Sambutan Presiden Joko Widodo pada Pertemuan Ulama Trilateral Afganistan – Indonesia – Pakistan, di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, 11 Mei 2018

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 11 Mei 2018
Kategori: Transkrip Pidato
Dibaca: 3.155 Kali

Logo-Pidato2-8Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillahirrabbilalamin,
wassalatu was salamu ‘ala ashrifil anbiya i wal-mursalin,
Sayidina wa habibina wa syafiina wa maulana Muhammaddin,
wa ‘ala alihi wa sahbihi ajma’in amma ba’du,

Yang saya hormati Wakil Presiden Republik Indonesia Bapak Haji Muhammad Jusuf Kalla,
Yang saya hormati Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Bapak Profesor Kyai Haji Ma’ruf Amin,
Yang saya hormati yang mulia para ulama dan para delegasi tamu dari Afghanistan, dari Pakistan, dan dari Indonesia,
Hadirin yang saya hormati.

Pertama-tama saya ingin mengucapkan selamat datang di Istana Bogor, selamat datang di Indonesia. Ahlan wa sahlan. Semoga udara sejuk di Kota Bogor membuat Bapak-Ibu sekalian betah.

Pertemuan trilateral ulama ini kita lakukan di tengah keprihatinan dunia, khususnya dunia Islam terkait dengan rencana pemindahan Kedutaan Besar Amerika Serikat ke Yerusalem. Indonesia mengecam keras keputusan ini. Keputusan pemindahan ini melanggar berbagai resolusi Dewan Keamanan dan Majelis Umum PBB. Oleh karena itu, saya mendesak Dewan Keamanan dan Majelis Umum PBB untuk membahas isu tersebut dan mengambil langkah selanjutnya.

Saya juga meminta negara lain untuk tidak mengikuti pemindahan kedutaan besarnya ke Yerusalem. Pemindahan ini juga mengganggu proses perdamaian dan bahkan mengancam perdamaian itu sendiri.

Kita bersama rakyat Indonesia akan terus berjuang bersama rakyat Palestina. Palestina akan selalu ada dalam setiap helaan nafas diplomasi Indonesia.

Para ulama yang saya muliakan,
Saya teringat sabda Nabi Muhammad SAW, innama’l a’malu binniyat, wa innama likulli ‘mri’in ma nawa, sesungguhnya segala amal itu tergantung niatnya dan seseorang hanya memperoleh apa yang diniatkannya. Insyaallah pertemuan trilateral ulama ini juga dimulai dengan niat yang tulus, niat yang lurus antara saya dengan Presiden Ashraf Ghani bersama-sama dengan Presiden Mamnoon Hussain dan Perdana Menteri Shahid Khaqan Abbasi.

Dalam kurun sembilan bulan, saya dua kali bertemu dengan Presiden Ghani, di Jakarta dan di Kabul. Saya menyambut hangat undangan Presiden Ghani agar Indonesia turut mendorong bina damai (peace building) di Afghanistan. Termasuk di bidang kerja sama ekonomi, kepolisian, antinarkoba, dan pendidikan. Kesungguhan Indonesia ditunjukkan antara lain melalui kehadiran Wakil Presiden Bapak Haji Muhammad Jusuf Kalla di Pertemuan Kabul Peace Process, bulan Februari yang lalu.

Saya juga berkomunikasi dengan Presiden Pakistan Mamnoon Hussain serta Perdana Menteri Abbasi dalam kunjungan saya ke Islamabad. Pakistan adalah negara tetangga yang penting dan berperan di kawasan. Alhamdulillah Pakistan menyambut baik komitmen dan upaya Indonesia membantu peace building di Afghanistan.

Secara khusus, saya juga melihat peran penting ulama dalam mendorong perdamaian yang inklusif di Afghanistan. Indonesia berkomitmen memfasilitasi peran konstruktif ulama. Pertemuan trilateral ini merupakan bagian dari komitmen dan upaya Indonesia untuk mengedepankan peran para ulama. Indonesia sungguh merasa terhormat mendapat kepercayaan menjadi tuan rumah.

Para ulama yang saya muliakan, kita tahu jalan menuju perdamaian tidak pernah mudah, namun sebagai orang beriman kita juga yakin pertolongan Allah SWT itu sangat dekat. Kita tidak boleh putus harapan, apalagi putus asa. Di sinilah saya kira peran kunci para ulama dalam menjaga momentum dan optimisme umat akan perdamaian. Ulama adalah agen perdamaian, ulama didengar, ulama diturut, ulama diteladani oleh umat, ulama memiliki karisma, ulama memiliki otoritas, ulama memiliki kekuatan untuk membentuk wajah umat yang damai. Melalui suara ulama, khususnya para ulama dari Afghanistan, Pakistan, dan Indonesia, ketiga negara ini kiranya semangat ukhuwah untuk perdamaian di Afghanistan dapat diperkuat.

Tidak dapat dipungkiri ini adalah tugas berat sekaligus tugas yang mulia bagi para ulama. Untuk itulah saya kembali menyerukan, mari kita niatkan pertemuan ini semata hanya untuk meraih rida Allah SWT, melalui menabur benih-benih perdamaian dan menghindari kekerasan di antara hamba-hambanya. Dengan niat yang ikhlas pertemuan trilateral para ulama insyaallah akan menjadi kontribusi konkret bagi perdamaian di Afghanistan.

Terlebih saat kita menyongsong bulan suci Ramadan, bulan yang penuh rahmat, bulan yang penuh berkah, dan bulan yang penuh ampunan. Bulan diturunkannya kitab suci Al Quran, bulan yang di dalamnya terdapat suatu malam di mana salamun hiya hatta matlail fajr (Quran Surat Al Alaq ayat 5). Pada malam itu perdamaian meliputi semesta raya hingga terbitnya fajar. Semoga berkah damai dan sejuknya Ramadan juga tercurah bagi pertemuan ini.

Maka dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim, saya nyatakan Pertemuan Trilateral para Ulama secara resmi dibuka. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan hidayahnya bagi kita semuanya.

Terima kasih.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Transkrip Pidato Terbaru