Sidang Dewan Ekonomi dan Sosial PBB, 13 Juli 2021, dari Istana Merdeka, Provinsi DKI Jakarta
Yang Mulia,
Waktu yang tersedia bagi kita untuk mencapai target SDGs tahun 2030 tinggal kurang dari 9 tahun. Pandemi COVID-19 yang melanda seluruh dunia semakin mempersulit pencapaian target SDGs tersebut. Bahkan, berbagai kemajuan selama ini yang kita capai telah tergerus akibat pandemi. Di dunia, 255 juta orang kehilangan pekerjaan. Di dunia, 110 juta orang kembali ke jurang kemiskinan. Dan di seluruh dunia, 83 hingga 132 juta orang terancam kelaparan dan mengalami malnutrisi.
Dalam situasi yang sulit seperti ini, business as usual tidak bisa dilanjutkan. Kerja sama dan solidaritas harus dipertebal dan inovasi harus ditingkatkan. No country can progress until all countries progress. Oleh karena itu, saya ingin sampaikan beberapa pemikiran.
Pertama, kita harus membuat dunia untuk segera pulih dari pandemi. Vaksin adalah harapan untuk mempercepat dunia keluar dari krisis kesehatan ini. Akses yang adil dan merata terhadap vaksin harus dijamin. Namun, hingga saat ini kita melihat kesenjangan akses vaksin masih sangat lebar. Vaksin sebagai global public goods jangan hanya menjadi slogan.
Indonesia mendorong agar kita melakukan percepatan realisasi kesetaraan akses vaksin bagi semua negara, termasuk melalui berbagi dosis lewat COVAX Facilities. Pemenuhan kebutuhan pendanaan vaksin multilateral, peningkatan produksi vaksin global termasuk melalui TRIPS waiver. Penguatan global supply chain vaksin termasuk menghilangkan hambatan ekspor dan hambatan bahan baku vaksin, dan peningkatan diversifikasi dan volume produksi vaksin termasuk di negara berkembang.
Yang kedua, kita harus meningkatkan perhatian dan bantuan kepada kelompok rentan. Akibat melambatnya kegiatan perekonomian, semua lapisan masyarakat terdapat akibat pandemi, terutama bagi kelompok rentan. Untuk itu jaminan dan perlindungan sosial merupakan bagian penting upaya pemulihan dari pandemi. Di Indonesia kami telah alokasikan US$28,5 miliar untuk bantuan sosial. Tidak kurang dari 9,8 juta unit usaha mikro telah menerima bantuan keberlanjutan usaha.
Ketiga, ekonomi dunia harus pulih secara bersama-sama. Beberapa negara di dunia telah mencatat pertumbuhan positif. Namun, itu hanya akan bermanfaat jika terjadi secara bersamaan. Roda perekonomian dunia harus mulai bergerak bersama tanpa mengorbankan aspek kesehatan.
Percepatan pemulihan ekonomi harus dilakukan dengan tetap mengutamakan kesehatan, serta pembangunan berkelanjutan. Ke depan kita harus mendorong investasi dalam pemulihan yang berketahanan, berkeadilan, dan hijau – a resilient, just and green economy. Dukungan negara maju dalam transisi ekonomi hijau di negara berkembang harus diperkuat. Pembangunan yang lebih berkelanjutan, inklusif, dan pro-poor harus menjadi landasan.
Terakhir, kemitraan global harus diperkuat. Dalam situasi saat ini, komitmen kemitraan harus dipertebal. Prinsip no one left behind harus diwujudkan dalam bentuk nyata. Kita harus berkomitmen untuk menghindari me-first policy. Mari kita bangun kepercayaan dan solidaritas untuk mencapai tujuan bersama.
Semangat ini juga akan dibawa oleh Indonesia pada Presidensi G20 Indonesia tahun depan dengan tema “Recover Together, Recover Stronger”. Visi ini akan mengedepankan semangat kepemimpinan kolektif global untuk pemulihan dari pandemi dan pertumbuhan dunia yang inklusif.
Yang Mulia,
Sebagai penutup, komitmen Indonesia terhadap SDGs tidak surut meski di tengah pandemi. Pada forum ini, kita kembali menyampaikan Voluntary National Review (VNR) yang ketiga atas capaian SDGs. VNR Indonesia diharapkan dapat menjadi masukan bagi dunia untuk pemulihan bersama yang lebih kuat. Agar dunia dapat meraih masa depan yang jauh lebih baik, build forward better.
Terima kasih.