Sambutan Presiden Joko Widodo pada Pertemuan Awal Tahun Pelaku Industri Keuangan, 13 Januari 2017, di Istana Negara, Jakarta
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat pagi,
Salam sejahtera untuk kita semuanya.
Yang saya hormati para Menteri Kabinet Kerja, para Pimpinan Lembaga Negara,
Yang saya hormati Dewan Komisioner OJK,
Para Gubernur, Bupati, dan Wali Kota,
Yang saya hormati pelaku sektor jasa keuangan yang hadir,
Hadirin, undangan yang berbahagia.
Di tengah-tengah melambatnya ekonomi global, ketidakpastian ekonomi dunia yang pada 2015, kita tahu ada krisis di Yunani, ada Brexit, ada penurunan pertumbuhan ekonomi di Tiongkok, sekarang ditambah ketidakpastian karena Presiden Terpilih Donald Trump, alhamdulilah, pertumbuhan ekonomi negara kita tahun 2016, data terakhir yang saya peroleh memang masih untuk triwulan 1, triwulan 2, triwulan 3 — triwulan 4 belum saya terima jadi belum bisa menyampaikan berapa pertumbuhan ekonomi 2016 — tetapi paling tidak pada triwulan yang kedua dan ketiga 5,18 dan 5,02 adalah sebuah angka yang patut kita syukuri.
Dan kita harapkan pada tahun ini semuanya kita menginginkan agar optimis, jangan ada kata-kata pesimis. Kesulitan apapun, tantangan yang banyak apapun harus kita hadapi dengan rasa optimisme. Karena ini masalah psikologis. Dunia juga sama, kalau pemimpin-pemimpinnya tidak memberikan rasa optimis bagaimana rakyatnya?
Sulit? Iya, sulit.
Tantangan banyak? Iya, tantangan banyak.
Ekonomi global turun? Iya, benar. Bukan tidak salah.
Tapi setiap tantangan itu pasti ada juga kesempatan-kesempatan yang bisa kita ambil.
Coba kita lihat pertumbuhan ekonomi kita dibandingkan negara-negara yang lain terutama untuk G20. Kita masih pada urutan yang ke-3, setelah India dan Tiongkok. Artinya kita sebetulnya pada posisi yang sangat baik. Tetapi ini pun harus terus kita perbaiki. Ini pada triwulan yang ke-2, 2016.
Kemudian, coba kita lihat sisi inflasi kita, angka-angka ini harus kita sampaikan. Untuk apa? Untuk menguatkan rasa optimisme kita bahwa fundamental ekonomi kita adalah baik. Inflasi kita lihat, tahun yang lalu 3,35. Yang sebelumnya pada tahun-tahun yang lalu kita 8, 8,5, sampai 9. Sudah bisa kita injak sampai dengan 3,35. Ini juga bukan angka yang mudah, bukan angka yang mudah diperoleh.
Saya selalu menyampaikan apa sih hubungannya antara pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Ya, percuma kita punya pertumbuhan ekonomi 6 misalnya, tapi inflasinya 9. Ya rakyat tekor. Tapi hal-hal seperti itu secara sederhana tidak pernah disampaikan kepada rakyat. Apa manfaat inflasi, apa manfaat dari pertumbuhan ekonomi.
Kemudian angka-angka yang berkaitan dengan gini ratio. Angka-angka yang berkaitan dengan gini ratio kita, kesenjangan kita. Kita memang sudah pada posisi yang kuning menuju merah. Lebih dari 14 tahun catatan saya, gini ratio kita naik terus. Yang terakhir 0,41 tapi alhamdulillah tahun kemarin bisa diturunkan menjadi 0,397. Turunnya sedikit, tapi turun jangan naik. Angka kesenjangan inilah yang menjadi tantangan berat kita.
Dan saya kira Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara semuanya berkepentingan untuk memperkecil gap ini, gap kesenjangan antar wilayah, gap kesenjangan antara kaya dan miskin. Meskipun kalau dibandingkan dengan negara-negara yang lain, ternyata negara yang lain juga gini rationya juga pada posisi di atas 0,4. Bukan kita saja. Tapi apapun, meskipun kita sedikit di bawah mereka, apapun itu sudah, menurut saya sudah kuning menuju ke merah yang harus kita perbaiki. Kesenjangan kaya dengan miskin, kesenjangan antar wilayah. Hati-hati, ini tantangan terberat kita ada di sini.
Oleh sebab itu, saya minta agar seluruh industri jasa keuangan terutama perbankan, pertumbuhah kredit ini betul-betul dilihat benar. 2015, saya tadi meminta data dari Pak Muliaman Ketua OJK, 2015 9 persen, 2016 turun sedikit jadi 8,14 persen. Dan tadi ditargetkan 2017 bisa tumbuh 9-12 persen. Tapi jangan ambil 9-nya ambil 12-nya.
Dan angka pertumbuhan kredit itu hati-hati. Tolong, saya minta, arahkan kepada usaha-usaha kecil, arahkan kepada usaha-usaha mikro, arahkan kepada nelayan untuk sisi produktif, arahkan kepada petani untuk sisi-sisi produktif bukan konsumtif.
Terutama BPD, BPD-BPD. Saya sangat menghargai apa yang telah dibuat kebijakan oleh provinsi Jawa Timur, provinsi Sulawesi Selatan, Provinsi Jawa Tengah, yang betul-betul arahnya kepada yang kecil-kecil. Provinsi yang lain, copy. Enggak usah sulit-sulit. Kita ini kalau sudah ada yang bagus, ya sudah ditiru, di-copy, terapkan di provinsi yang lain. Penting sekali BPD ini menjalin kerja sama antar BPD. Yang besar memberikan support kepada yang masih kurang. Kenapa tidak bisa?
Kemudian saya minta juga Gubernur memberikan subsidi-subsidi bunga kepada yang kecil-kecil tadi dari APBD. Jangan sampailah kita sekarang ini senang memberikan bantuan-bantuan sosial yang tidak produktif. Berikan bantuan-bantuan itu kepada hal-hal yang produktif, untuk memberikan injeksi kepada masyarakat agar mereka semuanya produktif.
Kita lihat di perkebunan kita, angka-angkanya seperti yang ada di layar. Ini bisa dibantu dari perbankan, bisa dibantu dari BPD. Oleh sebab itu, penting sekali unit-unit kecil perbankan baik di kecamatan, baik di kabupaten memiliki data-data yang akurat mengenai siapa itu usaha mikro, siapa itu UMKM, siapa itu UKM, siapa itu petani, siapa itu nelayan. Data dan alamat kumpulkan, kejar mereka. Karena industri kita memerlukan itu. Jangan nunggu, kita harus menjemput bola dengan cara-cara seperti itu.
Kalau kita melihat data, kelapa sawit yang milik petani 41 persen, milik pemerintah ini milik BUMN 6 persen, swastanya 53. Oke, masih baik. Tapi jangan tambah, yang tambah petaninya boleh. Coba lihat yang karet, bagus. Petaninya, rakyatnya 84 persen. Kelapa 99 persen. Ini kelapa baru booming, untuk pasar-pasar di Amerika dan Eropa, booming lagi. Berikan kredit kepada mereka untuk beli bibit, misalnya. Kakao dan kopi, 98, 96 persen milik rakyat. Kenapa ekonomi di Sulawesi tinggi? Karena kakao dan kopi. Tapi banyak kakao yang belum diremajakan. Berikan kredit kesana agar produktif.
Jangan nunggu di kantor saja. Lihat rakyat kita yang membutuhkan, salurkan kredit itu kesana. Ya memang cara-cara seperti itu yang bisa meningkatkan kredit kita. Tapi juga hati-hati memberikan kredit agar NPL-nya tidak naik. Tapi saya lihat ini angka NPL kita juga masih pada angka yang baik 3,18 persen. Ini yang harus dijaga terus, syukur bisa diturunkan. Tetapi jangan takut memberikan kredit.
Masih banyak sekali sebetulnya yang bisa kita tingkatkan terutama di sektor-sektor usaha-usaha rakyat. Jangan semangatnya kalau ngurus yang gede-gede. Saya senang yang gede juga berkembang tapi saya lebih senang kalo yang kecil ini ikut berkembang. Memang pusing mengurus rakyat. Kredit untuk rakyat itu pusing karena banyak sekali. Tapi itulah pekerjaan mulia yang harus kita lakukan untuk mereka.
Jumlah UMKM kita sangat gede sekali, 57,9 juta. Angka yang besar. Yang bisa mengakses pada keuangan, baik untuk modal maupun untuk investasi sangat kecil sekali, masih sangat kecil sekali. Saya kira ini tugas Saudara-saudara semuanya bagaimana memperbesar itu. Kejar mereka, jangan tunggu mereka. Tunggu mereka enggak akan mereka akan datang ke bank. Mau buka pintunya masuk ke bank saja bingung karena ditutup semuanya. Kantor bank kok tutup semuanya, ya tutup kalau enggak datang kena sensor ya enggak akan buka. Banyak yang masih seperti itu. Jadi, saya kira Bapak, Ibu, Saudara-saudara semuanya kejar mereka, beri mereka.
Saya minta juga kepada Menteri Keuangan, KUR-nya ini subsidinya di tambah. 2018 tambah lagi. Tapi juga jangan diberikan pada sektor yang konsumtif, berikan lebih banyak ke sektor-sektor produktif. Hal yang berkaitan dengan produksi, kepada petani untuk beli pupuk, untuk beli benih, untuk beli bibit. Jangan sampai mereka diijon, jangan sampai mereka ambil kredit dari rentenir dengan bunga yang sangat tinggi padahal di perbankan ada bunga yang hanya 9 persen per tahun. Karena mereka enggak tahu. Kenapa enggak tahu? Karena enggak ada yang memberitahu. Ini keaktifan kita, keberpihakan kita ini harus ada. Keberpihakan perbankan, asuransi harus ada, untuk kesana.
Asuransi sekarang ada asuransi untuk yang gagal panen ada, sangat bagus, yang sudah diberikan. Memang belum pada semua petani. Kemudian asuransi untuk nelayan. Yang kecelakaan di laut juga sudah diberikan kepada 1 juta nelayan, tapi juga masih belum semua nelayan.
Kredit-kredit untuk usaha-usaha produktif seperti ini sangat penting sekali. Untuk nelayan untuk apa? Beli jaring. Untuk apa? Beli kapal. Tapi ajari mereka pembukuan-pembukuan sederhana. Berikan mereka buku-buku sederhana untuk bisa mencatat uang masuk dan uang keluar, sudah cukup. Mereka biar ngerti.
Karena kita harus tahu juga bahwa kondisi ketenagakerjaan Indonesia memang pada posisi di 42,5 persen itu lulusan SD, 66 persen SD-SMP, 82 persen lulusan SD-SMP-SMA/SMK. Kondisinya seperti itu. Oleh sebab itu, kita yang harus aktif untuk membimbing mereka, memberikan kawalan kepada mereka agar mereka lebih produktif dan kesejahteraannya lebih meningkat.
Saya kira itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Pekerjaan kita masih banyak dengan tantangan-tantangan yang makin berat, tetapi sekali lagi kita harus optimis menghadapi itu.
Saya tutup,
Terima kasih,
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.