Sedih Lihat Medsos, Presiden Jokowi: Banyak Yang Lupa Membedakan Kritik Dengan Menghina

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 6 September 2019
Kategori: Berita
Dibaca: 986 Kali

Presiden Jokowi memukul gong tanda pembukaan Konsultasi Nasional XIII Tahun 2019 Forum Komunikasi Pria Kaum Bapak Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia, di Hotel Sunan, Solo, Jawa Tengah, Jumat (6/9) sore. (Foto: Humas/Jay)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan, bahwa saling menghina, saling memaki, dan saling menjelekkan bukanlah budaya Indonesia. Ia menyebutkan, budaya Indonesia adalah budaya penuh kebersamaan, budaya yang penuh toleransi, budaya yang penuh kegotongroyongan.

Presiden menyindir sebagian masyarakat ada menggunakan alasan mengkritisi, kritik. Namun, lanjut Presiden, yang terjadi tidak bisa membedakan kritik dan menjelekkan, enggak bisa membedakan kritik dan menghina.

“Kita ini sudah banyak yang lupa mengenai itu,” kata Presiden Jokowi saat memberikan sambutan pada Konsultasi Nasional XIII Tahun 2019 Forum Komunikasi Pria Kaum Bapak Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia, di Hotel Sunan, Solo, Jawa Tengah, Jumat (6/9) sore.

Kepala Negara mengaku sedih kadang-kadang kalau membaca media sosial (medsos), media online saat tengah malam perjalanan dari Jakarta ke Bogor sambil mendengarkan musik rock.

“Kok isinya seperti ini, sedih saya kadang-kadang,” ucap Kepala Negara.

Diakui Presiden Jokowi hampir semua negara sekarang mengalami sebuah goncangan karena keterbukaan yang tidak bisa dihambat, peraturan regulasi belum ada, teknologinya sudah masuk.

“Inilah fenomena saat ini yang sekali lagi harus kita respons dengan baik. Kita sadarkan pada lingkungan-lingkungan kita sehingga kita sadar semuanya kembali lagi betapa pentingnya sebuah kasih dan sayang,” tutur Presiden Jokowi.

Jaga Etika

Presiden Jokowi menyampaikan sambutan pada pembukaan Konsultasi Nasional XIII Tahun 2019 Forum Komunikasi Pria Kaum Bapak Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia, di Hotel Sunan, Solo, Jawa Tengah, Jumat (6/9) sore. (Foto: Jay/Humas)

Sebelumnya pada awal sambutannya Presiden Jokowi mengemukakan, ada pola interaksi yang sudah berubah, yang sering tidak disadari. Peristiwa di sebuah kota tidak hanya di Indonesia, di negara lain begitu cepatnya bisa diterima, lanjut Presiden, itu positif bisa itu negatif kalau tidak memiliki saringan yang baik.

Kita sekarang jadi tahu ada apa di Hongkong, demo yang sudah berbulan-bulan tidak rampung-rampung, tiap hari kita bisa lihat. Di TV mungkin bisa lihat, nggak sempat lihat di TV di Youtube bisa dilihat. Peristiwa besar misal demo di Perancis, ramai di Inggris mengenai Brexit semuanya ngerti semuanya, ada mata uang peso yang baru jatuh kita juga tahu Venezuela keadaanya seperti apa, persis kita bisa tahu. Dan informasi ini sangat-sangat mudah didapat,” terang Presiden.

Oleh sebab itu, Kepala Negara mengingatkan pentingnya berhati-hati dalam bertutur kata, dalam menginformasikan sesuatu yang masih diragukan, menjaga etika, menjaga tata krama. “Inilah saya kira pola interaksi yang harus kita bangun sebaik-baiknya sejak mulai dari keluarga,” tuturnya.

Kepala Negara menilai, membangun kasih sayang, membangun kehidupan yang penuh kasih yang dimulai dari sebuah keluarga itu sangat penting sekali dilakukan. Ia juga menilai, peran seorang bapak dan seorang kepala keluarga sangat-sangat menentukan sekali.

“Baik dalam melindungi baik dalam membimbing keluarga kita masing-masing, karena di situlah forum terkecil dari forum besar negara dimulainya sebuah kebaikan-kebaikan,” ucap Kepala Negara.

Presiden Jokowi juga menyebutkan, teladan dalam keimanan juga sama dimulai dari keluarga dalam dunia yang berubah begitu sangat cepatnya sekarang ini. “Tanpa itu kita berikan kesadaran-kesadaran dan pemahaman-pemahaman kita bisa larut dalam arus global yang menurut saya pengendaliannya sudah sangat sulit sekali,” ujarnya.

Inilah interaksi yang sekarang ini, menurut Presiden, sangat terbuka yang bisa sangat berbahaya tetapi juga bisa sangat bermanfaat apabila kita bisa menangkap yang merespons perubahan.

“Lanskap komunikasi sekarang seperti itu. Sehingga saya selalu menyampaikan pentingnya kita menjaga etika, menjaga tata krama dalam kita berkomunikasi sehari-hari baik lewat tatap muka maupun lewat media sosial,” tutur Presiden Jokowi.

Tampak hadir dalam kesempatan itu antara lain Menteri Hukum dan HAM Yasonna H. Laoly, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, Ketua Forum Komunikasi Kaum Pria Bapak Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia, dan Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin. (MAY/JAY/ES)

Berita Terbaru