Sambutan Presiden Joko Widodo pada Silaturahmi dengan Alim Ulama dan Tokoh Masyarakat se-Kabupaten Karawang, 6 Juni 2018, di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah 3 Cilamaya Kulon, Karawang, Jawa Barat
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillahirrabbilalamin, wassalatu was salamu ala ashrifil anbiya i wal-mursalin,
Sayidina wa habibina wa syafiina wa maulana Muhammaddin, wa ala alihi wa sahbihi ajmain amma badu.
Yang saya hormati yang mulia para ulama yang pada pagi hari ini hadir, wabil khusus pimpinan dan seluruh jajaran pengurus Pondok Pesantren Asshiddiqiyah,
Yang saya hormati Gubernur Jawa Barat beserta Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Karawang,
Yang saya hormati Bapak Agum Gumelar Wantimpres yang pada pagi hari ini juga ikut bersama rombongan kami, Bapak Teten Masduki, Koordinator Staf Khusus,
Bapak-Ibu sekalian seluruh tokoh agama, tokoh masyarakat yang berbahagia.
Saya ingin menyadarkan kepada kita semuanya, mengingatkan kepada kita semuanya bahwa negara kita Indonesia ini adalah negara besar. Negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Ini yang sering kita lupa.
Penduduk kita sekarang sudah 263 juta. 263 juta yang hidup tersebar di 17.000 pulau yang kita miliki. Kita memiliki keragaman, Indonesia ini adalah beragam, berbeda-beda, baik berbeda suku, berbeda agama, berbeda adat, berbeda tradisi. Kita memiliki 714 suku di Indonesia dengam bahasa daerah yang berbeda-beda. Ada 1.100 lebih bahasa daerah, bahasa lokal. Kalau di Jawa Barat biasanya kita sampaikan sampurasun. Tapi kalau di Batak beda lagi, horas, pakai bah, horas bah. Itu di Batak pun berbeda-beda juga. Itu kalau di Medan. Nanti masuk ke tengah sudah beda lagi. Saya pernah keliru di Sumatra Utara, waktu ke tengah saya ngomong, horas bah. Pak Presiden keliru Pak, kalau di sini mejuah-juah, Pak. Ke timur lagi, di Sumatra Utara beda lagi, juah-juah. Nanti ke selatan beda lagi. Saya ditegur juga, Pak di sini bukan horas Pak, bukan mejuah-juah Pak, di sini yaahowu. Padahal 1 provinsi, itu sudah berbeda-beda.
Betapa kita kalau kita jalani dari Sabang sampai Merauke, dari Pulau Miangas sampai Pulau Rote. Inilah anugerah Allah yang diberikan kepada kita bangsa Indonesia bahwa kita ini memang berbeda-beda, beragam. Ini yang sering terus saya ingat-ingatkan kepada seluruh komponen masyarakat. Indonesia tidak homogen, Indonesia ini berbeda-beda, beragam, dan majemuk. Sering ini kita lupa.
Oleh sebab itu, pada kesempatan yang baik ini saya titip. Ini biasanya di perhelatan yang namanya pilihan bupati, pilihan wali kota, pilihan gubernur, dan bahkan pilihan presiden, pesta demokrasi setiap 5 tahun, ini sering memecah kita. Sering menyebabkan kita menjadi tidak rukun. Tidak saling menyapa antar tetangga, tidak saling sapa antar kampung, tidak saling sapa antar teman gara-gara hanya pilihan bupati, pilihan wali kota, pilihan gubernur, pilihan presiden. Sangat rugi besar kita kalau seperti itu. Karena modal besar bangsa kita ini adalah persatuan, adalah kerukunan.
Selalu saya mengajak kepada kita semuanya untuk membangun persaudaraan kita, membangun ukhuwah islamiyah kita, membangun ukhuwah wathaniyah kita. Ya karena anugerah Allah yang diberikan kepada bangsa kita ini memang berbeda-beda, berbeda-beda.
Saya pernah terbang dari Banda Aceh, Indonesia bagian barat, Banda Aceh kemudian langsung terbang ke paling timur di Provinsi Papua, tapi tidak di Jayapura, saya turun langsung di Kabupaten Wamena. Berapa jam ditempuh dengan pesawat, 9 jam 15 menit. 9 jam 15 menit itu dengan pesawat. Bayangkan kalau kita jalan kaki berapa tahun? Kalau itu terbang dari London di Inggris ke timur itu sampai di Istanbul di Turki. Melewati berapa negara? 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, mungkin 8 negara yang dilalui. Artinya, negara kita ini negara yang sangat besar, negara yang besar.
Sekali lagi, jangan sampai kita ini terpecah-pecah karena pilihan bupati, pilihan wali kota, pilihan gubernur, pilihan presiden. Silakan Bapak-Ibu pilih pemimpin, baik di kabupaten, di kota, di provinsi, di nasional, pilih yang paling baik, pilih yang terbaik. Setelah itu ya sudah rukun kembali. Karena setiap 5 tahun ini ada terus. Itu pesta demokrasi, pesta politik. Ya sudah gunakan hak politik kita tapi jangan sampai mencerai-beraikan kita, jangan sampai menjadikan ukhuwah kita menjadi retak. Saya titip yang pertama itu.
Kemudian yang kedua, negara kita ini dipandang oleh negara-negara lain itu sebagai sebuah negara yang patut dijadikan contoh karena perbedaan yang amat banyak seperti tadi saya sampaikan tapi kita dipandang mereka bisa rukun, bisa bersatu. Dalam kehidupan sehari-hari bisa kelihatan persaudaraan kita.
Bulan yang lalu saat pertemuan 100 ulama yang kita undang dari seluruh dunia, kita menawarkan yang namanya Islam Wasatiyyat, Islam Jalan Tengah. Dan para ulama saat itu mengapresiasi apa yang sudah kita jalankan. Islam yang moderat, Islam yang sejuk, Islam yang damai. Saya kira inilah ciri keislaman di negara kita Indonesia.
Grand Syekh dari Al Azhar hadir, Imam besar dari Masjidil Haram hadir, mereka menyampaikan kekagumannya kepada kita, kerukunan kita, ukhuwah kita. Jadi sangat keliru sekali kalau kita tidak memanfaatkan ini sebagai sebuah kekuatan, sebuah potensi dalam memajukan negara yang kita cintai ini. Jangan sampai kita justru dari luar dikagumi, dari luar dijadikan contoh, tapi di dalam kita menjadi retak gara-gara urusan pilkada, urusan pilgub, urusan pilpres, sangat rugi sekali kita.
Yang ketiga, kita terus mengembangkan hubungan kita dengan negara-negara lain, baik yang ada di Timur Tengah maupun di Asia bagian Selatan. Karena hubungan-hubungan seperti ini akan juga memperkuat ekonomi negara kita. 3 tahun yang lalu saya berkunjung ke Arab Saudi bertemu langsung dengan Sri Baginda Raja Salman. Saat itu saya kaget, keluar dari pesawat langsung di jemput di depan pintu pesawat oleh beliau sendiri. Ini tidak lazim, tidak umum, karena biasanya memang ditunggu di Istana. Tapi khusus dari Indonesia itu dijemput di depan pesawat. Bukan apa-apa, karena sekali lagi, respect penghargaan yang tinggi negara lain terhadap kita itu betul-betul nyata dan ada. Kita sendiri yang sering tidak sadar, tidak menyadari.
Banyak yang menyampaikan kepada saya, Pak ini tidak lazim, tidak umum bahwa Sri Baginda Raja Salman itu langsung menjemput di depan pintu pesawat. Sehingga waktu beliau datang ke Indonesia, undangan saya 3 tahun yang lalu kemudian beliau datang ke Indonesia tahun yang lalu, ini juga tidak lazim tapi juga saya jemput di depan pintu pesawat. Gantian. Enggak lazim juga itu tapi ya saya lakukan karena beliau memberikan penghargaan kepada kita, kita memberikan penghargaan kepada beliau.
Saya saat datang ke Uni Emirat Arab, saya juga kaget dijemput sendiri oleh Syekh Muhammad langsung juga di depan pintu pesawat. Dijemput, disetiri mobil, beliau menyetir sendiri mobilnya. Di depan pintu pesawat. Ini juga tidak lazim, karena sekali lagi, ini respect, penghormatan negara lain terhadap negara kita. Nyetir sendiri, di depan pesawat saya langsung disuruh masuk. Presiden Jokowi silakan masuk di mobil saya, nanti saya yang nyetir sendiri. Standarnya tidak boleh, harus didampingi oleh ajudan didampingi oleh paspampres untuk keamanan. Tapi karena yang minta ini Syekh Muhammad sendiri, ya saya ngomong ke ajudan, ke paspampres, sudah, kalian jangan ikut mobil ini, ini hanya husus untuk saya karena beliau hanya mengajak saya sendiri, yang lain-lain silakan di mobil belakang.
Begitu beliau nyetir, nyetir di jalan yang mulus di Uni Emirat Arab, disetiri, beliau nyetir, saya lihat kaget. Kelihatannya mobilnya pelan tapi setelah saya lihat spidometernya lebih dari 200 kilometer/jam. Artinya mobil itu kencang sekali, kencang sekali. Saya lihat, saya tapi enggak ngelirik-lirik gini, enggak. Saya lihatnya lurus tapi saya ngelirik, gitu. Lebih dari 200 kilometer/jam. Saya cari- cari ini mobilnya mereknya apa enggak ketemu mereknya apa. Karena mobil itu saya kira hanya satu di dunia, pesanan khusus pasti. Ya namanya negara kaya raya ya seperti itu, mau beli mobil enggak boleh sama dengan negara lain, akan minta hanya satu. Dan kecepatannya betul-betul sangat stabil.
Belum sampai ke Istana, beliau menyampaikan kepada saya, Presiden Jokowi, kita makan tidak di Istana saja, kita ke restoran. Langsung belok ke restoran, jreg. Begitu saya, ya, belok langsung ke restoran. Jadi makan tidak di Istana. Ini juga tidak lazim. Tapi beliau karena betul-betul merasa dekat dengan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Ini yang selalu setiap pidato konferensi internasional di manapun selalu saya sampaikan di depan, supaya semua negara tahu bahwa kita memang negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia.
Kembali lagi, setelah belok, makan, sudah diajak ke Istana baru berbicara. Saya tanya kepada Syekh Muhammad, kenapa sih Uni Emirat Arab tidak investasi banyak di Indonesia? Saya tanya ke Raja Salman, kenapa Arab Saudi juga tidak investasi ber-partner-an dengan Indonesia, investasi di negara kita. Waktu ketemu dengan Syekh Tamim Qatar, saya tanyakan hal yang sama. Apa jawabannya? “Ya karena Indonesia enggak pernah silaturahmi dengan kita, enggak pernah silaturahim dengan kita. Menterinya enggak pernah. Saya juga kaget, jawabannya kok sama semuanya.
Jadi setelah itu, saya perintahkan kepada menteri-menteri kita agar setiap 3 bulan harus muter ke negara-negara itu. Karena ini adalah negara-negara yang kaya, uangnya berlebihan. Kenapa mereka menginvestasikan justru ke Eropa, ke Amerika, atau ke China? Kenapa enggak ke kita? Karena kita tidak pernah silaturahim dan menyampaikan apa kebutuhan kita, apa yang ingin dibangun di Indonesia untuk dikerjasamakan, untungnya untuk kedua negara.
Inilah yang terus kita bangun agar kedekatan-kedekatan itu ada. Jangan malah dibelok-belokkan kemana-mana. Katanya kita membuka investasi untuk dari China, dari Korea, dari Jepang, enggak. Justru kita sekarang ini ingin agar negara-negara di Timur Tengah itu banyak investasi di Indonesia. Dan alhamdulillah, alhamdulillah yang sudah dimulai kilang minyak di Cilacap sudah dengan Arab Saudi. Sebentar lagi insyaallah dengan Oman di Bontang, di Kalimantan. Sebentar lagi dengan Uni Emirat Arab pelabuhan yang di Kuala Tanjung akan kita kerja samakan. Agar keuntungannya juga mereka dapat kita juga dapat tapi keinginan kita untungnya lebih banyak kita, bukan banyak mereka.
Saya rasa ini pekerjaan-pekerjaan besar yang dilakukan oleh negara kita. Dan saya meyakini apabila stabilitas politik kita baik, stabilitas keamanan kita ini baik pembangunannya akan terus berjalan. Bahwa sebuah negara besar seperti Indonesia ini untuk menjadi negara dengan ekonomi terkuat, perkiraan kita insyaallah 2045 negara kita akan masuk dalam jajaran 4 besar negara ekonomi terkuat di dunia, memang akan melalui rintangan-rintangan yang banyak, akan melalui hambatan-hambatan yang banyak, akan melalui ujian-ujian, akan melalui cobaan-cobaan yang banyak. Tetapi kalau kita ini bersatu, stabilitas politiknya baik, stabilitas keamanan kita baik, insyaallah apa yang sudah kita hitung, kita kalkulasi itu betul-betul menjadi sebuah kenyataan atas izin Allah SWT.
Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini.
Saya tutup,
Terima kasih,
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.