Seskab: UGM Beruntung Mempunyai Presiden Yang Visinya ke Depan

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 30 Juni 2018
Kategori: Berita
Dibaca: 14.599 Kali
Seskab Pramono Anung saat memasuki ruangan untuk menjadi menjadi pembicara kunci dalam Leadership Talk di MM FEB UGM, Yogyakarta, Sabtu (30/6) pagi. (Foto: AGUNG/Humas)

Seskab Pramono Anung saat memasuki ruangan untuk menjadi menjadi pembicara kunci dalam Leadership Talk di MM FEB UGM, Yogyakarta, Sabtu (30/6) pagi. (Foto: Humas/Agung)

Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung menilai, sungguh suatu keberuntungan bagi keluarga besar Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta saat ini memiliki Presiden yang berasal dari perguruan tinggi tersebut, yaitu Presiden Joko Widodo yang visinya jauh ke depan.

“Saya mendampingi Presiden keliling dunia, gestur tubuhnya itu gestur tubuh yang enggak Gadjah Mada banget begitu. Kan kalau gestur tubuh alumni Gadjah Mada itu biasanya kan kalau sama orang itu ada minder,” kata Seskab saat menjadi pembicara kunci dalam Leadership Talk yang diadakan di Auditorium Sukadji Ranuwiharjo, Magister Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (MM FEB UGM), Yogyakarta, Sabtu (30/6) pagi.

Dalam acara yang digelar sebagai rangkaian dari kegiatan Lustrum ke-6 (Dies Natalis ke-30) MM FEB UGM itu, Seskab mengemukakan, dulu salah satu kelemahan alumni UGM itu kalau melihat alumni ITB dan UI mundur selangkah walaupun akhirnya tetap finish di depan.

Tetapi Presiden Jokowi ini, lanjut Seskab, gestur tubuhnya ketika bertemu dengan pemimpin negara lain misalnya Presiden Barack Obama, Presiden Donald Trump, Presiden Macron, Perdana Menteri Turnbull,  dengan Kanselir Angela Merkel itu seperti sejajar.

“Saya tidak tahu, mudah-mudahan ini betul-betul karena Fakultas Kehutanan mendidik menjadi seperti itu. Benar-benar sejajar, beliau sama sekali tidak ada (mindernya, red),” ujar Seskab.

Bahkan dalam forum-forum internasional, menurut Seskab Pramono Anung, kalau pemimpin Indonesia sebagai bangsa besar dunia tidak diatur di tempat yang benar, maka Indonesia akan protes.

Hal ini, lanjut Seskab, dulu tidak pernah dilakukan dan pemimpin Indonesia ditaruh di paling ujung dulu hal yang biasa karena negara ini dianggap sebagai bangsa yang baru mau menampak.

“Sekarang tidak, gestur kita adalah gestur sebagai bangsa besar,” tegas Seskab.

Dalam kesempatan itu, Seskab menyinggung prediksi dari McKinsey, Bank Dunia, kemudian juga IMF,  kalau kondisi politik di Indonesia seperti sekarang ini, pertumbuhan ekonominya stabil, demografinya juga seperti ini, maka pada tahun 2040-2045 Indonesia akan menjadi bangsa nomor 4-5 dunia.

“Bukan kita yang menghitung, dunia yang menghitung,” tukas Seskab.

Untuk itu Seskab berharap, agar Presiden Jokowi yang lulusan dari Fakultas Kehutanan UGM itu diberikan kesempatan untuk membawa bangsa ini membangun bangsa ini ke depan menjadi lebih baik.

“Karena untuk memimpin bangsa dengan 263 juta tidak gampang. Hiruk pikuk politik selalu terjadi, tetapi yang luar biasa dari bangsa ini sekarang ini adalah peristiwa politik dan peristiwa bisnis ekonomi itu betul-betul terpisah,” terang Seskab seraya menunjuk contoh ketika Pilkada DKI itu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) membaik padahal begitu hiruk pikuknya, jadi artinya orang sudah melihat itu.

Selain Sekretaris Kabinet Pramono Anung, turut menjadi pembicara antara lain Direktur Utama Bank BNI Syariah Abdullah Firman Wibowo, Direktur Utama Pembangkitan Jawa Bali (PJB) Iwan Agung Firstantara, serta Direktur Utama & CEO Grup Samator Arief Harsono.

Acara ini juga dihadiri oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Wakil Rektor UGM Bidang Kerja Sama dan Alumni Paripurna, Dekan FEB UGM Eko Suwardi, Bambang Sudibyo, Ketua Ikatan Alumni MM FEB UGM Ikang Fauzi, serta alumni dan civitas akademika MM FEB UGM. (UN/ES)

Berita Terbaru