Sambutan Presiden Republik Indonesia pada Akad Massal 26 Ribu Kredit Pemilikan Rumah Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan dan Serah Terima Kunci Rumah Subsidi Bersama Presiden RI di Pesona Kahuripan 10, Cileungsi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat Senin, 29 September 2025

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 1 Oktober 2025
Kategori: Sambutan
Dibaca: 62 Kali

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Selamat sore,

Salam sejahtera bagi kita sekalian.

Syalom,

Salve,

Om swastiastu,

Namo Buddhaya,

Salam Kebajikan.

Yang saya hormati Menteri Perumahan dan Kawasan Pemukiman, Saudara Maruar Sirait beserta seluruh jajarannya, sebagai tuan rumah.

Menteri Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Saudara Agus Harimurti Yudhoyono;

Para Menteri Koordinator, para Menteri, Kepala Badan, Jaksa Agung, Kapolri, Panglima TNI, para Kepala Staf Angkatan yang hadir, para Wakil Menteri, seluruh anggota Kabinet Merah Putih yang hadir: Menteri Sekretaris Negara, Saudara Prasetyo Hadi, Menteri Dalam Negeri Jenderal Polisi (Purn.) Tito Karnavian, Menteri Hukum, Saudara Supratman Andi Aktas, Menteri Keuangan, Saudara Purbaya Yudhi Sadewa, Menteri Ketenagakerjaan Prof. Yassierli, Menteri Lingkungan Hidup, Saudara Hanif Faisol Nurofiq, Menteri Ekonomi Kreatif, Saudara Teuku Riefky Harsya, Menteri Perhubungan, Saudara Dudy Purwagandhi, Kepala Staf Kepresidenan, Saudara Muhammad Qodari, Sekretaris Kabinet RI Letnan Kolonel Teddy Indra Wijaya, Kepala Badan Pusat Statistik, Saudari Amalia Adininggar Widyasanti, Kepala Badan Komunikasi Pemerintah, Saudara Angga Raka Prabowo;

Dan tokoh-tokoh yang hadir di sini, hadir Gubernur Bank Indonesia, Saudara Perry Warjiyo, Komisioner Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera), Saudara Heru Pudyo Nugroho;

Para kepala daerah yang hadir: Gubernur Jawa Barat, Saudara Dedi Mulyadi, kumaha damang? Gubernur DKI Jakarta, Saudara Pramono Anung, yang saya hormati, para bupati, wali kota yang hadir, pada kesempatan sore hari ini;

Yang saya hormati para Direktur Utama Bank Himbara: Bank Mandiri, BRI, BNI, BTN, dan BSI yang hadir. Terima kasih kehadiran Saudara-saudara;

Para pimpinan bank swasta yang hadir di sini juga, saya lihat ada Dirut BCA;

Kemudian para pimpinan bank daerah, para pimpinan perusahaan swasta, dan Ketua Umum Asosiasi Pengembang Perumahan, dari REI (Real Estate Indonesia), APERSI (Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia), di sini tulisannya dan lain-lain. Bukan salah saya ya. Ini sekpri agak malas nih. Aku didemo nanti oleh mereka;

Saudara-saudara sekalian yang mengikuti acara ini melalui video conference di seluruh daerah yang hadir, kalau tidak salah 100 titik yang hadir ya. Selamat siang Saudara-saudara di seluruh Indonesia yang saya hormati dan saya banggakan;

Saudara-saudara sekalian para peserta akad massal;

Hadirin undangan dan Saudara-saudara sekalian yang saya hormati dan saya banggakan,

Tentunya sebagai insan yang bertakwa, marilah kita tidak henti-hentinya memanjatkan puji, syukur ke hadirat Tuhan Mahakuasa, Tuhan Mahabesar bagi umat Islam Allah Suhanahu wa ta’ala, atas segala karunia dan atas kesehatan yang masih diberikan kepada kita, kita dapat berkumpul di tempat yang baik ini, untuk hadir pada acara ini, yaitu Akad Massal 26.000 Kredit Pemilikan Rumah dengan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) dan Serah Terima Kunci. Terima kasih atas undangan ini. Saya sangat bangga, sangat bahagia, dan sangat apresiasi kepada semua pihak yang telah bekerja keras, sehingga hal ini bisa kita wujudkan, bisa kita hasilkan sampai dengan acara hari ini.

Memang saudara Maruar Sirait janji 25.000 rumah pada tanggal 29 September, yaitu hari ini. Saya katakan, saya akan hadir. Waktu itu saya masih ragu, tanggal berapa bisa saya kembali dari acara saya di luar negeri. Alhamdulillah keburu, saya tiba tanggal 27 sore hari, kemudian hari ini saya penuhi undangan Saudara Maruar. Memang benar saya baru sekarang hadir acaranya Menteri Perumahan ya. Saya tidak tahu mengapa. Mungkin jadwal yang agak meleset. Tetapi alhamdulillah akhirnya saya hadir dan walaupun tidak sesuai dengan janji, iya kan. Janjinya 25.000, ternyata yang dihasilkan 26.000. Ini untuk budaya bangsa Indonesia agak anomali, agak aneh. Kalau di Indonesia biasanya janji setinggi langit hasilnya ya tak sampai. Apa daya tak sampai. Kali ini dibalik, janji 25.000 hasilnya lebih dari yang dijanjikan. Berarti sudah ada tanda-tanda perubahan, tanda-tanda transformasi, terutama transformasi mental, pikiran, dari para pejabat, para pemimpin.

Terima kasih Menteri Maruar Sirait. Memang beliau ini terkenal ya. Mungkin karena beliau genetikanya dari orang Batak, iya kan. Orang Batak itu bicaranya selalu keras. Itu masalah alam, karena di sana banyak gunung dan banyak lembah. Jadi kalau bicara ke tetangga pasti harus teriak, harus keras. Tapi beliau juga pekerja keras dan beliau inginnya selalu memberi hasil yang terbaik untuk rakyat, saya kira itu. Beliau putra seorang tokoh, tokoh kerakyatan, tokoh yang selalu membela rakyat kecil. Dan, ternyata beliau meneruskan tradisi orang tua beliau, selalu membela rakyat kecil. Saya senang, karena itu mungkin cocok di tim kita. Tim kita, kabinet kita, koalisi kita, semuanya adalah berpikir bagaimana segera memberi hasil untuk rakyat kita.

Saudara-saudara sekalian,

Perumahan adalah sangat penting, dan perumahan itulah yang bisa juga selain memenuhi kebutuhan yang sangat penting untuk rakyat, terutama yang berpenghasilan rendah ya, juga perumahan itu bisa dan selalu menjadi motor dari pertumbuhan ekonomi, motor dari pembangunan ekonomi. Jadi memang ini kita perhatikan ya. Karena itu, kita kasih target yang sangat tinggi 3 juta rumah, iya kan. Target itu selalu tinggi, target itu memang harus kita kejar, harus kita capai ya.

Saya ingat kata-kata proklamator kita Bung Karno, “Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit. Kalau kau tidak sampai, paling sedikit kau akan jatuh di antara Bintang-bintang.” Tiga juta seolah sesuatu yang sangat sulit dikejar, memang. Tugas kita sebagai pemimpin, pemimpin yang transformatif, pemimpin yang ingin berbuat perubahan ke arah lebih baik untuk rakyat, pemimpin itu harus berani. Berani memiliki cita-cita yang tinggi, berani untuk menghadapi kesulitan, berani untuk bekerja keras, berani untuk tidak menerima hambatan. Hambatan ada untuk kita atasi bersama, Saudara-saudara, dan memang itulah tekad kita. Walaupun kita mengerti dan memahami bahwa kekurangan kita, hambatan kita masih besar, dan kita tidak boleh takut, tidak boleh malu-malu mengoreksi diri kita. Saya selalu mengatakan kita harus berani mengoreksi diri, melihat kekurangan kita sebagai bangsa. Kita tidak boleh selalu berpura-pura bagus. Tidak boleh cepat puas, tidak boleh bangga dengan pangkat, dengan gelar.

Saya bangga dan terharu, hari ini dua pengusaha yang hebat ya, asalnya dari office boy. Operator bisa dipasang enggak? Slide yang dia masih office boy, gitu loh, yang dia tidur di lantai, gitu loh, bisa dipasang itu? Menarik, gitu loh. Kalau seorang office boy dalam berapa tahun? Sembilan tahun? Delapan tahun? Kalau dalam delapan tahun dia bisa menghasilkan. Itu sebelum (melihat slide), jadi ada before and after, ini sebelum. Nah, ini sebelum. Ya sudah cukup, tutup-tutup itu foto itu. Beliau sekarang bisa menghasilkan keuntungan berapa? Rp120 miliar. Enggak pakai nyolong, enggak pakai korupsi. Ini adalah putra-putra Indonesia yang harus kita banggakan. Ini masa depan kita. Seorang yang sangat sederhana, tidak punya koneksi, orang tuanya bukan apa-apa. Tapi bisa sekarang menghasilkan Rp120 M [miliar] setahun.

Saudara-saudara,

Hai para koruptor. Aku ngomong ke situ ya, koruptornya ya. Kalau ke sini kalian tersinggung. Hai koruptor, hati-hati kau mau curi 5 M [Rp5 miliar], masuk penjara luar biasa kau. Kerja keras, kerja kreatif, kerja dengan tulus, ikhlas, luar biasa. Saya jenderal, saya hormat sama kau. Ini warga negara yang kita banggakan. Saya percaya di mana-mana ada Angga-Angga yang lain, Wawan-Wawan yang lain ya. Kamu boleh bangga karena kau kerja keras dan kau berhasil dalam 8 tahun. Luar biasa. Terima kasih.

Jadi Saudara-saudara, dengan kekurangan kita yang kita akui, ya, bahwa kekayaan bangsa kita terlalu banyak yang hilang, bocor, sehingga rakyat kebanyakan kurang menerima manfaat dari kekayaan kita. Dan, itulah tekad saya dengan rekan-rekan saya yang membantu saya. Tekad kita sekarang adalah untuk menyelamatkan kekayaan bangsa Indonesia, untuk bisa dimanfaatkan oleh rakyat Indonesia. Itu yang kita inginkan. Itu yang kita inginkan.

Saudara-saudara sekalian,

Saya sudah lihat fakta-fakta, angka-angka, negara kita sangat-sangat kaya. Kebocorannya luar biasa, masih kita seperti ini, Saudara-saudara sekalian. Bayangkan kalau kita bisa hentikan kebocoran-kebocoran itu. Saudara-saudara, saya bertekad untuk menghentikan kebocoran-kebocoran itu.

Tadi saya bicara di salah satu partai politik. Dan, ini nanti saya sampaikan juga kepada penegak hukum. Masalah kita ternyata ya korupsi parah, benar, dan korupsi akan kita perangi. Dan, saya ini berkeyakinan dan berharap bahwa pejabat-pejabat yang punya kekuasaan akan jera dan tidak mau tergoda untuk melakukan korupsi, saya berkeyakinan. Karena rakyat kita sudah tidak mau terima lagi pemimpin-pemimpin yang korup. Rakyat kita jangan dianggap bodoh, rakyat kita tidak bodoh, rakyat kita tajam. Dan, sekarang ada tekonologi, rakyat semua punya gadget, Saudara-saudara, iya kan.

Jadi Saudara-saudara, saya percaya. Tapi yang lebih parah adalah ternyata para pakar yang terhormat, para profesor, ternyata yang masalah bagi kita adalah kesalaham sistem. Sistem ini yang memungkinkan kebocoran yang gila-gilaan, yang luar biasa, karena sistem. Karena itu, kita harus berani memperbaiki sistem. Saya percaya dengan penghematan, kebocoran, dengan kita mengamankan kekayaan kita, uang bangsa Indonesia akan cukup. Uang ini kita akan investasikan dengan baik, hilirisasi, supaya penghasilan kita berlipat ganda, supaya kita bisa membantu rakyat kita yang berpenghasilan rendah, supaya akan dinikmati oleh rakyat kita, supaya ada kesejahteraan yang dirasakan oleh semua rakyat Indonesia. Itu tekad kita. Itu tekad kita dan saya yakin kita akan sampai ke situ, Saudara-saudara sekalian.

Saya percaya dan saya yakin dalam tiga, empat, lima tahun akan datang kita akan membuktikan, kita akan berbuat sesuatu yang tidak diperhitungkan oleh bangsa-bangsa lain. Kita akan kuasai kekayaan kita sendiri dan ini sudah mulai kita kerjakan. Dengan TNI, dengan POLRI, dengan semua unsur sekarang, aset-aset negara kita kuasai kembali. Tanah-tanah yang disalahgunakan, kita ambil kembali. Perkebunan-perkebunan yang tidak sesuai aturan, yang melanggar hukum, sudah kita kuasai sebagian dan akan terus kita kuasai kembali. Saya bertekad melaksanakan Undang-Undang Dasar 1945, saya disumpah untuk itu dan saya bertekad untuk melaksanakan itu dan rekan-rekan saya, saya ajak dan mereka bertekad juga berjuang bersama saya. Kita tidak akan mundur setapak pun kita akan melaksanakan sumpah kita kepada bangsa dan rakyat kita.

Saudara-saudara sekalian,

Dengan kita selamatkan kekayaan kita secara sistemik, jadi saya minta profesor-profesor dan pintar-pintar, gunakan kepintaranmu untuk kepentingan bangsa rakyat Indonesia. Pelajari, yakini, analisa. Saudara-saudara apalagi yang pintar matematika, lihat data-data, analisa. Masa 25 tahun tidak bisa kita analisa, lebih banyak uang keluar dari Indonesia, lebih banyak kekayaan kita keluar dari Indonesia daripada tinggal di Indonesia, ini segera harus kita ubah, saudara-saudara sekalian. Saya yakin dan percaya para pakar yang ada di sini akan berhasil. Saya lihat di sini banyak profesor ini, banyak S3, iya kan? Pak Purbaya S3, siapa lagi? Pak Perry S3, Yasierli S3, siapa lagi itu? AHY S3. Luar biasa, dong! Pak Tito S3, Pak Kapolri S3, luar biasa itu semua. Begitu banyak S3 kalau tidak bisa memperbaiki sistem, kelewatan ini.

Ya, ini adalah salah sistem, kenapa? Mungkin bangsa Indonesia adalah bangsa yang terlalu, terlalu baik. Jadi, banyak pakar-pakar kita itu sekolahnya di luar negeri, sekolahnya di Barat. Kita mungkin mengira bahwa di luar negeri, di Barat itu yang diajarkan semua yang benar dan yang baik, padahal kita lupa, Barat itu unggul dan jago dalam menjajah bangsa lain, mereka unggul dalam imperialisme. Jadi, kalau kita ke sana belajar, ya kita harus waspada. Enggak semua yang diajarkan kita, harus kita laksanakan. Kelemahan bangsa kita, kalau melihat bangsa asing langsung kita kagum.

Saudara-saudara,

Sama sekali saya, berkali-kali saya katakan, saya tidak mengajarkan kita untuk curiga bangsa lain, untuk membenci apalagi, saya hanya minta bahwa kita harus mengerti dan paham, jangan mengira bangsa lain kasihan sama kita. Itu sangat naif. Dia mikirin diri dia sendiri. Jangan mengira kita akan dikasihani, tidak.

Saudara-saudara,

Tapi hari ini yang penting adalah sekali lagi kita buktikan kalau pemimpin bekerja dengan ikhlas, dengan tulus, kalau pemimpin bekerja satu tim, kerja sama, tidak egois, tidak bersaing negatif.  Demokrasi artinya kita harus bersaing. Tapi bersaingnya itu dalam pemilihan, sekali lima tahun kita bersaing: harus bersaing dalam pemilihan umum, bersaing dalam pemilihan legislatif, bersaing dalam pemilihan kepala daerah, bersaing. Bersaing itu baik, bersaing jangan bermusuhan, jangan dendam. Politik bersaing, tadi saya katakan, bersaing kita semua mau menang, enggak mungkin semua menang. Dalam sepak bola hanya satu yang juara umum, iya kan? Masuk semifinal, final. Jadi saudara-saudara, kita harus paham itu. Politik kita harus politik yang dewasa, politik kita harus politik Indonesia. Demokrasi kita harus demokrasi Indonesia, demokrasi kita harus demokrasi yang santun, demokrasi yang penuh persaudaraan. Berbeda partai, enggak ada masalah, iya kan? Kalah menang, nanti yang menang mengajak yang kalah, yang kalah dukung yang menang, karena kita semua harus bekerja untuk rakyat kita. Rakyat kita tidak suka pemimpin yang penuh dendam, Saudara-saudara sekalian. Rakyat juga tidak suka pemimpin di atas itu gontok-gontokan. Salah! Keliru! Kalau masih pakai paradigma lama, paradigma tahun ’50, tahun ’40, itu paradigma pada saat itu. Pada saat itu perang ideologi. Sekarang kita sudah tidak perang ideologi lagi, kita sudah sepakat, ideologi kita ya Pancasila. Bersaing, tidak masalah.

Gubernur DKI, partai lain, enggak ada masalah. Saya bisa kerja sama dengan Pak Pramono Anung, benar. Kalau beliau enggak mau kerja sama, beliau sendiri rugi nanti, rakyatnya marah sama beliau, benar enggak? Sama, Gubernur Jawa Barat, kebetulan Gerindra. Kebetulan, tapi kalau brengsek, saya usut kau. Tapi saya yakin, kau tidak brengsek. Tapi jangan salah, saya tahu ada kader-kader Gerindra yang, iya kan? Begitu jadi bupati, wali kota, apa itu istilahnya tuh, petantang-petenteng.

Jadi, Saudara-saudara, terima kasih semua pihak bekerja keras, sehingga kita mencapai perumahan seperti ini. Tahun depan saya percaya akan lebih banyak lagi, Saudara-saudara. Tapi, perumahan ini bersama kita amankan juga pangan, perut. Kita harus amankan makan pangan untuk seluruh rakyat Indonesia, tidak bisa lagi kita tergantung impor. Alhamdulillah, kita sudah tidak impor beras lagi. Produksi beras kita tertinggi selama sejarah. Sekarang, masalahnya kita harus bangun gudang yang cukup untuk menampung beras-beras itu. Jagung kita juga produksinya sangat luar biasa, Saudara saudara sekalian. Nanti produksi protein, produksi telur, produksi susu, produksi daging, produksi ikan juga akan sangat meningkat. Dua-tiga tahun lagi kita akan sangat sukses, lebih sukses lagi di bidang pangan. Pangan aman, kemudian BBM, energi harus aman juga, tidak boleh tergantung impor.

Kemudian, ekonomi di rakyat, anak-anak kita harus cukup makan, maka Makan Bergizi Gratis berjalan terus. Alhamdulillah, hari ini sudah hampir mencapai 30 juta penerima manfaat. Sudah kita beri pangan lebih 1 miliar pangan, makanan tiap hari, bukan setiap hari, seluruhnya sudah lebih 1 miliar makan. Ada kekurangan, ada keracunan, ini kita benahi. Tapi dari segi statistik dibandingkan yang sudah kita hasilkan, ternyata penyimpangan kekurangan bukan penyimpangan sengaja, tapi katakanlah deviasi itu adalah ternyata 0,00017. Cukup membanggakan apa yang kita hasilkan. Bahwa kita ingin sama sekali tidak ada keracunan, itu kita kerja keras sekarang. Semua dapur nanti harus dilengkapi alat-alat cuci, ompreng yang benar benar kuat dengan ultraviolet atau dengan gas atau dengan air yang sangat panas. Kemudian juga filter untuk air harus ada, kemudian test kit sebelum dikirim makanan harus ada, ini segera kita benahi. Semua dapur harus ada tukang masak terlatih.

Saudara saudara, banyak sekali prestasi yang kita sudah hasilkan dan hari ini saya sangat berterima kasih dengan semua unsur yang menghasilkan prestasi hari ini. Saya kira demikian yang ingin saya sampaikan. Sekali lagi, terima kasih, Menteri Perumahan Rakyat beserta seluruh jajaran, semua Direktur Utama Bank Himbara, pemerintah dan swasta yang telah bekerja keras. Terima kasih juga perusahaan-perusahaan swasta asosiasi yang menyalurkan CSR-nya untuk membantu rakyat kita yang berpenghasilan rendah. Saya yakin dan percaya kita akan berbuat yang lebih baik lagi yang lebih hebat lagi di saat yang mendatang.

Terima kasih kepada semuanya.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Salam sejahtera bagi kita sekalian,

Syalom,

Om santi santi santi om,

Namo Buddhaya,

Salam kebajikan.

Terima kasih,

Selesai.

Sambutan Terbaru