Sambutan Presiden Prabowo Subianto pada Pembukaan Sidang Tanwir dan Resepsi Milad ke-112 Muhammadiyah

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 4 Desember 2024
Kategori: Transkrip Pidato
Dibaca: 2.113 Kali

Sambutan Presiden Prabowo Subianto

pada Pembukaan Sidang Tanwir dan Resepsi Milad ke-112 Muhammadiyah

di Universitas Muhammadiyah Kupang, Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur

Rabu, 4 Desember 2024

 

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Salam sejahtera bagi kita sekalian,

Syalom,

Salve,

Om swastiastu,

Namo Buddhaya,

Salam Kebajikan.

Saudara-saudara, Bapak-Bapak-Ibu yang saya hormati,

Saya juga ingin menyapa tokoh-tokoh yang hadir. Tidak apa-apa memakan waktu, enggak apa-apa kan? Panitia, Pak, saya dibatasi enggak di sini?

Yang saya hormati, saya banggakan Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Republik Indonesia Bapak H. Muhammad Jusuf Kalla beserta Ibu Mufidah Jusuf Kalla;

Yang saya hormati, saya banggakan Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah Prof. Dr. H. Haedar Nashir beserta para kiai, para ulama, serta para Pimpinan Pusat Muhammadiyah, dan seluruh keluarga besar Muhammadiyah yang saya hormati dan saya banggakan;

Ketua Umum PP ‘Aisyiyah Ibu Salmah Orbayinah beserta Ibu-ibu pengurus ‘Aisyiyah yang hadir;

Prof. Dr. Muhadjir Effendy, Ketua PP Muhammadiyah periode [2015-2020]… Ini enggak disebut nih tahunnya ini. Pak Teddy ini menghadap saya habis ini;

Ketua Umum PP Muhammadiyah 2005-2015, Bapak Din Syamsuddin yang saya hormati. Kok agak ngumpet di belakang itu. Pak Din itu kawan saya waktu masih muda, sekarang agak muda;

Ketua Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, Bapak Sultan Najamuddin;

Para Menteri dan Wakil Menteri Kabinet Merah Putih. Tadi sudah disebut banyak sekali. Tapi enggak apa-apa lah disebut sekali lagi.

Menko Bidang Pangan, Dr. Zulkifli Hasan;

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah yang juga kebetulan Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Prof. Dr. Abdul Mu’ti;

Menteri Pertahanan Letjen TNI (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin;

Menteri Perdagangan, Saudara Budi Santoso;

Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal, Saudara Yandri Susanto;

Menteri Kehutanan, Saudara Raja Juli Antoni, Ph.D.;

Menteri Kelautan dan Perikanan, Saudara Sakti Wahyu Trenggono;

Menteri Lingkungan Hidup, Saudara Hanif Faisol Nurofiq;

Panglima TNI, Jenderal TNI Agus Subiyanto;

Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo.

Jadi kalau Kapolri dan Panglima TNI nama terakhirnya itu Prabowo Subiyanto. Jangan-jangan enggak diganti-ganti ini.

Kepala Badan Gizi Nasional, Prof. Dr. Dadan Hindayana;

Sekretaris Kabinet, Saudara Teddy Indra Wijaya;

Ketua Komisi VII Saleh Daulay;

Pj. Gubernur NTT, Saudara Andriko Noto Susanto;

Gubernur Terpilih NTT, Saudara Melkiades Laka Lena;

Wakil Gubernur Terpilih NTT Saudara Johanis Asadoma;

Wakil Menteri Luar Negeri, Saudara Anis Matta, Ph.D.;

Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Dr. Fajar Riza Ul Haq;

Wakil Menteri Dikti, Sains, dan Teknologi, Prof. Dr, Fauzan, Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang;

Wakil Menteri Perlindungan Pekerja Migran, Saudara Zulfikar Achmad;

Wakil Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman, Saudara Fahri Hamzah;

Wakil Menteri Kehutanan, Saudara Sulaiman Umar;
Wakil Kepala Badan Penyelenggara Haji, Saudara Dahnil Anzar;

Rektor Universitas Muhammadiyah Kupang, Bapak Zainur Wula, beserta seluruh Rektor dan Guru Pendidikan Tinggi Muhammadiyah yang hadir di sini;

Dan tentunya peserta Tanwir dan Milad Muhammadiyah yang ke-112 yang saya hormati dan saya banggakan.

Tadi saya baca banyak tokoh-tokoh karena ternyata banyak sekali di antara mereka juga yang ada hubungan dekat dengan Muhammadiyah, apakah mereka pernah pengurus Muhammadiyah atau lulusan Universitas Muhammadiyah atau SMA Muhammadiyah. Demikian bukti keberhasilan Muhammadiyah sebagai organisasi kemasyarakatan, sebagai organisasi dakwah, dan lebih dari itu, sebagai organisasi pendidikan dan kesehatan.

Saudara-saudara sekalian,

Presiden Republik Indonesia yang pertama dan kedua juga merupakan warga Muhammadiyah. Kalau tidak salah, Presiden Soekarno pernah menjadi pengurus Muhammadiyah. Dan Ibu Fatmawati juga keluarga dari pimpinan Muhammadiyah di Bengkulu. Pak Harto juga warga Muhammadiyah, lulusan SD dan SMP Muhammadiyah. Bahkan, waktu beliau presiden, sekian kali kabinet banyak kawan-kawan non-Muhammadiyah yang mengeluh, “kok Pak Harto itu kok milihnya Muhammadiyah banyak sekali”.

Saya juga, jangan saya nanti dituduh memilih Muhammadiyah banyak sekali, tidak. Mungkin karena keberhasilan Muhammadiyah mendidik, membesarkan kader-kader sehingga Muhammadiyah ada di mana-mana, gitu loh. Kalau saya undang partai untuk koalisi, saya minta calon-calon terbaik mereka, mereka ajukan nama-nama, saya enggak tanya ini Muhammadiyah atau bukan. Ternyata sudah dilantik ada yang bisik-bisik, “itu Muhammadiyah, Pak”. Hari ini saya hitung, kok ini Muhammadiyahnya… Saya juga baru tahu, Budiman Sudjatmiko ini alumni SMA Muhammadiyah Yogyakarta. Memang Muhammadiyah ada di mana-mana ini, ada yang di kiri, ada yang di kanan, ada yang di tengah. Pak Jeffrie Geovanie Muhammadiyah juga rupanya. Sponsor, sponsor.

Jadi ini Ketua Umum Muhammadiyah kreatif, selalu mengundang tokoh dan pejabat, dan diumumkan baru saja groundbreaking rumah sakit. Waduh ini PR lagi untuk aku.

Tapi kita mendukung karena memang pendidikan dan kesehatan adalah kunci kebangkitan suatu bangsa. Jadi memang peran Muhammadiyah saya kira sangat tepat, Muhammadiyah kalau tidak salah hitungan terakhir memiliki 167 perguruan tinggi, 126 rumah sakit, 231 klinik, 5.345 sekolah dan madrasah, 440 pesantren dan jaringan organisasi yang luas di dalam dan di luar negeri. Dan baru saja kalau tidak salah Muhammadiyah telah membeli suatu gedung di Spanyol. Di Cordoba atau di mana? Madrid, di Madrid. Dan sedang diubah menjadi masjid yang besar kalau tidak salah ini, luar biasa, Muhammadiyah luar biasa.

Jadi tentunya kami juga di TNI tidak pernah lupa, bahwa panglima besar TNI yang pertama adalah seorang Kepala sekolah SMA Muhammadiyah Purwokerto. Berarti pengaruh Muhammadiyah juga selain dakwah tapi juga menanamkan patriotisme, semangat cinta tanah air, dan melahirkan pemimpin-pemimpin yang luar biasa.

Terus terang saja, Jenderal Besar Soedirman bukan lulusan akademi militer, beliau tidak pernah ikut sesko di manapun, tapi berhasil memimpin perang kemerdekaan dan menang. Dan kalau kita lihat ucapan-ucapan, perintah-perintah beliau, pidato-pidato beliau, kalau kita lihat sampai hari ini pun adalah ungkapan dan pemikiran seorang pemimpin militer yang tidak kalah dengan pemimpin militer terhebat di dunia sepanjang sejarah. Artinya, walaupun beliau mungkin dianggap hanya seorang kepala sekolah SMA, tetapi pasti beliau mendalami, membaca, belajar secara otodidak, sehingga beliau mampu untuk memimpin sebuah perjuangan kemerdekaan.

Saudara-saudara sekalian,

Menjadi pemimpin dalam kancah krisis perang itu masalah hidup dan mati. Kalau kalah, mati atau dipermalukan atau dijajah. Kita tidak menghendaki perang. Saya mantan jenderal, saya mengerti dan saya paham apa itu pertempuran. Perang destruktif. Ibarat pohon, butuh untuk 20 tahun untuk tumbuh, hanya 15 menit untuk tumbangkan. Negara, masyarakat, desa pun, provinsi pun, kota, butuh ratusan tahun untuk berdiri dan berkembang, hancur dalam beberapa menit, hancur dalam beberapa saat. Karena saya mengerti itu, saya terus berjuang, terus memimpin dengan mengajak mari kita belajar dari sejarah, mari kita waspada, mari kita galang persatuan, mari kita hindari perpecahan, mari kita hindari konflik.

Saudara-saudara,

Ini situasi yang kita hadapi. Di tengah saya diundang di acara ini, saya ingin mengatakan, bukan pengurus Muhammadiyah yang harus terima kasih saya hadir, saya yang terima kasih karena saya merasa, saya merasa tidak hanya kehormatan, tapi saya merasa penting bagi saya untuk bisa bicara kepada tokoh-tokoh Muhammadiyah, kepada para guru, kepada para ustaz, kepada para ulama. Ustaz, guru, ulama adalah pendidik bangsa, adalah panutan rakyat, panutan masyarakat.

Sekali lagi, saya katakan apa yang kita lihat hari ini, situasi dunia mengajarkan kita, memberi peringatan kepada kita agar kita waspada, agar kita bersyukur. Kita harus bersyukur negara kita hari ini kita tidak dibom, hari ini Masjid Istiqlal masih berdiri, hari ini Universitas Muhammadiyah masih utuh, pabrik-pabrik kita tidak dirusak.

Saudara-saudara sekalian,

Mari kita buka televisi, kita buka YouTube, kita lihat apa yang terjadi di hampir setiap negara, apalagi negara muslim. Lihat, jangan percaya Prabowo. Lihat apa yang terjadi di Gaza. Lihat anak-anak tidak berdosa, angka terakhir diperkirakan 5 ribu anak di bawah umur satu tahun mati terkubur, ribuan lagi kita tidak tahu. Belum anak di atas satu tahun, belum orang tua, belum ibu-ibu. Lebanon, jutaan warga Lebanon mengungsi, hilang rumah, tepi barat.

Saudara-saudara sekalian,

Belum Ukraina. Ya Ukraina jauh, tapi perang Ukraina mengakibatkan harga pangan naik di seluruh dunia. Ya Gaza jauh, tapi itu saudara-saudara kita. Apa poin yang saya ingin sampaikan? Saudara-saudara, jangan kita anggap damai itu adalah biasa. Jangan kita anggap kalau kita tidak menghadapi ancaman. Kenapa kita harus waspada, karena kita kaya. Bukan kita ke negeri Belanda, orang Belanda ke kita, Portugis ke kita, Spanyol ke kita, Prancis ke kita, Inggris ke kita. Dari dulu sampai sekarang.

Saudara-saudara,

Saya kira pelajaran, termasuk di semua agama, pelajaran agama Islam pun mengajarkan bahwa kita harus bertanggung jawab atas keselamatan kita sendiri, keselamatan keluarga kita, dan juga atas harta kita.

Jadi Saudara-saudara, dalam kondisi penuh ketidakpastian, di mana hitungan sekarang adalah di Eropa terjadi kurang lebih 17 persen kemungkinan perang nuklir. Ini pengamatan pakar-pakar di Eropa, karena negara barat mengizinkan peluru-peluru jarak jauh mereka menyerang Rusia, Rusia sekarang mengatakan dia boleh menyerang negara-negara barat menggunakan senjata-senjata paling yang mutakhir. Belum Timur Tengah, belum di Asia, Taiwan, dan Korea Utara. Kalau tidak salah tadi malam pemerintah Korea Selatan menyatakan keadaan darurat di Korea. Jadi Saudara-saudara, marilah kita jangan terlalu lengah, jangan terlalu santai.

Kita non blok, kita tidak memihak, kita menghormati semua negara, itu maunya kita. Tapi Saudara-saudara, 40 persen dari seluruh perdagangan dunia lewat lautan Indonesia, 40  persen seluruh perdagangan seluruh dunia lewat perairan kita. Tujuh puluh persen energi Tiongkok, Korea, dan Jepang lewat perairan Indonesia. Bisakah kira-kira, kalau terjadi perang besar, bisakah kita tidak terseret?

Untuk itu, kita butuh kepemimpinan politik yang andal. Dan kepemimpinan politik yang saya maksud bukan kepemimpinan politik yang hanya dari pemerintah. Dan untuk itu perlu ada kerukunan, perlu ada jiwa besar dari semua kalangan.

Kita banyak berbeda, perbedaan itu baik dan wajar. Kita berbeda suku kita berbeda agama. Dan untuk itu, saya ucapkan hormat saya kepada Muhammadiyah. Saudara buka lembaga-lembaga pendidikan tidak hanya kepada umat Islam, tapi buka untuk semua. Saudara telah memberi contoh dalam toleransi, dalam kehidupan inklusif, dalam kehidupan saling hormat-menghormati, dalam kehidupan saling menjaga, saling mendukung. Ini sangat penting, ini sangat penting. Ada pihak dari semua agama, dari semua ras dan semua suku yang selalu mau mengambil garis yang keras, fanatisme, fanatisme agama, fanatisme suku, fanatisme ras, fanatisme budaya, dan sebagainya. Justru ini yang melahirkan peperangan.

Saudara-saudara,

Karena itu apa yang Saudara telah melaksanakan adalah sesuatu yang sangat-sangat berharga bagi kita semua. Milad ke-112, tentunya saya atas nama pemerintah dan atas nama pribadi menyampaikan selamat. Dan harapan ke depan, Muhammadiyah akan terus dalam peranannya di bidang dakwah, kesehatan, pendidikan. Melahirkan kemakmuran untuk semua adalah sangat tepat, karena kemakmuran adalah tujuan kita. Tapi tidak ada kemakmuran tanpa keadilan.

Saudara-saudara sekalian,

Saya terkesan, suatu pemerintahan, suatu imperium, suatu peradaban muslim yang cukup lama, hampir 600 tahun lebih, mendekati mungkin 700 tahun, yaitu peradaban Utsmaniyah yang berpusat di Turki, di Istanbul. Itu salah satu adikuasa pada saatnya yang sangat-sangat berhasil. Ciri khasnya adalah dia memimpin suatu kekaisaran imperium yang multietnis, yang toleran kepada semua agama, semua suku, ratusan suku yang berbeda-beda. Dan di situ ada sesuatu yang menarik bagi saya, untuk memimpin ratusan tahun dan memimpin imperium yang begitu luas, dia memiliki suatu akademi, akademi Gubernur.

Akademi gubernur itu sebetulnya inti pelajarannya yang saya tarik itu satu, satu paragraf yang bagi saya menarik. Dia ajarkan ke semua calon gubernur. Jadi bupati-bupati yang disiapkan jadi gubernur masuk ke akademi ini dan pelajarannya sangat banyak tentunya, tapi ada satu yang sangat sederhana. Diajarkan di situ tidak ada negara tanpa tentara yang kuat. Karena ada kecenderungan pelajaran-pelajaran liberal seolah-olah mau dipisahkan antara sipil dan tentara, mau dipisahkan antara cendekiawan sama— Tidak bisa.

Tidak ada negara tanpa tentara yang kuat. Tidak ada tentara yang kuat tanpa uang. Tidak ada uang tanpa kemakmuran. Tidak ada kemakmuran tanpa rakyat yang bahagia dan sejahtera. Tidak ada rakyat yang bahagia dan sejahtera tanpa pemerintah yang bersih dan adil. Ini benar sekali. Uang dari mana? Uang dari rakyat, iya kan, melalui pajak, melalui retribusi, kalau rakyat tidak bahagia enggak mau bayar pajak dia. Pengusaha yang merasa diperas, iya kan, dulu, sekarang mungkin tidak ada, mudah-mudahan tidak ada lagi, dia tidak rela bayar pajak, tidak rela.

Jadi artinya dari pelajaran itu, kenapa tentara –dan ini tentunya tentara berarti tentara, polisi, pemerintah ini harus kuat dan baik. Tapi tidak mungkin kalau uangnya tidak cukup. Uang tidak cukup, ya dia bisa bertindak. Kita diajarkan oleh senior-senior kita, tentara yang tidak disiplin sangat berbahaya, gerombolan. Tentara yang tidak setia kepada tuannya berbahaya. Siapa tuannya tentara? Tuannya tentara rakyat. Rakyat yang membayar tentara, sepatunya, kaos kakinya, bajunya, semua dari rakyat. Kalau rakyat itu tidak bahagia, tidak sejahtera. Dan mereka tidak mungkin bahagia dan sejahtera kalau pemerintah itu tidak bersih dan tidak adil.

Ini pelajaran saya kira, bukan kita nyontek, kita perlu belajar dari yang baik, yang berhasil. Dan setiap peradaban tentunya ada pasang, ada puncak, ada surut. Surut kenapa?  Karena dihajar di mana-mana. Dan kalau kita jujur, di ujungnya memang pemerintahan mereka pun juga terjadi korupsi dan sebagainya. Satu hal yang kita belajar dari sejarah, pemerintah yang korup tidak bisa membawa kemakmuran kepada rakyat. Itu pelajaran, itu pelajaran.

Jadi Saudara-saudara, marilah kita bersama-sama sesuai dengan tema yang Saudara-saudara pilih, marilah kita berjuang mencari kemakmuran supaya kita hilangkan kemiskinan, hilangkan kelaparan, hilangkan stunting.

Saudara-saudara,

Saya telah mempelajari angka-angka mendalam. Sungguh luar biasa kekayaan kita, sungguh luar biasa. Tapi kita koreksi diri, kita banyak yang terus terang saja kurang piawai, kurang andal untuk menjaga kekayaan kita. Karena itu, saya bertekad untuk mencapai pemerintah yang bersih dan ini tidak gampang, ini sangat sulit. Bahkan, saya tahu saya ditertawakan, saya diejek, tapi saya sudah biasa diejek. “Mana mungkin menghilangkan korupsi di Indonesia. Mana mungkin menghilangkan kemiskinan. Mana mungkin menghilangkan kelaparan. Apa? Mau kasih makan bergizi, hahaha ketawa”. Di awal mereka tertawakan saya dan saya tahu mereka mengancam saya. Saya tahu saya diancam. Nanti harga saham, harga indeks saham akan turun. Di hari-hari pertama saya luncurkan gagasan makanan bergizi sudah muncul. Saya mengerti, saya ini cukup lama jadi orang Indonesia. Saya mengerti, saya mengerti, ada ancaman terbuka, ada ancaman halus. Ada senjata yang terbuka, senapan, meriam, ya itu. Tapi sebelumnya ada senjata-senjata lain, senjata psikologis, adu domba, fitnah, hoaks, ada ancaman terhadap ekonomi.

Saudara-saudara, “Pak, karena gagasan makanan bergizi harga saham indeks turun”. Saya bilang, saya jawab ke mereka itu, kasih tahu ya biar saya enggak punya saham, saya bilang. Dan rakyat di desa-desa tidak punya saham, benar, Kalau saham jatuh, iya, pemain-pemain bursa itu. Siapa yang main bursa di sini menteri-menteri ayo ngaku. Fahri Hamzah kayaknya. Ada, bukan orang kaya saja main saham, betul enggak? Ada teman-teman saya ahli matematika dia mau pakai algoritma. Tapi saya lihat hidupnya stres, tiap detik lihat TV, lihat apa itu, wah harga saham turun nol koma nol sekian, wah panik dia, hitung lagi.  Aduh hidup stres, aku ndak mau lah. Dan saya kasih tau juga, main-main saham itu kalau orang kecil ya sudah pasti kalah. Itu untuk orang kecil itu biasanya sama dengan judi itu, yang menang yang bandar yang besar, yang kuat, iya kan. Ini Pak Trenggono mantuk-mantuk. Jangan-jangan Pak Trenggono ini punya algoritma ya itu. Ada ahli matematika yang saking pintarnya dia berani ke kasino. Hitung, hitung, hitung, main roulette itu pakai algoritma itu coba. Tapi enggak, serius, Saudara-saudara. Kemudian ada yang mau ancam mata uang kita. Ada juga yang mau ancam—

Saudara-saudara, ternyata bernegara itu, keyakinan saya, dasarnya adalah beberapa hal yang fundamental. Yang pertama adalah kemampuan bangsa itu menghasilkan pangan. Karena itu, kita hormati apa yang dilakukan oleh pemerintah sebelum saya, semua pemerintah sebelum kita, dari Presiden Soekarno, selanjutnya, punya jasa sampai kita berada di sini. Kita hormati pemerintah Pak Jokowi. Saya bukan membela-bela orang. Terus terang saja, untuk apa sekarang saya, apa itu istilah tentara, ngolor, menjilat, iya kan. Bukan saya bela-bela Pak Jokowi karena person, tidak.

Saya mau katakan apa adanya. Kalau ada kekurangan, ada, kita semua ada kekurangan, semua pemimpin ada kekurangan. Jangan memfitnah, jangan menyerang, kita semua punya kekurangan. Mau buka-bukaan, ya enggak enak. Kita diajarkan nenek moyang kita, orang tua kita, mikul dhuwur mendhem jero. Orang tua hormati yang baik. Kita sebagai yang muda berani juga ngoreksi, tapi ngoreksinya dengan cara yang baik, yang sopan. Saya kira itu ajaran ustaz-ustaz saya. Saya bukan orang yang terlalu baik agama saya, saya akui, di depan Muhammadiyah aku akui. Tapi saya ingat ajaran ustaz-ustaz saya, ndak boleh dendam, tidak boleh maki-maki, iya kan, tidak boleh sakit hati, tidak boleh benci. Tuhan saja memaafkan, kok manusia meneruskan permusuhan.

Saya ini dikalahkan oleh Pak Jokowi. Dan menteri-menteri saya banyak yang ikut mengalahkan saya. Benar ya, ayo ngaku tuh, ngaku. Siapa bendaharanya Pak Jokowi, itu Trenggono itu. Ayo ngaku ini. Ini banyak ini menteri-menteri saya itu. Tapi sudah, sudah, ini kan, perbedaan itu biasa, persaingan itu biasa, biasa sudahlah. Tapi sesudah itu ayo kerja sama, ayo. Nyatanya saya tahu ini dalangnya Trenggono ini, tapi jadi wakil saya di Kementerian Pertahanan. Akhirnya saya dibilang, “oh, Prabowo pakai banyak orangnya Jokowi”. Tidak, bukan orangnya Jokowi, saya pakai orang merah putih, saya pakai anak Indonesia, iya kan. Ada juga yang Menko Polhukam saya juga kan bukan orang Gerindra. Dia memang non-partai. Tapi saya ambil satu, yang saya ambil saya yakin di dalam hatinya semua itu cinta merah putih, cinta tanah air.

Jadi ndak ada masalah di Pilkada ada yang menang, ada yang kalah, sudah, iya kan. PKS dukung Anies enggak ada masalah. Gerindra wakilnya PKS di Sumatra Barat, iya kan. Ndak ada masalah, banyak saya, Gerindra wakilnya PDIP di Jawa Tengah, di mana. Sudah enggak ada masalah, jangan kita… Perbedaan pendapat bagi saya harus kita sikapi dengan kearifan. Dan kalau ada kesalahan kita koreksi, kita perbaiki.

Saudara-saudara,

Saya percaya dan yakin, saya optimis, tapi kita harus waspada karena kita sangat kaya. Kita menguasai mineral-mineral yang sangat strategis yang dibutuhkan oleh banyak negara. Karena itu, beberapa rencana kita, hilirisasi, tidak berkenan di banyak negara. Tapi kita tidak ada pilihan, masa ratusan tahun kita harus jual kekayaan kita sebagai bahan mentah, kita tidak mau. Kita mau karunia Tuhan itu boleh dibeli dengan harga yang benar supaya kita punya nilai, nilai tambah bisa dipakai untuk menyejahterakan rakyat kita. Jadi kita harus siap menghadapi. Mungkin ada yang mau dikte kita harus ini harus itu. Kamu ndak boleh dekat sama dia, kamu dekat sama saya. Kita dekat sama semua.

Saudara-saudara,

Saya kira itu inti yang ingin saya sampaikan. Terima kasih Pak Haedar membaca buku saya. Karena di Indonesia banyak buku ditaruh di pajangan saja itu. Terima kasih, tapi itu saya kira adalah hal-hal yang mendasar. Dan sebagai kesimpulan, ternyata setelah saya keliling ke luar negeri, hadir KTT APEC, hadir KTT G20, tema di G20, tema di APEC, terutama di G20 temanya apa? Tema utamanya apa? Hilangkan kemiskinan, hilangkan kelaparan, fight hunger and fight poverty. Itu tema dunia sekarang. Kemudian ke arah menjaga lingkungan hidup kita. Kita nanti berada di garis depan. Saya katakan, Indonesia mungkin satu-satu negara mungkin dengan Brasil dan Kongo, kita bisa, kita diberi karunia oleh Tuhan, kita akan mampu semua bahan bakar kita green, semua bahan bakar kita dari tanaman, dan kita akan swasembada energi.

Dan kita akan swasembada pangan dalam waktu yang lebih singkat daripada yang saya perkirakan. Saya beri target empat sampai lima tahun, ternyata bisa lebih cepat. Dan, saya percaya dan saya yakin NTT, tadi kita ubah dari hanya, laporan gubernur, hanya 300 ribu hektare yang sekarang bisa diairi, potensi 4 juta hektare, luar biasa. Dan ini bisa dan ini akan kita kerjakan.

Saya percaya manusia, apalagi pemimpin harus berani punya tujuan, harus berani punya sasaran yang tinggi, jangan sasaran yang rendah. Saya diejek lagi, Prabowo bisa saja dia ngomong mau pertumbuhan 8 persen.

Saudara-saudara, saya selalu mengutip Bung Karno. Bung Karno mengajarkan dari dulu, gantungkan cita-citamu setinggi langit. Kalau kau tidak sampai ke langit, minimal kau jatuh di antara bintang-bintang. Pengalaman saya di tentara juga begitu. Kalau kita kasih target yang rendah, cukuplah ndak usah repot-repot, iya kan, target saya kasih target, kalau sekarang 5 persen, 5,5 [persen], ya sudah 6 persen saja lah. Jangan-jangan enggak sampai 6 persen, gitu loh. Tapi saya hitung, saya hitung angka-angka, saya percaya, saya yakin kita mampu sampai 8 persen.

Kebocoran-kebocoran kita kalau kita hemat, kalau pemerintah itu ketat, bersih, efisien, saya yakin bisa. Tapi ini butuh jiwa besar, Saudara-saudara, jiwa besar, gubernur, bupati semuanya harus bekerja, wali kota. Sudahlah acara-acara yang tidak penting kurangi, iya enggak, seminar, terlalu banyak rapat. Kenapa rapat atau ini harus di hotel di mana gitu.

Saudara-saudara, hitungan kita perjalanan luar negeri saja itu, Indonesia ini perjalanan luar negeri pejabat-pejabat USD3 miliar. Saya minta dikurangi 50 persen saja. Kalau bisa dikurangi 50 persen artinya kita bisa menghemat Rp15 T, Rp15 T itu berapa bendungan, berapa irigasi, berapa SD bisa kita perbaiki, berapa anak sekolah bisa kita kasih makan. Tolonglah ya para menteri puasa dulu, puasanya lima tahun.

Kalau lima tahun kita hemat USD1,5 miliar dari perjalanan saja. Saudara-saudara, tapi bayangkan itu apa yang kita bisa. Saya tapi sudah perintahkan Menteri Keuangan, Wakil Menteri Keuangan, teliti, semua program diteliti, diteliti, ternyata cukup besar penghematan, cukup besar. Tapi saya tidak umumkan di sini supaya kita tidak cepat puas.

Jadi saya mohon juga pada gubernur terpilih, bupati terpilih ya, ketat, efisien, kurangi yang bersifat tidak kritis. Kritis untuk kepentingan rakyat, kritis kepentingan langsung, enggak usah terlalu banyak seminar, kita sudah tahu kesulitan rakyat, iya kan, sudah tahu. “Bapak, masalah Indonesia ini adalah ini, ini, ini”. Sudah tahu saya. Kita ini tidak punya satu data, datanya banyak, saya tahu. Banyak peraturan undang-undang bertabrakan, saya tahu.

Solusinya bagaimana, ya. Menteri Perumahan Rakyat, di sini diwakili Wakil Menteri, iya kan. Rakyat miskin, rakyat muda yang masih muda butuh rumah yang terjangkau. Enggak usah diseminarkan, berapa jumlah rumah ini, ini, tipe berapa. Dia butuh segera, kalau sudah berdiri minimal 3 juta rumah, Fahri Hamzah boleh senyum-senyum. Sekarang jangan senyum dulu kau.

Terima kasih, Saudara-saudara. Sekali lagi, selamat. Terima kasih semua tokoh Muhammadiyah, mari kita bersama-sama dengan semua komponen lain, semua organisasi lain, banyak perbedaan tapi carilah titik-titik persamaan, untuk bangsa dan negara.

Terima kasih, selamat Milad ke-112 kepada Muhammadiyah. Berbaktilah terus kepada bangsa, rakyat, umat. Teruskan apa yang sudah Saudara-saudara laksanakan dan Saudara-saudara buktikan.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Syalom,

Salve,

Om swastiastu,

Namo Buddhaya,

Salam Kebajikan.

Terima kasih, kehormatan diberikan kepada saya bisa berbicara di sini dan bisa memberikan pengarahan kepada Saudara-saudara sekalian. Saudara-saudara berjasa, bekerja, kadang-kadang tanpa dilihat.

Terima kasih.

Transkrip Pidato Terbaru