Sambutan Presiden Joko Widodo Pada Puncak Peringatan Hari Guru Nasional ke-21 Di Istora Senayan, Jakarta, 24 November 2015
Assalamualaikum wr.wb.
Selamat pagi, salam sejahtera bagi kita semuanya.
Yang saya hormati seluruh pimpinan lembaga negara, para menteri kabinet kerja.
Yang saya hormati para guru dan tenaga pendidikan yang saya cintai, yang saya banggakan.
Hadirin dan undangan yang berbahagia.
Setiap tahun kita memperingati hari guru nasional. Setiap tahun juga kita mengingat dan menghormati karya nyata para guru. Karya nyata guru-guru di kota-kota besar hingga pelosok desa, karya nyata guru-guru yang berjuang di pedalaman, karya nyata guru-guru yang berada di daerah-daerah yang terisolir dan di perbatasan. Guru-guru yang tanpa kenal lelah, berkarya di pulau-pulau terdepan. Karya nyata guru-guru yang hari ke hari, harus menapakin jalan puluhan kilometer untuk bisa terus berkarya.
Untuk itu, saya menghargai tema peringatan Hari Guru Nasional tahun ini, yaitu “Guru Mulia karena Karya”. Kemuliaan seorang guru memang dari karya-karyanya. Saya sendiri adalah karya daei guru-guru saya. Dan kita semuanya merupakan karya dari guru-guru kita.
Saya tadi waktu masuk, saya kaget dibisiki Pak Menteri Pendidikan, “Pak, dihadirkan di sini guru Bapak saat di SMP dan di SMA.” Tadi yang saya salami seingat saya baru dua. Yang satu, beliau guru biologi saya. Karena sudah 40 tahun moga-moga nggak salah inget saya. Namanya Ibu Nurhayati, betul Bu ya? Bu Nur, saya ingat. Yang kedua, Bu Parmi Satoto.
Yang lain, ada guru SMA saya tapi belum saya salamin. Belum disuruh berdiri sudah berdiri. Saya ingat yang paling sebelah sini tadi adalah Pak Sudadi. Betul Pak Dadi? Dulu guru biologi saya juga. Kemudian ada saya lihat juga Bu Sih Winarni. Yang saya ingat, nggak tahu ada atau nggak, Bu Ning, guru kimia. Dulu kimia saya nilainya paling bagus. Nggak percaya, tanya Bu Ning. Banyak yang nggak percaya sih saya pandai. Karena guru-guru saya, bukan karena saya.
Jadi sekali lagi, guru itu bukan hanya sebuah pekerjaan, tetapi guru adalah menyiapkan sebuah masa depan. Ini yang harus digarisbawahi. Sekali lagi, menyiapkan sebuah masa depan. Dan saya meyakini bahwa karya guru-guru akan melukis wajah masa depan Republik Indonesia. Kualitas manusia Indonesia di masa depan ditentukan oleh guru-guru kita hari ini.
Guru adalah teladan bagi generasi masa depan. Teladan pembelajar yang terus belajar. Dengan karya seorang guru, maka akan ada jutaan anak Indonesia yang karakternya terbentuk dengan etos kerja berbasis karya. Karena itu, guru bukan sekadar pendidik, melainkan peletak, dasar, masa depan kita, masa depan bangsa kita.
Hadirin sekalian yang saya hormati,
Saya ingin mengajak kita semua untuk menggunakan momentum Hari Guru Nasional ini untuk mengingatkan kembali peran penting guru dalam pendidikan karakter bangsa. Sekali lagi, peran penting guru dalam pendidikan karakter bangsa.
Guru adalah agen perubahan karakter bangsa. Perubahan karakter bangsa bisa dimulai di kelas-kelas, di mulai di sekolah-sekolah. Sekolah bukan hanya tempat menuntut ilmu pengetahuan, melainkan arena pembelajaran bagi anak-anak kita dalam membentuk karakter mereka.
Saya terakhir pergi ke Jambi dengan Pak Menteri Pendidikan. Masuk ke sebuah SD, masuk ke sebuah kelas. Gurunya menyapa begitu ceria dan optimis. Saya lihat anak-anaknya juga sama. “Selamat pagi, Pak Jokowi!” Ceria dan semangat, karena gurunya juga ceria dan optimis. Pindah ke kelas yang lain. Saya masuk, gurunya, “Selamat pagi, Pak.” Anaknya juga sama, diam saja.
Inilah yang saya sampaikan, pengaruh guru pada karakter anak itu sangat mempengaruhi. Beda kelas beda suasana, karena guru itu, sekali lagi, mempengaruhi karakter anak. Nilai-nilai seperti etos kerja, kerja keras, integritas, kejujuran, optimisme, disiplin, gotong royong, bisa ditumbuhkan dan menjadikan kebiasaan dimulai dari ruang-ruang kelas. Anak-anak kita akan terbangun karakternya, ketika mendapatkan inspirasi, mendapatkan teladan, mendapatkan praktek-praktek nyata dari pembelajaran di kelas-kelas.
Ini saya perlu mengingatkan kita semuanya, bahwa sekarang ini yang mendidik anak bukan hanya guru. Di rumah iya, di sekolah iya, tapi ada yang lain. Malam hari ada yang mendidik, tivi. Betul? Itu bisa mempengaruhi. Ada lagi yang sekarang namanya media sosial, online media, ada facebook, ada youtube, ada twitter, ada path, ada instagram, itu juga sangat mempengaruhi karakter-karakter anak-anak kita. Hati-hati.
Sehingga, kekuatan mendidik, pembelajaran anak itu harus betul-betul dikuati di sekolah, dikuati di rumah. Jangan sampai lingkungan-lingkungan yang memberikan pengaruh negatif itu muncul dari tempat lain. Saya titip itu.
Pembangunan karakter bangsa sangat penting bagi kita dalam menjawab tantangan dalam kompetisi abad ke-21. Bangsa kita akan bisa menjadi bangsa pemenang jika memiliki karakter sebagai bangsa pemenang, bukan bangsa pecundang.
Persaingan sekarang bukan antar kota, bukan antar kabupaten, bukan antar propinsi, tetapi sudah antar negara. Tidak bisa kita hindari. Sudah sebentar lagi, nanti 1 Januari sudah dibuka yang namanya Asean Economy Community. Masyarakat Ekonomi Asean. Sudah tidak bisa kita tolak lagi. Mobilisasi barang, mobilisasi orang antara negara sudah akan begitu sangat cepatnya. Persaingan, kompetisi antar individu, antar bangsa juga sangat cepat sekali.
Oleh sebab itu, mempersiapkan ini ada di pundak Bapak/Ibu guru sekalian. Saya titip. Sekali lagi, bangsa ini harus menjadi bangsa pemenang. Kita harus bekali generasi masa depan kita dengan mentalitas pemenang, mentalitas positif, mentalitas kreatif, mentalitas berani bersaing, karena era ke depan adalah era kompetisi.
Tetapi juga tetap memiliki keluhuran budi pekerti yang tinggi. Sekali lagi, budi pekerti yang tinggi. Dan solidaritas sosial yang kuat sebagai bangsa. Untuk dapat mencapai itu maka saya berharap para guru jangan pernah lelah untuk terus berkarya. Terus mengembangkan metode pembelajaran yang kreatif, metode pembelajaran yang inovatif, metode pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk aktif, untuk berpikir kritis.
Hadirin sekalian yang saya hormati,
Saya gembira mendengar guru-guru yang mengikuti simposium ini adalah guru-guru yang berprestasi. Guru-guru yang terpilih karena karyanya. Banyaknya karya yang masuk adalah tanda kita tak pernah lelah berkarya. Ragam karyanya berbeda-beda, namun saya yakin tujuannya satu, berkarya untuk generasi masa depan kita.
Untuk itu saya memberikan apresiasi, penghargaan yang tinggi pada guru-guru yang telah ikut dalam simposium ini. Saya mengajak guru-guru untuk terus praktek dari simposium ini ke daerah masing-masing. Saya berharap guru-guru yang hadir di simposium ini bisa menjadi penyebar inspirasi bagi guru-guru yang lain, yang selanjutnya juga menjadi inspirasi bagi anak-anak dan masa depan anak-anak kita.
Akhir kata, saya ucapkan dirgahayu guru Indonesia, karya muliamu membuka jalan bagi masa depan Indonesia yang lebih baik.
Majulah guru Indonesia!
Terima kasih.
Wassalamualaikum wr.wb
(Humas Setkab)