Serap 2000 Pekerja, Menperin: Sentra IKM Rajut Bandung Tembus Pasar Singapura Hingga Nigeria

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 8 April 2017
Kategori: Berita
Dibaca: 24.876 Kali
Menperin didampingi Wali Kota Bandung saat tinjau Sentra Rajut Bandung, Jumat (7/4). (Foto: Humas Kemenperin)

Menperin didampingi Wali Kota Bandung saat tinjau Sentra Rajut Bandung, Jumat (7/4). (Foto: Humas Kemenperin)

Sentra rajut Binong Jati, Bandung, Jawa Barat telah berdiri sejak tahun 1960-an memiliki potensi besar dalam penyerapan tenaga kerja dan menghasilkan produk rajutan yang berkualitas ekspor.

“Di tengah gempuran barang impor, sentra industri rajutan Binong Jati hingga saat ini masih bertahan dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 2.000 orang dan nilai investasi mencapai Rp31 miliar,” kata Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto, ketika meninjau pusat produksi rajutan di Bandung tersebut, Jumat (7/4).

Menurut Airlangga, setiap tahun, sekitar 300 industri rumahan di Binong Jati mampu memproduksi sweater rajutan lebih dari 980 ribu lusin. “Produk rajutan Binong Jati tidak hanya dipasarkan di Kota Bandung, namun juga di beberapa kota besar lainnya seperti Jakarta, Medan dan telah diekspor ke Malaysia, Brunei, Singapura sampai Nigeria, ungkapnya,” Airlangga menandaskan.

Airlangga pun meminta kepada para pelaku IKM rajutan di Binong Jati agar selalu meningkatkan produktivitas, kreativitas dan inovasi. “Langkah ini guna memenuhi kebutuhan dan mengikuti tren pasar saat ini supaya bisa lebih berdaya saing dalam kompetisi tingkat domestik dan global. Apalagi harga produk yang dihasilkan seperti sweater rajutan, cardigan dan aneka model rajutan lainnya sangat terjangkau berkisar antara Rp40-100 ribu,” tutur Menperin.

Kemenperin juga lakukan upaya-upaya antara lain penumbuhan wirausaha baru, penguatan pendidikan vokasi industri yang tersertifikasi sesuai Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), dan fasilitasi kemudahan pemberian kredit usaha rakyat (KUR).

“Selanjutnya, kami melaksanakan program restrukturisasi mesin dan peralatan, fasilitasi promosi, pendampingan tenaga ahli desain, serta penguatan branding untuk meningkatkan kecintaan konsumen pada produk dalam negeri,” papar Airlangga.

Sedangkan, dalam upaya memperluas akses pasar, lanjut Airlangga, Kemenperin telah memiliki program e-Smart IKM, kemudian untuk mendorong produk IKM agar bisa menembus pasar ekspor. “Pemerintah juga memberikan fasilitasi Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) IKM serta fasilitasi pembiayaan melalui Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI),” pungkasnya.

Sementara itu, Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM), Gati Wibawaningsih menyampaikan, berbagai program strategis tersebut sekaligus untuk mendukung target Kemenperin dalam menciptakan sebanyak 20 ribu wirausaha baru hingga tahun 2019. Untuk mengejar sasaran tersebut, sepanjang tahun 2016, Kemenperin telah melaksanakan program pelatihan, pemberian startup capital, dan pendampingan kepada 3.745 calon wirausaha baru, dimana 200 orang sudah mendapatkan legalitas usaha industri.

Kemenperin juga telah melakukan pemberdayaan sentra IKM melalui penguatan kelembagaan, fasilitasi penggunaan teknologi tepat guna, fasilitasi peningkatan Unit Pelayanan Teknis (UPT), pendampingan Tenaga Penyuluh Lapangan (TPL) serta pembangunan dan revitalisasi melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) kepada 1.852 sentra IKM yang dibina pada tahun 2016, dari total 7.437 sentra IKM.

Menurut Gati, Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung telah mendapatkan DAK dari Kemenperin senilai Rp4,6 miliar untuk revitalisasi sentra di Kota Bandung pada tahun 2016. Selain itu, kami memberikan pula bantuan fasilitasi  serta restrukturisasi mesin dan peralatan bagi IKM sejak tahun 2014-2016 yang total nilainya mencapai Rp6,14 miliar, ungkapnya.

Dalam kesempatan tersebut, Menperin Airlangga Hartarto didampingi Wali Kota Bandung Ridwan Kamil serta Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM) Gati Wibawaningsih. (Humas Kemenperin/EN)

 

Berita Terbaru