Sambutan Presiden Joko Widodo pada Silaturahmi dengan Para Penerima Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS), 23 Mei 2018,  di Istana Negara, Jakarta

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 23 Mei 2018
Kategori: Transkrip Pidato
Dibaca: 4.358 Kali

Logo-Pidato2Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat siang,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Om swastiastu namo buddhaya,
Salam kebajikan.

Yang saya hormati para menteri Kabinet Kerja, Bu Menko PMK, Menteri Kesehatan, Menteri Sosial, Sekretaris Kabinet, Direktur Utama BPJS,
Yang saya hormati para gubernur yang hadir, para bupati/wali kota,
Bapak-Ibu sekalian seluruh peserta Jaminan Kesehatan Nasional yang pada siang hari ini hadir.

Saya sangat berbahagia sekali siang hari ini bisa bertemu dengan Bapak-Ibu sekalian, terutama siang hari ini yang berkaitan dengan Kartu Indonesia Sehat.
Ini pegang kartunya semuanya?
Dibawa semuanya?
Benar?
Mana?
Bawa?
Oke.
Ini kartu saya. Tapi alhamdulillah saya enggak pernah sakit, jadi enggak pernah saya gunakan.

Tahun yang lalu saya pernah mengecek di rumah sakit. Saya kunjungan mendadak, saya periksa di kelas III, di Rumah Sakit Hasan Sadikin. Ini terakhir saya masuk rumah sakit untuk mengecek masalah penggunaan Kartu Indonesia Sehat BPJS di Bandung, di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung.

Saya masuk ke kamar kelas III, saya tanyakan yang sakit di situ, “Bapak menggunakan apa?” Dikeluarin ini, “ini Pak.” “Ibu pakai apa?” Dikeluarin kartu ini. Anak-anak ada yang sakit, pakai kartu ini. Kemudian saya persentase penggunaan yang ada di kelas III saat itu di Rumah Sakit Hasan Sadikin itu ada 96 (sembilan puluh enam) persen. Artinya hampir semuanya yang ada di sana, di Rumah Sakit Hasan Sadikin yang dikasih, yaitu menggunakan Kartu Indonesia Sehat. Ini alhamdulillah.

Artinya apa? Program yang dijalankan oleh pemerintah, yang kita jalankan itu betul-betul digunakan dan berguna bagi masyarakat. Penting sekali ini. Kalau saya masuk ke situ, kemudian enggak ada yang bisa nunjukin ini, wah ini berarti kartunya belum sampai ke bawah ini. Pasti saya cari kemana kartunya. Karena sudah 96 (sembilan puluh enam) persen di rumah sakit, itu sudah angka yang tinggi sekali. Saya kira di tadi 4 (empat) provinsi tadi juga sangat bagus sekali, di DKI Jakarta, di Gorontalo, di Papua Barat, kemudian di Aceh juga sudah di atas 95 persen, sangat bagus sekali.

Dan kita berharap kartu ini tidak digunakan, artinya masyarakat sehat semuanya. Jangan senang menggunakan ini. Saya pun punya kartu enggak mau menggunakan, enggak, enggak, enggak, enggak, enggak. Jangan digunakan ini, jangan digunakan.

Oleh sebab itu, yang namanya kesehatan itu yang bagus memang preventif, pola makan diatur, olahraga rutin, tidur yang cukup tapi jangan kebanyakan. Ya ndak?

Ini yang paling penting saya sebetulnya hanya 2 (dua), rakyat itu kalau mau/ingin mendapatkan pelayanan kesehatan jangan dihambat. Yang kedua, rakyat kalau ingin mendapatkan pelayanan kesehatan juga jangan dipersulit. Saya hanya minta itu saja kok. Enggak banyak-banyak permintaan saya. Jangan sampai nanti saya mengecek ke rumah sakit ada yang mengeluh ke saya, karena dipersulit, karena dihambat. Itu yang saya ndak mau. Pasti akan saya kejar, kenapa dipersulit, kenapa dihambat. Saya cari pasti.

Dan ini saya juga mendapatkan beberapa angka-angka mengenai berapa yang dibayarkan oleh BPJS kepada peserta. Ada ini, 1 (satu) orang dari Tanjungpinang, enggak usah saya sebutkan namanya, yang dibayar oleh pemerintah, oleh BPJS itu Rp624 (enam ratus dua puluh empat) juta. Bayar ke rumah sakit itu. Ada yang di Jakarta Pusat ini ada juga, Rp435 (empat ratus tiga puluh lima) juta. Ya dibayar, wong itu kewajiban kita. Kenapa? Ya agar rakyat menjadi sehat kembali. Di Jakarta lagi ini, di Jakarta Pusat, ada yang Rp356 (tiga ratus lima puluh enam) juta. Ya dibayar. Jakarta memang mahal-mahal kalau sakit. Emang Jakarta mahal. Contoh lain misalnya, saya lihat, ini di Karanganyar ada yang lebih dari Rp1 (satu) M ini Pak. Benar?  Hemofilia, Hemofilia, ada Rp1.098.000.000 (satu miliar sembilan puluh delapan juta). Ya sudah menjadi tugas pemerintah, kalau dicek benar ya sudah. BPJS, Pak Dirut bayar, ya harus bayar. Di Denpasar ini ada juga yang tinggi, Rp467 (empat ratus enam puluh tujuh juta). Ini thalasemia.  Ini yang tumor juga ada yang Rp50 (lima puluh) juta.

Inilah tugas pemerintah yang memang harus dikerjakan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan kesehatan. Tetapi kita berharap rakyat kita, kita semuanya ini sehat. Benar ndak?

Ini ada yang dari Kaltim, ada? Bu Malia ada? Gambarnya sama fotonya, sama Bu Malia kok beda itu. Ibu maju ke depan coba. Sini Bu.

(Dialog Presiden RI  dengan perwakilan penerima manfaat JKN-KIS)

Ini memang tugas konstitusional, tugas konstitusi yang harus kita jalani bersama. Memastikan bahwa seluruh rakyat di seluruh pelosok tanah air itu merasakan kehadiran negara, terutama dalam pelayanan kesehatan, seperti tadi yang sudah disampaikan oleh Ibu. Betapa kalau sudah yang namanya sakit, apalagi yang namanya sakit saat ini, itu biayanya sangat tinggi. Jadi sekali lagi, kita berharap seluruh masyarakat itu sehat semuanya.

Karena sekali lagi, kalau sudah sakit, enggak usah sakit yang berat-berat, sakit masuk angin itu sudah sedih kok. Ya ndak? Flu, kena flu. Itu saja sudah sedih sekali. Enggak sembuh-sembuh, ya sedih. Apalagi sakit yang berat, pertama biayanya yang sangat tinggi, yang kedua juga mengganggu aktivitas kita, seperti tadi yang disampaikan oleh Bu Nurlia tadi. Bayangkan berapa kali ke rumah sakit dan kalau bayar, bayar berapa coba? Berapa juta yang harus kita bayar.

Inilah yang menjadi tugas BPJS, memberikan jaminan kesehatan nasional kepada rakyat. Kita harapkan ini bisa terus berjalan sampai seluruh masyarakat kita semuanya sehat, enggak ada yang sakit. Jadi rumah sakit kosong. Yang saya harapkan rumah sakit kosong, enggak ada yang sakit. Ya ndak? Masa senang sih rumah sakit kita penuh? Yang kita senang rumah sakit kan kosong, enggak ada yang sakit.

Saya juga sedih kalau dengar Ibu tadi. Saya masuk ke rumah sakit, ke kelas III juga kalau dengar cerita itu, aduh sedih semuanya. Tapi kita hanya ingin menunjukkan bahwa Kartu Indonesia Sehat itu memang betul-betul sangat diperlukan di saat rakyat kita ada yang sakit. Sangat-sangat, sangat-sangat diperlukan sekali.

Ada yang dari Sumatra? Ibu masih ada yang mau disampaikan?

(Dialog Presiden RI  dengan perwakilan penerima manfaat JKN-KIS)

Jadi Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara sekalian, sampai saat ini yang sudah kita serahkan Kartu Indonesia Sehat seperti ini ada 92,2 (sembilan puluh dua koma dua) juta di seluruh tanah air sudah pegang ini. Kemudian kalau untuk semuanya total, 197,6 (seratus sembilan puluh tujuh koma enam) juta yang non PBI. Kalau yang ini kan iurannya dibayar oleh pemerintah semuanya. Kalau yang non tadi dibayar masing-masing oleh masyarakat tetapi juga dengan iuran yang murah. Jadi totalnya sudah 197,6 (seratus sembilan puluh tujuh koma enam)  juta. Hampir seluruh rakyat nanti akan ter-cover oleh yang namanya Kartu BPJS. Dan khusus, sekali lagi, khusus yang ini sudah dipegang oleh rakyat sebanyak 92,2 (sembilan puluh dua koma dua) juta. Banyak.

Ini masih kita sisir lagi kalau masih ada yang memang memerlukan akan kita juga tambahkan. Tahun ini berarti berapa target yang untuk kartunya ini saja 96,8 (sembilan puluh enam koma delapan) juta. Jadi masih ada ruang untuk yang masih belum memiliki Kartu Indonesia Sehat.

Bapak-Ibu sekalian yang saya hormati, mungkin ada yang ingin menyampaikan lagi?

(Dialog Presiden RI  dengan perwakilan penerima manfaat JKN-KIS)

Baiklah Ibu dan Bapak sekalian, saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Sekali lagi, saya kira tadi banyak cerita mengenai penggunaan Kartu Indonesia Sehat, kita harapkan semuanya pemegang Kartu Indonesia Sehat ini betul-betul bisa memanfaatkan, terutama dalam akses ke pelayanan kesehatan, baik di puskesmas, baik di rumah sakit di daerah, juga mungkin kalau dirujuk seperti, Pak Markus tadi harus ke Jakarta ya ke Jakarta.

Terima kasih.
Saya tutup.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Transkrip Pidato Terbaru