Sidang Kabinet Paripurna melalui Video Conference, 14 April 2020, di Istana Kepresidenan Bogor, Provinsi Jawa Barat
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita semuanya.
Yang saya hormati Bapak Wakil Presiden serta para Menteri, para Kepala Lembaga, Sidang Kabinet Paripurna pagi-siang hari ini akan kita bahas mengenai refocusing dan realokasi anggaran, kemudian juga mengenai kerangka ekonomi makro, dan pokok-pokok kebijakan fiskal 2021.
Yang pertama, terkait refocusing dan realokasi anggaran APBN 2020, saya ingin menekankan sekali lagi agar seluruh Kementerian, seluruh Lembaga, dan seluruh Pemerintah Daerah menyisir ulang kembali APBN dan APBD-nya. Pangkas belanja-belanja yang tidak prioritas. Sekali lagi, pangkas belanja-belanja yang tidak prioritas. Potong rencana belanja yang tidak mendesak: perjalanan dinas, rapat-rapat, belanja-belanja lain yang tidak dirasakan langsung manfaatnya oleh rakyat.
Fokus semuanya, fokuskan semuanya, fokuskan semua kekuatan kita pada upaya penanganan COVID-19, baik itu di bidang kesehatan maupun penanganan dampak sosial ekonominya.
Sudah berkali-kali saya sampaikan, jangan sampai lari dari 3 prioritas yang saya sampaikan. Kesehatan yaitu COVID-19, yang kedua jaring pengaman sosial, yang ketiga stimulus ekonomi bagi pelaku UMKM dan pelaku usaha.
Kemudian yang kedua, saya melihat, setelah saya cermati saya mencatat masih beberapa daerah yang APBD-nya business as usual. Ini saya minta Menteri Dalam Negeri, saya minta Bu Menteri Keuangan agar mereka ditegur. Ada 103 daerah yang belum menganggarkan jaring pengaman sosial, 103 daerah yang belum menganggarkan jaring pengaman sosial. Ada 140 daerah yang belum menganggarkan penanganan dampak ekonomi. Dan bahkan ada 34 daerah yang belum menyampaikan data anggaran untuk penanganan COVID-19. Artinya, ada di antara kita yang masih belum memiliki respons dan belum ada feeling dalam situasi yang tidak normal ini.
Sekali lagi, saya minta Mendagri, Bu Menteri Keuangan membuat pedoman bagi daerah-daerah untuk melakukan realokasi dan refocusing anggaran dan kegiatan-kegiatan yang ada. Sehingga Pemerintah Pusat (dan) Pemerintah Daerah memiliki satu visi, memiliki prioritas yang sama untuk bersama-sama mengatasi penyebaran COVID-19.
Yang ketiga, kita harus berbicara apa adanya, target pembangunan dan pertumbuhan ekonomi 2020 akan terkoreksi cukup tajam. Tapi ini juga bukan hanya terjadi di negara kita tapi di negara-negara lain juga sama, mengalami hal yang sama hampir semua negara di dunia. Dan berbagai lembaga internasional, baik IMF, Bank Dunia, dan lain-lain sudah memprediksi ekonomi global 2020 akan memasuki periode resesi. Hitung-hitungan terakhir yang saya terima bisa tumbuh negatif ekonomi global, bisa tumbuh negatif -2,8 persen, artinya ketarik sampai ke -6 persen.
Oleh sebab itu, kita harus menyiapkan diri dengan berbagai skenario. Kita juga tidak boleh pesimis, kita harus tetap berikhtiar, berusaha, bekerja keras dalam upaya pemulihan-pemulihan, baik pemulihan kesehatan maupun pemulihan ekonomi, dan insyaallah kita bisa.
Yang keempat, kita harus tetap waspada akan dampak lanjutan dari COVID-19 pada ekonomi di 2021. Betul-betul tolong dihitung dengan cermat potensi, peluang, dan berbagai risiko yang ada, baik domestik maupun global. Saya ingatkan bahwa kita harus tetap fokus pada misi besar kita, yaitu reformasi struktural yang harus terus tetap berjalan. Reformasi untuk percepatan dan pemerataan pembangunan, baik itu berupa reformasi regulasi, reformasi birokrasi, reformasi dalam peningkatan produktivitas, dan juga transformasi ekonomi. Itulah misi besar kita.
Kemudian yang terakhir, dalam rangka membendung COVID-19 saya ingin menyampaikan 6 hal yang penting.
Yang pertama, pengujian sampel secara masif harus ditingkatkan. Tingkat pengujian sampel yang masif harus dilakukan, dengan pelacakan yang agresif serta dengan diikuti isolasi yang ketat. Ini kepada Ketua Gugus Tugas, Menteri Kesehatan, Polri dibantu TNI agar yang pertama yang saya sampaikan tadi betul-betul diberikan perhatian. Tingkat pengujian sampel yang masif, pelacakan yang agresif, diikuti dengan isolasi yang ketat.
Kemudian yang kedua, dukungan sarana (dan) prasarana medis yang memadai, termasuk dalam penggunaan teknologi, baik yang menyangkut itu untuk sensor tubuh, baik itu yang menyangkut bigdata, baik itu yang menyangkut IoT (internet of things), baik itu yang menyangkut AI (artificial intelligence) semuanya harus kita pakai. Dan saya sangat menghargai sekarang kita telah menggunakan, dengan bekerja sama dengan perusahaan teknologi, menggunakan telemedicine. Sehingga orang tidak perlu bertemu dengan dokter, tidak perlu harus ke rumah sakit, tetapi bisa konsultasi kesehatan lewat telemedicine.
Kemudian yang ketiga, mengenai komunikasi yang efektif, yang memberikan penjelasan-penjelasan secara transparan kepada media. Ini harus dilakukan dengan detail dan baik. Jangan sampai banyak berita yang baik tidak bisa disampaikan sehingga rasa optimis masyarakat menjadi cenderung masuk ke hal-hal yang tidak positif.
Kemudian yang keempat, penegakan hukum dengan dukungan aparat negara. Ini juga penting dilakukan dalam hal ini sehingga betul-betul kita, masyarakat kita memiliki kedisiplinan yang kuat untuk menghadapi ini.
Dan yang kelima saya titip betul, ini meskipun sudah saya sampaikan berkali-kali, arus logistik jangan sampai terganggu. Baik dari pusat ke daerah maupun dari gudang-gudang logistik ke daerah-daerah.
Dan yang terakhir, stimulus ekonomi yang kita keluarkan harus betul-betul tepat sasaran. Dan semuanya kebijakan-kebijakan itu kita fokuskan kepada pemutusan rantai penyebaran COVID-19.
Saya rasa itu pengantar yang bisa saya sampaikan.
Terima kasih.