ada efisiensi. Sehingga mata rantai di lapangan, mata rantai pemasaran, mata rantai yang sekarang dikuasai tengkulak-tengkulak itu bisa dipendekkan dengan kita membangun sebuah logistic platform dan retail platform. Yang ini akan meningkatkan harga petani dan akan menggairahkan produksi pertanian karena mereka, produksi mereka, produk mereka dihargai oleh pasar, dihargai oleh konsumen, naik harganya, meningkat harganya. Ini juga menjadi kunci yang harus kita perhatikan secara serius, secara detail.

Yang ketiga, yang berkaitan dengan clustering. Jangan kita ini menanam campur-campur, sehingga kita tidak fokus. Kalau, misalnya di NTB khususnya di Kabupaten Dompu misalnya jagung, ya sudah, konsentrasi di jagung. Jangan diberi tugas yang lain, dibebani dengan produk yang lain, jagung sudah, konsentrasi jagung. Tapi beri target yang jelas. Kalau targetnya enggak tercapai, lihat secara detil, problem-nya apa, masalahnya apa. Kalau bawang misalnya. Tadi yang di Solok, sudah bawang saja, jangan masuk ke produk-produk yang lain.

Sehingga ke depan seperti yang saya sampaikan kepada Menteri Pertanian, Menteri Perdagangan, Menteri Desa, bahwa kita harus bisa mengorporasikan petani. Petani ini  kalau sudah clustering-nya dapat, kemudian tahapan berikutnya dikorporasikan. Artinya skala ekonomi itu harus ada. Tanpa itu kalau hanya kecil, kecil, kecil, kecil, kecil, tidak dalam skala ekonomi, tidak ada efisiensi di situ. Mengorporasikan petani, mengorporasikan BUMDes-nya dalam sebuah skala yang besar, baru akan muncul sebuah efisiensi. Tanpa itu jangan berharap pertanian kita akan meloncat, akan melompat, akan meningkat produksinya. Dilakukan dengan cara apapun, tanpa kita bisa mengorporasikan petani, sekali lagi, jangan harap. Apapun harus dalam skala ekonomi yang besar, apapun harus dalam sebuah skala. Sehingga setiap biaya itu efisiensinya menjadi meningkat. Tidak bisa kita biarkan lagi petani itu berjalan sendiri-sendiri, tidak bisa. Rakyat harus diorganisir, petani harus diorganisir. Kenapa korporasi bisa menjual sebuah produk dengan sangat murahnya, karena skala ekonomi yang besar. Kenapa mereka bisa lebih efisien, ya karena mereka memproduksi dalam jumlah yang massal, yang banyak. Petani pun juga bisa seperti itu.

Tidak bisa lagi kita biarkan petani ini berjalan sendiri. Harus ada yang mendampingi, harus ada yang mengawal, harus ada sebuah manajemen yang modern yang mendampingi mereka kalau skala ekonominya sudah besar. Siapa itu? Ya tadi yang saya sampaikan, entah korporasi BUMN, entah korporasi nanti dari kumpulan BUMDes-BUMDes yang ini akan menggarap produksinya, sekaligus menggarap pemasarannya dengan cara-cara modern. Tidak bisa kita biarkan petani berjalan rutinitas seperti yang ada sekarang ini, enggak bisa. Sampai kapanpun tidak akan mampu mereka bersaing dengan korporasi-korporasi besar pertanian, baik yang ada di Thailand, yang ada di Filipina, yang ada di Amerika, semuanya itu dalam sebuah skala yang besar.

Itulah kondisi-kondisi dan tantangan-tantangan yang akan kita hadapi. Dan saya sangat bersyukur dalam 2 (dua) tahun ini misalnya kayak beras, beras itu kalau sudah masuk ke bulan September biasanya kita ada Rapat Terbatas kita mau impor berapa. Ini bulan September kemarin kok enggak ada permintaan ratas, saya juga tenang-tenang saja, senang saya. Biasanya September – Oktober itu sudah Rapat  Terbatas untuk mengatasi kekurangan stok beras, yang kedua mengenai pengendalian harganya, berapa yang harus kita impor untuk mengendalikan harga. Ini kok tidak ada.

Saya cek stok di Bulog berapa. Ada 1 juta 734 ribu, baru pagi tadi saya telpon. Artinya stok terakhir kan tadi pagi, 1 juta 734 ribu ton. Tahun yang lalu saya ingat, 2015 akhir itu 800 ribu kurang.  Artinya sudah meningkat 2 (dua) kali lebih. Sehingga benar kalau September enggak ada ratas, enggak ada Rapat Terbatas mau impor berapa. Stoknya sudah 2 (dua) kali lipat lebih. Kalau stoknya gede, itu pasar juga grogi. Mau menaikkan harga, kok stoknya Bulog banyak, nanti di-grujuk sama Bulog. Strategi seperti itulah yang juga dibaca oleh pasar. Jadi harga sekarang juga dingin-dingin saja, sejuk-sejuk saja. Ya karena stoknya yang dipegang Bulog ini gede.

Yang kedua, yang berkaitan dengan jagung. Jagung, data yang saya peroleh, dulu impornya 3,2 juta ton. Data terakhir yang saya terima, impor kita 2016 hanya 900 ribu ton, anjlok langsung. Kenapa anjlok seperti ini, karena pasti ada produksi yang sangat meningkat, pasti ada produksi yang sudah melompat. Dan saya meyakini, insya Allah nanti tahun depan 900-nya sudah hilang. Kalau pekerjaan lapangannya dikerjakan secara detil dan Pak Menteri Pertanian sudah enggak izin saya lagi. Karena kalau sudah dapat hasil-hasil seperti ini, sudah, pasti enggak akan izin lagi. “Pak, tensi saya sudah normal, enggak akan izin lagi.” Itu yang kita harapkan. Saya kira semua rakyat juga mengharapkan itu.

Dan saya juga senang sekali, pada hari ini tadi telah ditandatangani pengadaan barang dan jasa. Ini kementerian yang pertama yang melakukan lelang penandatanganan kontrak untuk pengadaan barang dan jasa. Ini sejumlah 74 persen, senilai 31,25 triliun. Saya kira sebuah angka yang besar sekali. Dan ini akan meningkatkan peredaran uang yang ada di bawah. Dan kita harapkan dengan ini pertumbuhan ekonomi kita juga akan meningkat.

Saya kira itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini, dan dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim, Rapat Kerja Nasional Pembangunan Pertanian 2017 saya nyatakan dimulai dan dibuka.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

 

Transkrip Pidato Terbaru