Sambutan Presiden RI Pada Pertemuan Dengan para Investor Pembangkit Listrik, di Istana Negara, Jakarta, 22 Desember 2015
Assalamualaikum warrahmatulahi wabarakatuh,
Selamat sore, salam sejahtera bagi kita semuanya,
Yang saya hormati para menteri Kabinet Kerja;
Yang saya hormati Dirut PLN;
Yang saya hormati para Komisaris dan jajaran direksi;
Bapak Ibu sekalian seluruh investor,kontraktor yang pada sore ini hadir.
Urusan listrik sekarang ini bukan hanya urusannya PLN. Ndak. Bukan. Urusan listrik sudah menjadi urusan negara, urusan pemerintah. Bukan urusan PLN lagi. Kenapa harus seperti itu? Karena setiap saya ke daerah di provinsi manapun, keluhannya sama. Listriknya byarpet, sehari mati empat kali, sehari mati delapan kali, sehari mati dua kali, listriknya mati, listriknya kurang. Itu yang saya temui di setiap daerah. Dan Itu bukan kesalahan menteri, bukan kesalahannya Dirut, ndak..saya ndak mau menyalahkan. Tapi ada problem seperti itu. Ada masalah seperti itu harus diselesaikan.
Dengan pertumbuhan industri, dengan pertumbuhan ekonomi yang sudah kita hitung-hitung, kebutuhannya 35.000 megawatt. Pertanyaannya, mampukah target itu kita penuhi? Saya sampaikan mampu! Bisa dengan catatan, ijin-ijin yang terlalu ruwet itu harus dipotong. Ijin-ijin yang terlalu lama,potong. Baik yang di PLN, baik yang di Kementerian, baik yang di pusat dan di daerah. Itu yang sekarang ini kita lakukan. Jadi pertemuan pada sore ini, saya ingin menekankan lagi, jadi 35.000 megawatt itu kebutuhan. Itu kebutuhan.
Memang itu bukan angka yang kecil. Angka yang gede. Oleh sebab itu, setiap hari, setiap minggu, setiap bulan. Menteri selalu saya panggil karena saya tidak mau angka itu meleset. Yang alhamdulilah tadi sudah dilaporkan, sampai akhir tahun ini sudah ketemu 17.300 megawatt. Sisanya nanti tinggal maju dalam 6 bulan atau 12 bulan, tandatangani lagi.
Perkiraan saya kemarin, Kalau bisa lepas dari 10 ribu, 35.000 itu selesai. Tapi pada bulan apa? Agustus? Saya ikuti terus. Berapa Agustus? 600 pak, saya panggil dirutnya. 600 angka apa? 35.000 hanya disodori 600 itu apa? Ternyata memang stepnya belum sampai, Bapak lihat saja akhir tahun,akhir desember, ya sudah saya ikuti, ada progressnya ga. Ada kemajuan ga angka-angkanya. Meskipun saya tahu yang 8.000 kemarin baru ditandatangani, benerkan? Ngga papa, yang pentingkan sudah 17.300, saya ikuti. Tapi sore ini saya pengen ngerti, 17.300 itu siapa saja. Yang sudah tanda tangan siapa saja.
[…….percakapan Jokowi dengan para investor mengenai target proyek PLN……………]
Ok, Kenapa saya harus bekerja seperti ini? Saya cek satu persatu, karena ini menjadi catatan saya. Nanti kalau pada tanggal-tanggal ini, Nanti saya juga minta kontrak ke Dirut, selesai kapan saya cocokkan. Saya ingin kerja detail. Betul-betul apa yang sudah ditandatangani itu segera dikerjakan di lapangan. Karena kita masih punya problem yang kedua, yaitu penyiapan transmisinya. Transmisi total itu berapa pak? 46.000 km ya? 46.000 km itu juga harus selesai. Sehingga satu-satu, satu masalah rampung, saya menginjak ke maslah kedua, agar segera selesai.
Cara kerja ya seperti ini, kalau kita ngga fokus, kita ngga bisa memberikan prioritas. Kalau ngga di cek satu-persatu, nanti 1000 aja ngga jadi, nanti rakyat yang marah-marah pada saya. Bukan marahnya pada Dirut, pasti nanti marah-marahnya ke saya, sehingga saya cek satu persatu seperti ini.
Saya juga ingin membantu ,yang punya masalah pembebasan lahan. Ini Pak Menteri BPN ada disini, urusan pembebasan lahan untuk urusan listrik saya tidak mau tahu harus rampung, ini Pak Menteri ada disini, Kita akan bantu. Karena dengan adanya listrik ini terutama di tempat terpencil, anak-anak kita akan bisa belajar malam hari, industri kecil-kecil garmen di kampung-kampung juga bisa bekerja di malam hari. Ini bukan urusan bisnis lagi, Ini urusan kepentingan rakyat, listrik ini.
Oleh sebab itu kenapa saya kumpulkan, ada menteri-menteri yang terkait, jadi nanti setelah ini kalau ada pertanyaan yang menjawab silahkan menteri-menteri saya. Ada masalah lahan, Menteri BPN harus menjawab dan harus terselesaikan masalah-masalah yang terkait dengan listrik. Kayak di Batang-Jawa Tengah,Pak Menteri- bu Menteri beberapa kali kesana. Harus selesai, karena begitu proyek besar tidak selesai, yang lain juga pasti sama. Tapi kalau ini selesai , saya rasa yang lain juga akan optimistis terselesaikan.
Itu cara kerja yang saya lakukan, Pasti. Saya kontrol, pasti saya cek, saya cek, saya cek lagi, Pasti. Karena ini merupakan kebutuhan dan dibutuhkan oleh rakyat.
Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan baik ini. Terimakasih atas kerjasamanya. Kalau ada maslah-masalah silahkan sampaikan ke Dirut, Dirut ngga mempan, silahkan sampaikan ke Menteri, Menteri ngga mempan, silahkan sampaikan ke saya. Saya terbuka.
Assalamualaikum warrahmatulahi wabarakatuh.
(Humas Setkab)