Sambutan Presiden Joko Widodo pada Silaturahmi dengan Pengguna Fasilitas Kepabeanan dan Peluncuran Perizinan Online, 27 Maret 2018, di PT Samick Indonesia, Cileungsi, Bogor, Jawa Barat

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 27 Maret 2018
Kategori: Transkrip Pidato
Dibaca: 4.948 Kali

Logo-Pidato2Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat sore,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Syalom,
Om swastiastu namo buddhaya,
Salam kebajikan.

Yang saya hormati para Menteri Kabinet Kerja, Dirjen Bea Cukai, Dirjen Pajak beserta seluruh jajaran,
Yang saya hormati Yang Mulia para Duta Besar negara-negara sahabat,
Yang saya hormati Forkompinda Provinsi Jawa Barat, Bupati Bogor,
Dan yang saya hormati para pelaku usaha di kawasan berikat, KITE, dan para CEO yang hadir pada sore hari ini,
Hadirin dan tamu undangan yang berbahagia.

Bapak-Ibu yang saya hormati,
Sekarang saya ingin bertanya kepada Bapak-Ibu semuanya, kapan terakhir kali kita pakai pen/pulpen dan kertas untuk menulis sebuah surat kepada seseorang? Kapan itu kita lakukan? Sepuluh tahun yang lalu, Lima belas tahun yang lalu, atau dua puluh tahun yang lalu? Nulis surat, bisa lima halaman, enam halaman, tujuh halaman, sudah berapa tahun yang lalu. Mungkin ada yang tiga puluh tahun yang lalu, atau dua puluh tahun yang lalu, atau lima belas tahun yang lalu, atau sepuluh tahun yang lalu?

Maksud saya tadi benar-benar bersurat, membuat surat enam halaman – tujuh halaman, dimasukkan amplop, kemudian kita beli prangko, kita tempeli prangko di amplop itu, klik, kemudian kita masukkan ke kotak pos. Sudah lama sekali kan?

Saya hanya ingin mengingatkan betapa zaman ini sudah berubah. Sudah jarang sekali kita melakukan itu. Tulis menulis surat lima, enam, tujuh halaman dengan tinta di atas kertas. Sekarang kita maunya semuanya cepat, mengirimkan sesuatu ke orang lain dengan whatsapp, dengan WA. Iya ndak? Terus kalau kita ingin menyampaikan sesuatu dalam format yang lebih panjang, pakai email. Benar ndak? Apa masih ada yang tadi pakai surat lima, enam, tujuh halaman? Beli prangko, nempel di amplop, masih ada? Coba tunjuk jari maju ke depan, saya mau lihat orangnya! Sudah enggak ada kan?

Begitu juga kalau kita liburan di tempat yang indah, di tempat yang keren, di tempat yang seru-seru. Yang ada pasti selfie atau wefie, kemudian cetak foto pakai HP, kemudian di-posting di instagram, di-share di WA group kita, kemudian masang status update di facebook. Itu yang kita lakukan sekarang.

Saya hanya ingin mengingatkan, sekali lagi ini ada perubahan-perubahan yang begitu sangat cepat. Oleh sebab itu, sangat kuno sekali, sekali lagi, sangat kuno sekali begitu kita mengisi formulir kepabeanan, keluar dokumen yang bertumpuk-tumpuk yang harus kita isi. Mau saya larikan ke situ. Kita harus ngisi dokumen bertumpuk-tumpuk, diisi, diisi, kuno banget seperti ini. Saya tanya, kuno ndak kalau seperti itu? Kuno banget.

Begitu juga dalam memproses perizinan. Keluar berkas yang harus kita isi pakai kertas, bertumpuk-tumpuk lagi. Orang-orang sekarang pusing menghadapi hal-hal yang kayak gitu. Oleh sebab itu, berubahlah. Saya selalu mengajak kepada Menteri-menteri, ke Dirjen, ke Eselon 1, Eselon 2, Eselon 3, Eselon 4, Eselon 5, Eselon 7 berubah, kalau kita tidak mau ditinggal oleh zaman, ditinggal negara-negara lain.

Saya ceritakan, tadi pagi saya sudah cerita kepada CPNS kita. Waktu saya Gubernur, saya coba saya mau ngurus yang namanya SIUP. Saya datang ke Kantor PTSP, Kantor Satu Atap katanya, Kantor Satu Pintu katanya, saya datang ke sana. Saya bawa syarat, datang ke frontdesk saya minta izin, saya minta SIUP. Hanya dua menit. Lho dua menit, kenapa keluhan yang datang ke saya yang ngurus SIUP itu sampai dua minggu, sampai sepuluh hari, sampai dua belas hari? Saya cek hanya dua menit.

Saya tanya ke petugas yang ada di depan, “berapa menit, tadi saya cek dua menit?” “Benar Pak, dua menit.” Terus kenapa bisa sampai dua minggu, hanya ngurus satu lembar SIUP saja, yang isinya nama perusahaan, nama pemilik, alamat, jenis usaha, modalnya berapa, jenis usahanya apa? Hanya enam titik saja sampai dua minggu itu ngurus apa ini? Saya tanya, langsung saya marahi yang ada di depan. “Ini kan hanya dua menit?” “Pak di sini memang dua menit Pak, tapi di lantai tiga Pak yang lama.” Saya tanya lagi, “lantai tiga itu siapa?” “Itu Pak, Bapak Kepala yang tanda tangan di bawah itu, Pak.”

Saya mulai jengkel, saya langsung naik ke lantai tiga. Kebetulan lift-nya mati, saya harus naik tangga, jlepjlepjlep. Masuk ke lantai tiga, saya cari yang namanya Kepala Kantor tadi. Eh enggak ada, enggak ada. Kalau Kepala Kantornya ada tak  gaplok saat itu juga. Saya jengkel sekali. Dua menit di bawah, kenapa nunggu tanda tangan satu menit saja enggak ada kok nunggu dua minggu itu untuk apa?

Hal-hal seperti ini yang ingin kita benahi, hal-hal seperti ini yang ingin kita perbaiki. Masih banyak pekerjaan besar kita untuk memperbaiki kepemerintahan kita, memperbaiki negera kita ini. Sekali lagi, sudah enggak musimnya lagi lah kita ngurus izin lari ke sana, ke meja sana, lari ke meja sini, lari ke meja sini. Ini apa-apaan? Sampai ngisi berpuluh-puluh halaman kertas untuk apalagi? Ini sudah sangat ketinggalan zaman. Sudah sangat tidak zaman sekarang.

Kemudian saya ingin bertanya, kapan kita di sini terakhir kali baca sebuah posting di facebook atau instagram yang panjangnya sampai sepuluh halaman? Masih ada? Atau nonton sebuah video di youtube yang panjangnya sampai dua jam? Masih ada yang seperti itu? Kalau yang bilang masih ada, silakan maju! Saya beri hadiah sepeda. Berarti orang yang maju ini kuno banget itu.

Kan sudah pasti, postingposting-an orang zaman sekarang itu yang pendek-pendek, yang singkat-singkat. Palingan satu atau dua paragraf. Di twitter bahkan dibatasi sampai hanya dua ratus delapan puluh karakter. Oke, itu dikasih lebih banyak ruang dari sebelumnya yang hanya seratus empat puluh karakter tapi kan tetap maksimumnya dua ratus delapan puluh karakter bukan dua ribu karakter atau tiga ribu karakter.

Bapak-Ibu sekalian,
Sekali lagi saya ingin mengingatkan, kita sekarang hidup di sebuah zaman, di sebuah era yang sangat modern, di mana semuanya ingin serba singkat, serba cepat, dan serba online. Ini yang akan kita kerjakan. Sekali lagi, serba singkat, serba cepat, dan serba online. Sudah saatnya kita bawa segala proses perizinan termasuk proses kepabeanan itu ke era yang sama yaitu era yang singkat, era yang cepat, era yang online.

Saya ingatkan ini ke Pak Dirjen Bea Cukai, Dirjen Pajak, semuanya, tidak ada lagi lah mau ngurus pajak kita harus ngisi berlembar-lembar. Orang mau kehilangan uang disuruh ngurus bertele-tele, sudah enggak musim.

Saya pernah cerita ke Pak Dirjen, saat dulu saya ngurus restitusi hampir setahun. Kapok saya, enggak ngurus lagi setelah itu. Sudah, enggak saya urus kalau ada restitusi, enggak. Lebih banyak pusingnya daripada kita dapat uang restitusinya. Di sini ada yang mengalami ndak? Ada? Silakan maju ke depan kalau berani! Takut semua sama Dirjen Pajak pasti. Tapi kenyataannya seperti itu. Inilah yang harus kita perbaiki, kita benahi semuanya.

Saya cerita ya, investasi, ini tadi baru saja saya sampaikan ke Menko Ekonomi, saya ngurus investasi di negara yang namanya Uni Emirat Arab (UEA). Saya datang ke sana bawa syarat-syarat. Saya ngurus sendiri tapi sudah lama lah, sudah lama sekali, mungkin tujuh belas-delapan belas tahun yang lalu.

Saya datang membawa syarat ke sebuah meja. Syaratnya dicek, komplet, “Bapak pergi ke gedung sebelah, gedung notariat.” Saya datang, tektektek, enggak ada lima menit datang ke meja kantor notariat di gedung sebelah. Dicek lagi, suruh tanda tangan, saya tanda tangan di situ. Disampaikan “Pak, Bapak kembali lagi ke meja yang tadi.” Saya kembali ke meja yang sama tadi, saya sudah dapat izin. Enggak ada satu jam. Kemudian dengan izin itu saya bisa membangun pabrik, saya bisa membangun showroom, saya bisa membangun kantor, saya bisa membangun gudang. Enggak ada satu jam. Itu sudah tujuh belas – delapan belas tahun yang lalu.

Di sinipun saya inginnya seperti itu. Sehingga selalu saya tegur Menteri, tegur Dirjen, karena saya memiliki pengalaman-pengalaman, ada yang baik, ada yang tidak baik.

Sekali lagi peluncuran jasa online pelayanan kepabeanan ini adalah sebuah perkembangan yang sangat baik. Meskipun tadi yang disampaikan oleh Bu Menteri masih ada yang bulan, masih ada yang hari. Saya tadi enggak tepuk tangan kalau masih bulan dan hari, enggak mau saya tepuk tangan. Tapi kalau begitu sudah jam, nah saya tepuk tangan baru. Setuju ndak?

Sekali lagi, saya minta Pak Dirjen, syarat-syarat kepabeanan, formulir-formulir kepabeanan, dan semua izin-izin perizinan terus dipangkas sebanyak-banyaknya. Supaya tidak lagi bertele-tele sehingga semuanya serba singkat, tidak melalui proses yang panjang tapi bisa cepat. Sekali lagi, sesuai dengan zamannya.

Tadi sudah disampaikan oleh Ibu Menteri, Izin Kemudahan Impor untuk Tujuan Ekspor dipangkas dari tiga puluh hari menjadi satu jam. Ini tepuk tangan kalau saya. Izin Tempat Penimbunan Barang dari sepuluh hari menjadi satu jam. Ini saya juga mau tepuk tangan, enggak apa-apa. Izin Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai tiga puluh hari menjadi tiga hari. Jangan tepuk tangan ini, masih hari. Izin Nomor Pokok itu apa sih? Nanti mau saya cek ini apa ini. Izin Nomor Pokok ini kok sampai tiga hari, jangan-jangan kayak SIUP tadi. Lamanya di tanda tangan yang lantai tiga tadi. Kemudian ini juga sangat bagus, Izin Kawasan Berikat dari empat puluh lima izin dipangkas menjadi tiga izin. Ini sangat bagus sekali.

Untuk apa sih ini? Kita ingin bersaing, berkompetisi dengan negara-negara lain, kalau di sana cepat kita lambat enggak ada yang datang ke sini. Terutama sekarang ini konsentrasi kita, fokus kita kepada investasi yang tujuannya ekspor. Beri kemudahan semudah-mudahnya, sekali lagi untuk investasi yang tujuannya ekspor. Karena yang kita butuhkan sekarang ini dua, yang bisa mempengaruhi pertumbuhan ekonomi kita, yang pertama investasi, yang kedua ekspor. Kalau ada dua-duanya, investasi yang tujuannya ekspor beri kemudahan sebanyak-banyaknya. Saya sudah sampaikan kepada Menteri. Karena kuncinya pertumbuhan ekonomi negera kita ada di sini.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan di sore hari ini. Dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim Peresmian Perizinan Online dan Fasilitas Kepabeanan sore hari ini saya nyatakan diluncurkan.

Terima kasih.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

 

Transkrip Pidato Terbaru