Sidang Kabinet Paripurna, 8 Juli 2019, di Ruang Garuda, Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 8 Juli 2019
Kategori: Pengantar
Dibaca: 1.934 Kali

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat siang,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Shalom,
Om Swastiastu,
Namo Buddhaya.
Salam kebajikan.

Yang saya hormati Bapak Wakil Presiden beserta para Menko, para Menteri, Ketua dan Pimpinan Lembaga yang hadir.

Sidang Kabinet Paripurna pada siang hari ini akan saya sampaikan beberapa hal, terutama yang berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan kita di tahun ini yang masih banyak harus kita selesaikan.

Tetapi, kita perlu melihat betul angka-angka yang telah didapat oleh BPS. Ini hati-hati yang berkaitan misalnya dengan ekspor dan impor. Coba angkanya ditampilkan. Ini data BPS. Ekspor Januari sampai Mei 2019, ini year on year, turun 8,6. Impor Januari sampai Mei juga turun 9,2. Hati-hati terhadap ini. Artinya, neraca perdagangan kita Januari sampai Mei ada defisit 2,14 miliar US Dollar. Coba dicermati angka-angka ini dari mana, kenapa impor begitu sangat tinggi. Kalau didetailkan lagi, migas ini naiknya gede sekali. Hati-hati di migas Pak Menteri ESDM, yang berkaitan dengan ini. Bu Menteri BUMN yang berkaitan dengan ini, karena remnya paling banyak ada di situ.

Yang kedua, berkali-kali juga sudah saya sampaikan yang berkaitan dengan ekspor. Peluang-peluang yang ada untuk ekspor, sebetulnya kita masih memiliki peluang yang besar. Apalagi sekarang dengan terjadinya perang dagang, ini kesempatan ekspor kita untuk masuk ke Amerika ini besar sekali dengan pengenaan tarif terhadap barang-barang produk dari Tiongkok, dari China. Ini kesempatan kita untuk menaikkan kapasitas dari pabrik-pabrik, dari industri-industri yang ada. Tetapi sekali lagi, pemerintah ini mestinya memberikan insentif-insentif terhadap peluang-peluang yang ada. Kalau kita hanya rutinitas, tidak bisa memberikan insentif-insentif khusus bagi eksportir baik yang kecil, besar, maupun sedang ataupun insentif-insentif yang berupa bunga misalnya, ya sulit untuk mereka untuk bisa menembus, baik ke pasar yang tadi saya sampaikan maupun pasar-pasar baru yang ada. Saya kira banyak peluang sekarang ini. Tekstil itu peluang, alas kaki peluang, gede-gede sekali, furnitur peluang. Inilah yang selalu kita kalah memanfaatkan peluang, ada opportunity tapi tidak bisa kita ambil karena insentif-insentif itu tidak kita berikan.

Kemudian yang kedua, yang berkaitan dengan investasi. Saya kira juga mungkin sudah berapa puluh kali saya sampaikan, investasi yang berkaitan dengan ekspor, yang berkaitan dengan barang-barang substitusi impor, tutup mata, berikan izin secepat-cepatnya. Tapi kejadian yang ada di lapangan tidak seperti itu. Dari Kementerian Kehutanan misalnya, masih lama. Ini urusan lahan. Nanti Pak Wapres biar bercerita mengenai petrochemical yang kita perlukan tetapi berhenti sudah setahun lebih gara-gara yang berkaitan dengan lahan. Urusan kecil tapi ya ini menghambat.

Kemarin kita ke Manado, sama. Hotel sudah berbondong-bondong, kita kurang hotel, hotel berbondong-bondong mau bikin, urusan yang berkaitan dengan tata ruang. Sebetulnya dari Menteri BPN bisa menyelesaikan dengan kesepakatan-kesepakatan yang memang harus itu dilakukan. Semua hal seperti ini kalau secara detail, kita ini terbelit oleh rutinitas dan tidak berani melihat problem, melihat tantangan-tantangan yang riil kita hadapi ya kita akan sampai kapanpun kita juga tidak bisa menyelesaikan masalah-masalah yang ada.

Saya kira kerja yang terintegrasi, kerja tim antarkementerian ya harus didahulukan.

Saya rasa mungkin itu sebagai pengantar yang bisa saya sampaikan.

Pengantar Terbaru