Sambutan Presiden Joko Widodo Pada Peringatan 38 Tahun Diaktifkannya Kembali Pasar Modal Indonesia, Di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, 10 Agustus 2015
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat pagi, salam sejahtera bagi kita semua.
Yang saya hormati Pimpinan dan Anggota DPR Republik Indonesia yang hadir,
Yang saya hormati seluruh Menteri Kabinet Kerja,
Yang saya hormati Ketua OJK beserta para Dewan Komisioner,
Yang saya hormati Direksi PT Bursa Efek Indonesia serta para pelaku pasar modal,
Para undangan yang berbahagia,
Saya gembira pada pagi hari ini bisa hadir di tengah para penggerak pasar modal Indonesia di Bursa Efek Indonesia hari ini. Kita tahu bursa saham kita sedang melemah tetapi kita juga tahu bahwa yang melemah bukan hanya di Indonesia — dialami banyak negara, baik negara maju maupun negara berkembang. Hal ini juga konsekuensi dari melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia. Jadi kita juga tidak usah merasa yang melambat ekonominya itu hanya Indonesia, tidak. Penegasan ini perlu, karena yang sering diangkat-angkat ekonomi kita melemah, iya, tetapi negara yang lain juga melambat dan kita masih, pertumbuhan ekonomi kita masih 5 besar di dunia. Jadi kalau ada yang punya rasa pesimis, menurut saya keliru. Kita harus tetap optimis, harus tetap optimis. Ya, karena negara yang lain ada yang turun 1,5, ada yang turun sampai 2, kita turun 0,3 saja sudah ramai. Lihat nanti semester kedua.
Saya berikan contoh, sekarang spending (belanja) kita, terutama belanja infrastruktur, terutama belanja modal, belanja barang, memang baru terserap kecil, kita harus ngomong apa adanya. Sampai Juni belanja modal baru 12 persen coba. Kan kecil banget kan? Tapi ini akan kita dihabisin semester kedua sisanya, berarti yang 88 persen itu semester kedua ini.
Saya tiap hari sudah saya, yang kita rapatkan hanya itu saja, serapan saja. Dan saya ikuti. Belum yang juga belanja di BUMN, infrastruktur mungkin Rp 120-130 triliun juga baru dimulai semester kedua ini. Jadi kalau ada perlambatan 0,3 ya karena memang ada perlambatan ekonomi dunia. Memang di internal kita juga kecepatannya memang terus ingin kita dorong, bukan karena yang lain-lain. Tapi saya meyakini, kemaren kita hitung-hitung. Setiap kementerian kita hitung berapa sih yang bisa kementerian serap tahun ini berapa. Kita tanya satu per satu, akhirnya angkanya serapan pada akhir tahun kira-kira– saya langsung tanya saja ke menterinya jangan sampai saya yang dengarnya dari Menteri Keuangan– 93 persen. Yang ngomong Menteri lho ini, saya hanya meneruskan, menekankan lagi. Ini saya ngecek-nya satu per satu.
Oleh sebab itu, saya sampaikan, nanti ini kebiasaan birokrasi kita, saya sudah 10 tahun di birokrasi, memang nanti bulan Oktober, bulan November biasanya belanja itu meroket. Tapi ditulis media keliru, nanti ekonomi kita, pertumbuhan ekonominya akan meroket. Belanjanya yang meroket itu. Belanja nanti bulan Oktober-November biasanya langsung meroket kayak gini, akan meroket. Tapi itu juga akan berimbas pada pertumbuhan ekonomi kita. Kita harus meyakini itu. Saya ngomong masa nggak percaya. Tadi langsung dari Menteri Keuangan.
Hadirin sekalian yang saya hormati,
Memang kita ingin mengubah, betul-betul ingin mengubah betul untuk bisa masuk lagi ke hilirisasi, untuk bisa masuk lagi ke industrialisasi. Saya selalu memberikan dorongan kepada swasta. Membangun infrastruktur juga saya dorong pertama pasti swasta. Tapi kalau swastanya masih belum bergerak-gerak, tahapan kedua pasti akan saya dorong BUMN untuk memberikan trigger agar yang lain mengikuti. Pasti seperti itu. Jangan ada nanti swasta yang menyampaikan, “sekarang dikit-dikit diambil BUMN”, tidak. Kalau swasta ingin masuk di sektor infrastruktur, manufaktur, industri, silakan.
Memang swasta yang ingin kita dorong. Tapi kalau saya tunggu-tunggu nggak masuk, ya pasti saya perintah untuk BUMN masuk. Karena kita butuh percepatan untuk pertumbuhan ekonomi kita. Tapi yang namanya industrialisasi, hilirisasi juga butuh waktu. Infrastruktur itu juga butuh waktu. Kita lihat nanti 2-3 tahun lagi akan seperti apa perubahannya, akan kelihatan. Bapak/Ibu harus percaya, karena kita fokusnya memang di situ. Saya biasa bekerja fokus, selalu diikuti, selalu dikontrol, selalu diawasi, itu yang membedakan.
Jadi kalau ada yang menyampaikan ke saya Menteri, Pak setelah groundbreaking, ya groundbreaking, tapi jangan kaget 3 bulan 2 bulan setelah itu saya datangi lagi, setelah 6 bulan saya datangi lagi. Kalau progress-nya tidak benar pasti saya tegur. Kalau progress-nya nggak baik bisa dua hal, karena manajemen di BUMN memang kurang baik, kurang cepat, bekerja masih seperti tradisi lama, pola lama, atau memang Menterinya nggak bisa ngejar, iya kan? Nah yang salah yang mana? Kalau BUMN-nya? Ya diganti direksinya. Kalau Menterinya? Ya diganti Menterinya. Kalau saya simpel berpikirnya memang seperti itu.
Jadi kalau masih ada yang kurang percaya infrastruktur kita ini jalan, siapa yang tidak percaya di ruangan ini, silakan tunjuk jari! Saya ajak ke lapangan, saya tunjukan langsung bahwa jalan tolnya berjalan, pembangunan waduknya berjalan, pembangunan irigasinya berjalan. Saya tunjukan kalau ada yang masih meragukan. Saya tunjukan pelabuhannya berjalan, berjalan. Tapi memang ada yang berjalannya cukup, ada yang berjalannya cepat, memang berbeda-beda. Ini yang masih cukup ini yang kita dorong. Tapi kalau yang jalannya lambat sampai detik ini saya belum mendapatinya di lapangan.
Jadi sekali lagi, percayalah! Karena memang inilah yang sebetulnya sekarang diperlukan, persepsi itu yang diperlukan. Memang mendapatkan public trust itu memang tidak mudah, harus merealisasi dulu. Tapi merealisasi kan butuh waktu. Oleh sebab itu, yang sering saya tunjukan adalah prosesnya ini ada, progress-nya ini ada.
Hadirin sekalian yang saya hormati,
Tadi sudah disampaikan banyak oleh Bapak Ketua OJK, Pak Muliaman. Dan saya melihat saat ini semakin banyak masyarakat yang berminat berinvestasi di pasar modal. Saya melihat transaksi saham juga melalui reksadana. Dan saya akan mendorong terus agar dana-dana untuk infrastruktur yang jangka panjang-jangka panjang tidak hanya dari perbankan tapi juga akan kita dorong baik swasta maupun BUMN untuk, terutama BUMN, untuk masuk ke pasar modal. Karena itu pembelian reksadana harus semakin dipermudah khususnya bagi nasabah biasa, nasabah perorangan. Dan saya yakin nasabah biasa, nasabah perorangan itu akan meningkatkan investasinya dengan membeli saham secara langsung di bursa.
Dan untuk terus memperkuat demokrasi ekonomi agar ekonomi nasional tidak dinikmati hanya oleh pemodal besar, saya juga minta agar perusahaan yang sudah go public melaksanakan program distribusi kepemilikan saham bagi para karyawannya. Dengan cara ini saya yakin akan menghadirkan sebuah generasi investor baru di pasar modal Indonesia. Saya sangat menghargai tadi yang diberikan oleh PT Sritex Solo, yang memberikan kepemilikannya kepada 10.000 karyawan. Dan ini kalau bisa diikuti oleh perusahaan-perusahaan yang lain saya kira akan sangat bagus dalam memberikan kesejahteraan kepada masyarakat kita.
Kemudian juga, perlindungan bagi investor termasuk dari tindakan penggelapan atau fraud perlu juga dilakukan untuk menjamin kepentingan investor. Saya sangat menyambut baik kebijakan untuk menaikan perlindungan investasi pasar modal dari Rp 25 juta menjadi Rp 100 juta. Tentu saja kenaikan perlindungan investasi tidak cukup bila harus berjalan sendiri, penegakan peraturan, penegakan hukum harus terus dijalankan. Sanksi bagi para pelaku penggelapan di pasar modal Indonesia juga harus serius dan tanpa pandang bulu agar membangkitkan rasa aman di dunia investasi kita.
Hadirin sekalian,
Di hari jadinya yang ke-38, saya berharap Bursa Efek Indonesia terus berbenah, membenahi diri dan memperkuat inklusi investasi bagi investor di dalam negeri. Saya yakin kelak porsi dana domestik akan cukup memadai sehingga pasar modal kita lebih kokoh dalam menghadapi arus keuangan global yang mudah berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain.
Akhir kata, saya mengucapkan Selamat Ulang Tahun ke-38 Pasar Modal Indonesia. Dirgahayu, marilah kita jaga, terus kita tingkatkan kepercayaan pasar sehingga pasar modal Indonesia akan semakin menjadi barometer terdepan dalam bursa, baik di tingkat Asia maupun di tingkat dunia.
Terima kasih,
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
(Humas Setkab)