Sambutan Presiden Joko Widodo pada Peresmian Program Kewirausahaan Pertanian dan Digitalisasi Sistem Pertanian, 7 Juni 2018, di Sliyeg, Indramayu, Jawa Barat

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 7 Juni 2018
Kategori: Transkrip Pidato
Dibaca: 3.345 Kali

Logo-Pidato2Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita semuanya.

Yang saya hormati para menteri Kabinet Kerja, Gubernur Jawa Barat, Bupati Indramayu,
Yang saya hormati Bapak Agum Gumelar, Wantimpres, Koordinator Staf Khusus Bapak Teten Masduki, Pak Pangdam, Kapolda, serta seluruh Dirut/Direksi BUMN yang pada pagi hari ini hadir,
Bapak-Ibu sekalian seluruh petani khususnya petani di Sliyeg, Indramayu yang pagi hari ini bersama kita di sini.

Selamat pagi para petani!

Berkali-kali saya sampaikan, bahwa tidak bisa lagi petani itu berjalan sendiri-sendiri. Tidak bisa lagi rakyat itu juga berjalan sendiri-sendiri. Rakyat harus diorganisasi, diorganisir, petani juga harus diorganisir.

Memang sebelumnya ada gapoktan, ada  poktan, itu penting organisasi seperti ini, tetapi untuk bisa kita menang dalam bersaing, menang dalam berkompetisi, kelompoknya tidak bisa kecil-kecil seperti gapoktan dan poktan. Kelompoknya harus menjadi sebuah kelompok besar, seperti yang kita lihat cara-cara kerja perusahaan besar atau korporasi. Harus dalam jumlah yang besar. Oleh sebab itu, saya memiliki kepercayaan dan keyakinan, kalau perusahaan besar bisa, kalau korporasi bisa, rakyat juga bisa melakukan, petani pun juga bisa melakukan itu. Tapi ada syarat-syaratnya, yaitu harus mau berkumpul dalam sebuah organisasi besar. Yang seperti kita lihat di PT. Mitra BUMdes Bersama di Sliyeg, Indramayu ini. Ini adalah sebuah contoh pertama, yang akan saya ikuti, saya lihat selama 6 bulan nanti kedepan. Kalau ini berjalan dengan baik, kalau ini berjalan dengan baik, kita akan lakukan di seluruh tanah air ini dalam mengorganisasi petani.

Karena setelah kita pelajari, keuntungan  terbesar dari pertanian itu didapat bukan dari pratanam atau saat menanam, tetapi yang paling banyak adalah di pasca panennya. Bagaimana rendemen saat masuk ke rice mill unit, ke penggilingan, di situ. Banyak yang rusak atau tidak di situ. Yang kedua saat kita menjual beras itu sendiri, itu untungnya yang paling gede ada di situ. Jadi kalau petani itu berjualan, masih berjualan gabah, sampai kapanpun, percaya saya, sampai kapanpun tidak akan ada peningkatan kesejahteraan petani kalau jualannya gabah. Benar enggak?

Oleh sebab itu, PT ini diadakan agar petani bisa menjual yang namanya beras tapi sudah dalam packaging, sudah dalam kemasan. Sehingga harganya nanti bisa naik. Dengan RMU (Rice Mill Unit) yang modern seperti ini, rendemen nanti juga naik. Tidak banyak beras atau gabah yang rusak, beras yang rusak. Sehingga nantinya beras-beras yang ada ini bisa nanti berada pada posisi beras premium, harganya beda. Beras medium dengan beras premium itu beda. Kemudian jualnya juga tidak lewat tengkulak, tengkulak, tengkulak, tangan satu, tangan dua, tangan tiga, tangan empat, tangan lima, ada 5 rantai yang harus dilalui. Ya petani enggak dapat apa-apa kalau caranya seperti ini. Kalau petani bisa berjualan beras, baru di situlah nanti petani akan mendapatkan keuntungan yang lebih banyak.

PT. MBB ini, PT. MBB ini 49 persen dimiliki oleh poktan, gapoktan, dan petani serta Bumdes, 49 persen. 51 persennya masih dimiliki oleh BUMN, enggak apa-apa. Tapi saya tadi menyampaikan ke Menteri BUMN, yang paling penting keuntungannya untuk petani berapa, saya tanya. Kepemilikan 49 persen tapi keuntungan berapa yang diberikan kepada petani. 80 persen keuntungan akan diberikan kepada petani. Jadi keuntungan yang 20 persen BUMN itu hanya untuk operasional dan lain-lainnya.

Kalau seperti ini, sekali lagi ini akan saya lihat 6 bulan, benar atau enggak benar, untung atau enggak untung, petani dapat atau enggak dapat. Kalau petani ngomong, “wah Pak, enggak usah Pak, sama saja.” Ya sudah tutup saja, enggak perlu dilanjutkan di tempat-tempat yang lain. Benar enggak? Kalau nanti saya tanya petani di Sliyeg, “gimana Pak?” “Waduh Pak dulu sebulan kita hanya dapat katakanlah Rp300 ribu, sekarang kita sebulan bisa tambah jadi Rp400 ribu.” Nah ini, “atau menjadi Rp500 ribu atau menjadi Rp600 ribu.” Ya ini yang kita cari.

Bapak-Ibu sekalian yang saya hormati,
Di masa yang akan datang, di masa depan, pangan akan menjadi salah satu komoditas yang menjadi rebutan negara manapun. Kedepan yang akan menjadi rebutan adalah pangan. Negara-negara yang tidak memiliki ketahanan pangan, kedaulatan pangan akan bingung. Artinya apa, peran petani akan menjadi semakin penting kedepan, menjadi semakin strategis di seluruh belahan dunia termasuk di Indonesia.Tapi bukan berarti kita bisa duduk enak-enak, duduk berdiam diri, atau duduk tenang-tenang. Justru sektor pertanian Indonesia mulai dari sekarang, mulai saat ini harus benar-benar memperbaiki diri dan berbenah diri. Berbenah diri agar produktivitasnya terus meningkat, berbenah diri agar kita bisa memenangkan persaingan dan kompetisi dunia, utamanya di bidang pangan.

Oleh sebab itu, dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim pada pagi hari ini saya resmikan dimulainya Program Kewirausahaan dan Digitalisasi Pertanian di Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat.

Terima kasih,
Saya tutup.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Transkrip Pidato Terbaru