Sidang Paripurna MPR RI dalam rangka Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden RI Terpilih Periode 2024-2029 di Gedung Nusantara MPR/DPR/DPD RI, Senayan, Jakarta, 20 Oktober 2024

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 20 Oktober 2024
Kategori: Sambutan
Dibaca: 751 Kali

Pidato Presiden Prabowo Subianto pada Sidang Paripurna MPR RI dalam rangka Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden RI Terpilih Periode 2024-2029, 20 Oktober 2024

Bismillahirahmanirahim.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Salam sejahtera untuk kita sekalian,
Syalom,
Om Swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam Kebajikan,
Rahayu, Rahayu.

Yang saya hormati dan yang saya muliakan,
Presiden Republik Indonesia masa jabatan 2014-2024 Bapak Ir. Joko Widodo, beserta Ibu Iriana Joko Widodo;
Wakil Presiden Republik Indonesia masa jabatan 2019-2024 Bapak Prof. Dr. KH. Ma’ruf Amin, beserta Ibu Hj. Wuri Estu Ma’ruf Amin;
Wakil Presiden Republik Indonesia masa jabatan 2024-2029, Saudara Gibran Rakabuming Raka beserta Ibu Selvi Ananda Putri;
Presiden Ke-6 Republik Indonesia Bapak Jenderal TNI Purn. Prof. Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono;
Wakil Presiden Ke-6 Republik Indonesia Bapak Jenderal TNI Purn. Try Sutrisno;
Wakil Presiden Ke-10 dan ke-12 Republik Indonesia, Bapak H. Muhammad Jusuf Kalla;
Wakil Presiden Ke-11 Republik Indonesia, Bapak Prof. Dr. Budiono;
Ibu Dra. Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid;
Ibu Soraya Hamzah Haz;
Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Bapak Ahmad Muzani, dan para Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat yang saya hormati;
Ketua dan para Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR);
Ketua dan para Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD);
Ketua Lembaga-Lembaga Negara;
Para ketua umum partai politik, Ketua Umum Partai Golkar Saudara Dr. Bahlil Lahadalia, Ketua Umum Partai Gerindra yang diwakili oleh Hashim Djojohadikusumo, Ketua Umum Partai Nasdem Bapak Dr. Drs. H. Surya Paloh, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Bapak Dr. Drs. H. Abdul Muhaimin Iskandar, Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Bapak H. Ahmad Syaikhu, Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Bapak Dr. H. Zulkifli Hasan, Ketua Umum Partai Demokrat Saudara Dr. H. Agus Harimurti Yudhoyono;
Ketua dan anggota Komisi Pemilihan Umum, Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum, Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggaraan Pemilihan Umum;
Jaksa Agung, Panglima TNI, Kapolri, para Kepala Staf Angkatan;
Saudara Anies Rasyid Baswedan, dan Saudara Abdul Muhaimin Iskandar, Saudara Ganjar Pranowo dan Saudara Prof. Dr. Mahfud MD, sebagai pasangan calon presiden dan wakil presiden pada kontestasi Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2024 yang baru lalu;
Saudara-saudara insan pers media cetak dan media elektronik dalam dan luar negeri;
Para tamu undangan dan teristimewa Saudara-saudaraku seluruh rakyat Indonesia, Saudara-saudara sebangsa dan setanah air di manapun engkau berada,

Sebagai insan yang bertakwa, marilah kita tidak henti-hentinya memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahabesar kita masih diberi kesehatan dapat hadir di majelis yang baik ini dan melaksanakan tugas konstitusi kita dengan baik dan aman.

Saudara-saudara,
hari ini kita mendapat kehormatan yang sangat besar pada acara Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Hari ini kita dihadiri 19 kepala negara dan kepala pemerintahan, serta 15 utusan khusus negara-negara sahabat lainnya. Tokoh-tokoh dari negara sahabat ini terbang dari tempat yang jauh di tengah kesibukan mereka. Di tengah banyak masalah yang dihadapi, mereka datang ke sini untuk menghormati bangsa dan rakyat Indonesia.

Dan karena itu, atas nama seluruh bangsa dan rakyat Indonesia saya ucapkan penghargaan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada semua kepala pemerintah, kepala negara, dan perwakilan negara-negara sahabat yang hadir di sini.

Yang saya hormati dan saya muliakan Sultan dan Yang Dipertuan Negara Brunei Darussalam, Paduka Sri Baginda Sultan Hassanal Bolkiah Mu’izzaddin Wad’daulah ibni Omar Ali Saifuddien Sa’adul Khairi Waddien;
Presiden Republik Filipina Yang Mulia  Ferdinand R. Marcos Jr. beserta ibu Louise Araneta Marcos;
Perdana Menteri Kerajaan Kamboja Yang Mulia  Samdech Moha Borvor Thipadei Hun Manet;
Perdana Menteri Republik Korea Yang Mulia  Han Duck-soo;
Perdana Menteri Malaysia Yang Mulia  Datuk Sri Haji Anwar Ibrahim;
Perdana Menteri Negara Merdeka Papua Nugini Yang Mulia  James Marape, MP; Perdana Menteri Republik Serbia Yang Mulia  Milos Vucevic;
Perdana Menteri Republik Singapura Yang Mulia  Lawrence Wong beserta Ibu Loo Tze Lui;
Perdana Menteri Kepulauan Solomon Yang Mulia Jeremiah Manele , MP;
Perdana Menteri Republik Demokratik Timor Leste Yang Mulia Xanana Gusmao;
Perdana Menteri Republik Vanuatu Yang Mulia Charlot Salwai Tabimasmas beserta Ibu Marine Justine Salwai;
Wakil Presiden Republik Rakyat Tiongkok Yang Mulia Han Zeng;
Wakil Presiden Republik Demokratik Rakyat Laos Yang Mulia Pany Yathotou;
Wakil Presiden Republik Sosialis Vietnam Yang Mulia Vo Thi Anh Xuan;
Wakil Pertama Perdana Menteri Federasi Rusia Yang Mulia Denis Manturov;
Wakil Perdana Menteri merangkap Menteri Pertahanan Qatar Dr. Khalid bin Mohammad Al Attiyah;
Wakil Perdana Menteri merangkap Menteri Pertahanan Australia Yang Mulia Richard Marles, MP;
Wakil Perdana Menteri Selandia Baru Yang Mulia Winston Peters;
Wakil Perdana Menteri sekaligus Menteri Transportasi Kerajaan Thailand Suriya Jungrungreangkit;
Utusan khusus dan Mantan Presiden Republik Federal Jerman Yang Mulia Christian Wulff;
Utusan Khusus Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi, Menteri Negara Urusan Luar Negeri Yang Mulia Adel al-Jubeir;
Utusan Khusus Presiden Persatuan Emirat Arab, Menteri Toleransi dan Koeksistensi Yang Mulia Sheikh Nahyan bin Mubarak Al Nahyan;
Utusan Khusus Presiden Republik Arab Mesir, Menteri Wakaf Yang Mulia Osama Al Azhary;
Utusan Khusus Presiden Turki, Menteri Pertahanan Yang Mulia Jenderal Yasar Guler;
Utusan Khusus Perdana Menteri Kerajaan Britania Raya dan Irlandia Utara, Menteri Luar Negeri Yang Mulia David Lammy, MP;
Utusan Khusus Presiden Amerika Serikat, Wakil Tetap Amerika Serikat untuk PBB Yang Mulia Linda Thomas Greenfield;
Sekretaris Jenderal Muslim Council of Elders Yang Mulia Muhammad Abdulsalam;
Utusan Khusus Perdana Menteri Republik India, Menteri Luar Negeri Yang Mulia Pabitra Margherita;
Utusan Khusus Kerajaan Yordania, Menteri Luar Negeri Yang Mulia Dr. Nancy Namrouqa;
Utusan Khusus Perdana Menteri Jepang, Mantan Menteri Luar Negeri Yang Mulia Komura Masahiko;
Utusan Khusus Presiden Dewan Menteri Republik Italia, Wakil Menteri Pertahanan Yang Mulia Matteo Perego di Cremnago;
Utusan Khusus Kanada untuk Indopasifik, Utusan Perdana Menteri Kanada Yang Mulia Ian McKay;
Utusan Khusus Presiden Republik Prancis, Utusan Khusus Prancis untuk ASEAN Yang Mulia Francois Corbin;
Yang saya muliakan seluruh duta besar serta perwakilan negara-negara sahabat.

On behalf of the people of Indonesia, I would like to thank you for your distinguished presence. You honor us by coming all the way in the midst of a very busy schedule to grace us with your presence in our moment of constitutional sovereignty.

Saudara-saudara sekalian,
beberapa saat yang lalu di hadapan majelis yang terhormat ini, di hadapan seluruh rakyat Indonesia, dan yang terpenting dihadapan Tuhan Yang Mahakuasa Allah Swt., saya Prabowo Subianto dan Saudara Gibran Rakabuming Raka, telah mengucapkan sumpah untuk mempertahankan undang-undang dasar kita, untuk menjalankan semua undang-undang dan peraturan yang berlaku, untuk berbakti pada negara dan bangsa. Sumpah tersebut akan kami jalankan dengan sebaik-baiknya, dengan penuh rasa tanggung jawab dan dengan semua kekuatan yang ada pada jiwa dan raga kami. Kami akan menjalankan kepemimpinan pemerintah Republik Indonesia, kepemimpinan negara dan bangsa Indonesia dengan tulus, dengan mengutamakan kepentingan seluruh rakyat Indonesia, termasuk mereka-mereka yang tidak memilih kami. Kami akan mengutamakan kepentingan bangsa Indonesia, kepentingan rakyat Indonesia di atas segala kepentingan, di atas segala golongan, apalagi kepentingan pribadi kami.

Saudara-saudara sekalian,
tantangan, rintangan, hambatan, dan ancaman yang dihadapi oleh bangsa Indonesia di tengah dinamika dan pergolakan dunia tidak ringan. Saudara-saudara sekalian, kita paham, kita mengerti bahwa karunia yang diberikan oleh yang Mahakuasa kepada kita sungguh sangat besar dan sungguh sangat beragam. Kita memiliki luas wilayah daratan dan lautan yang sangat besar, kita memiliki kekayaan alam yang sangat besar, kita mengerti bahwa sumber alam ini terdiri dari sumber-sumber alam yang sangat penting untuk kehidupan manusia di abad ke-21 dan seterusnya. Namun, di tengah segala karunia tersebut, di tengah segala kelebihan yang kita miliki, yang memang membuat kita harus menghadapi masa depan dengan optimis, tetapi kita pun harus berani untuk melihat hambatan, tantangan, rintangan, ancaman, dan kesulitan yang ada di hadapan kita. Saya selalu mengajak saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air untuk menjadi bangsa yang berani, bangsa yang tidak takut tantangan, bangsa yang tidak takut rintangan, bangsa yang tidak takut ancaman.

Saudara-saudara sekalian,
sesungguhnya sejarah kita adalah sejarah dengan penuh kepahlawanan, penuh pengorbanan, penuh keberanian. Tidak hanya pemimpin-pemimpin tapi keberanian rakyat kita menghadapi segala tantangan, bahkan invasi-invasi dari bangsa lain.

Saudara-saudara sekalian,
kita paham dan kita mengerti bahwa kemerdekaan kita bukan hadiah, kemerdekaan kita kita dapatkan dengan pengorbanan yang sangat besar. Saudara-saudara sekalian,  dan kita harus paham dan ingat selalu, pengorbanan yang paling besar adalah pengorbanan dari rakyat kita, dari rakyat kita yang paling miskin, wong cilik yang berjuang, yang memberi makan kepada pejuang-pejuang. Janganlah kita lupa waktu kita perang kemerdekaan kita tidak punya anggaran, kita tidak punya APBN, pasukan kita tidak digaji. Siapa yang memberi makan kepada kita? Yang memberi makan adalah para petani di desa-desa, yang memberi makan adalah para nelayan, yang memberi makan adalah para pekerja, terus-menerus mereka yang mendirikan Republik Indonesia.

Sekarang saya mengajak Saudara-saudara terutama untuk unsur pimpinan dari kalangan, dari kalangan cendekiawan, dari kalangan ulama, dari kalangan pengusaha, dari kalangan pemimpin politik, dari kalangan pemuda dan mahasiswa, mari kita berani menghadapi tantangan-tantangan tersebut.

Saudara-saudara sekalian,
tantangan yang besar yang kita hadapi ada yang berasal dari luar kita, tapi harus kita akui, harus kita berani mengakui banyak tantangan, banyak kesulitan, banyak rintangan yang berasal dari diri kita sendiri. Ada tantangan-tantangan, kesulitan-kesulitan yang terjadi karena kita kurang waspada, karena kadang-kadang kita tidak andal dan tidak piawai dalam mengurus kekayaan kita sendiri.

Saudara-saudara sekalian,
marilah kita berani mawas diri, marilah kita berani menatap wajah kita sendiri, dan mari kita berani memperbaiki diri kita sendiri, marilah kita berani mengoreksi diri kita sendiri.

Saudara-saudara sekalian,
kita harus menghadapi kenyataan bahwa masih terlalu banyak kebocoran, penyelewengan, korupsi di negara kita. Ini adalah yang membahayakan masa depan kita dan masa depan anak-anak kita dan cucu-cucu kita. Kita harus berani mengakui terlalu banyak kebocoran-kebocoran dari anggaran kita, penyimpangan-penyimpangan, kolusi di antara para pejabat politik, pejabat pemerintah di semua tingkatan, di semua tingkatan dengan pengusaha-pengusaha yang nakal, pengusaha-pengusaha yang tidak patriotik. Jangan lah kita takut untuk melihat realita ini. Kita masih melihat sebagian saudara-saudara kita yang belum menikmati hasil kemerdekaan. Terlalu banyak saudara-saudara kita yang berada di bawah garis kemiskinan, terlalu banyak anak-anak kita yang berangkat sekolah tidak makan pagi, terlalu banyak anak-anak kita yang tidak punya pakaian untuk berangkat sekolah.

Saudara-saudara sekalian,
kita sebagai pemimpin politik jangan kita terlalu senang melihat angka-angka statistik yang membuat kita terlalu cepat gembira, terlalu cepat puas, padahal kita belum melihat gambaran sepenuhnya. Kita merasa bangga bahwa kita diterima di kalangan G20, kita merasa bangga bahwa kita disebut ekonomi ke-16 terbesar di dunia. Tapi apakah kita sungguh-sungguh paham? Apa kita sungguh-sungguh melihat gambaran yang utuh dari keadaan kita? Apakah kita sadar bahwa kemiskinan di Indonesia masih terlalu besar? Apakah kita sadar bahwa rakyat kita dan anak-anak kita banyak yang kurang gizi? Banyak rakyat kita yang tidak dapat pekerjaan yang baik. Banyak sekolah-sekolah kita yang tidak terurus. Saudara-saudara sekalian, kita harus berani melihat ini semua dan kita harus berani menyelesaikan masalah ini semua.

Saudara-saudara sekalian,
saya mengajak kita semua marilah kita berani melihat kenyataan, kita boleh bangga dengan prestasi kita, tapi marilah kita jangan tertegun, jangan terlalu cepat puas, jangan terlalu cepat gembira dengan menutup mata dan hati kita terhadap tantangan-tantangan dan penderitaan saudara-saudara kita.

Saudara-saudara sekalian,
kita tidak boleh memiliki sikap seperti burung unta yang kalau melihat sesuatu yang tidak enak, ia memasukkan kepalanya dalam tanah. Mari kita menatap ancaman dan bahaya dengan gagah, marilah kita menghadapi kesulitan dengan berani. Saudara-saudara sekalian, marilah kita berhimpun, marilah kita bersatu untuk mencari solusi-solusi, mencari jalan keluar dari ancaman dan bahaya tersebut.

Saudara-saudara sekalian,
saya telah mencanangkan bahwa Indonesia harus segera swasembada pangan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Kita tidak boleh tergantung sumber makanan dari luar. Dalam krisis, dalam keadaan genting, tidak ada yang akan mengizinkan barang-barang mereka untuk kita beli. Karena itu tidak ada jalan lain, dalam waktu yang sesingkat-singkatnya kita harus mencapai ketahanan pangan, kita harus mampu memproduksi dan memenuhi kebutuhan pangan seluruh rakyat Indonesia. Saya sudah mempelajari bersama pakar-pakar yang membantu saya, saya yakin paling lambat empat sampai lima tahun kita akan swasembada pangan. Bahkan, kita siap menjadi lumbung pangan dunia.

Saudara-saudara sekalian,
kita juga harus swasembada energi. Dalam keadaan ketegangan, dalam keadaan kemungkinan terjadi perang di mana-mana, kita harus siap dengan kemungkinan yang paling jelek: negara-negara lain harus memikirkan kepentingan mereka sendiri. Kalau terjadi hal yang tidak kita inginkan, sulit akan kita dapat sumber energi dari negara lain. Karena itu kita harus swasembada energi dan kita mampu untuk swasembada energi.

Kita diberikan karunia oleh Tuhan Mahabesar tanaman-tanaman yang membuat kita bisa tidak tergantung bangsa lain, tanaman-tanaman yang seperti kelapa sawit bisa menghasilkan solar dan bensin, kita juga punya tanaman-tanaman lain seperti singkong, tebu, sagu, jagung, dan lain-lain. Kita juga punya energi bawah tanah geotermal yang cukup, kita punya batu bara yang sangat banyak, kita punya energi dari air yang sangat besar. Saudara-saudara sekalian, pemerintah yang saya pimpin nanti akan fokus untuk mencapai swasembada energi.

Kita juga harus mengelola air kita dengan baik, alhamdulillah kita punya sumber air yang cukup dan kita sudah punya teknologi menghasilkan air yang murah dan yang bisa memenuhi kebutuhan kita.

Saudara-saudara sekalian,
juga semua subsidi bantuan kepada rakyat kita yang masih dalam keadaan susah, harus kita yakin subsidi-subsidi itu sampai kepada mereka yang membutuhkan. Kita harus berani meneliti dan kalau perlu kita ubah subsidi itu harus kepada langsung keluarga-keluarga yang membutuhkan itu. Dengan teknologi digital kita akan mampu subsidi itu sampai ke setiap keluarga yang membutuhkan. Tidak boleh aliran-aliran bantuan itu tidak sampai ke mereka yang butuh itu.

Saudara-saudara,
anak-anak kita semua harus bisa makan bergizi minimal satu kali sehari, dan itu akan kita lakukan, dan itu bisa kita lakukan, Saudara-saudara sekalian. Selain itu, menjamin, melindungi mereka yang paling lemah untuk mencapai kesejahteraan sejati, kemakmuran yang sebenarnya, kita harus melakukan hilirisasi kepada semua komoditas yang kita miliki. Nilai tambah dari semua komoditas itu harus menambah kekuatan ekonomi kita sehingga rakyat kita bisa mencapai tingkat hidup yang sejahtera. Seluruh komoditas kita harus bisa dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia.

Saya sudah katakan, kita harus berani menghadapi dan memberantas korupsi dengan perbaikan sistem, dengan penegakan hukum yang tegas, dengan digitalisasi, insyaallah kita akan kurangi korupsi secara signifikan. Tapi ini harus kita lakukan, seluruh unsur pimpinan harus memberi contoh, Ing Ngarso Sung Tulodo.

Saudara-saudara sekalian,
ada pepatah yang mengatakan, kalau ikan menjadi busuk, busuknya mulai dari kepala. Semua pejabat dari semua eselon dan semua tingkatan harus memberi contoh untuk menjalankan kepemimpinan pemerintahan yang sebersih-bersihnya. Mulai dengan contoh dari atas dan sesudah itu penegakan hukum yang tegas dan keras.

Saudara-saudara sekalian,
semua kita percaya dan kita yakin, kita akan punya kekuatan untuk bisa menghilangkan kemiskinan dari bumi Indonesia. Ini sasaran yang berat bahkan banyak yang mengatakan bahwa ini sesuatu yang tidak mungkin.

Saudara-saudara,
pemimpin yang berani pemimpin yang baik, akan terpanggil untuk menghadapi yang tidak mungkin dan mencari jalan yang agar yang tidak mungkin kita atasi. Bangsa yang berani adalah bangsa yang bisa bikin yang tidak mungkin menjadi mungkin.

Saudara-saudara,
di tengah itu, cita-cita yang begitu besar, yang begitu kita idam-idamkan, kita perlu suasana kebersamaan, kita perlu suasana persatuan, kita perlu kolaborasi kerja sama, bukan cekcok yang berkepanjangan, kita perlu pemimpin-pemimpin yang tidak caci maki, pemimpin-pemimpin yang arif, yang bijaksana, yang mengerti dan cinta budaya dan sejarah bangsa sendiri, yang bangga dengan adat tradisi dan adat bangsa kita sendiri. Kita dari sejak dahulu pemikiran kehendak dan rancang bangun pendiri bangsa-bangsa kita dari sejak awal bangsa ini berdiri, kita ingin menjadi bangsa yang berdemokrasi. Kita menempatkan kedaulatan rakyat setinggi-tingginya dalam dasar negara kita Pancasila, kerakyatan merupakan sendi utama dari kelima sila yang kita junjung tinggi. “Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan”.

Kita menghendaki kehidupan demokrasi, tapi marilah kita sadar bahwa demokrasi kita harus demokrasi yang khas untuk Indonesia, demokrasi yang cocok untuk bangsa kita, demokrasi yang berasal dari sejarah dan budaya kita. Demokrasi kita harus demokrasi yang santun, demokrasi di mana berbeda pendapat harus tanpa permusuhan. Demokrasi di mana mengoreksi harus tanpa caci maki, bertarung tanpa membenci, bertanding tanpa berbuat curang. Demokrasi kita harus demokrasi yang menghindari kekerasan, yang menghindari adu domba, yang menghindari hasut-menghasut. Demokrasi kita harus demokrasi yang sejuk, demokrasi yang damai, demokrasi yang menghindari kemunafikan.

Hanya dengan persatuan dan kerja sama, kita akan mencapai cita-cita para leluhur bangsa kita, bangsa yang Gemah Ripah Loh Jinawi atau Toto Tentrem Kertoraharjo, bangsa yang Baldatun Toyyibatun Warobbun Ghofur, bangsa di mana rakyat cukup pangan, cukup sandang, cukup papan. Cita-cita kita adalah melihat wong cilik iso gemuyu, wong cilik bisa senyum, bisa ketawa.

Saudara-saudara sekalian,
kita harus ingat, bahwa kekuasaan itu adalah milik rakyat, kedaulatan itu adalah kedaulatan rakyat. Kita berkuasa, seizin rakyat. Kita menjalankan kekuasaan harus untuk kepentingan rakyat. Kita harus selalu ingat, setiap pemimpin dalam setiap tingkatan harus selalu ingat, pekerjaan kita harus untuk rakyat, bukan kita bekerja untuk diri kita sendiri, bukan kita bekerja untuk kerabat kita, bukan kita bekerja untuk pemimpin-pemimpin kita. Pemimpin yang harus bekerja untuk rakyat.

Saudara-saudara sekalian,
kita harus mengerti selalu, sadar selalu, bahwa bangsa yang merdeka adalah bangsa di mana rakyatnya merdeka. Rakyat harus bebas dari ketakutan, bebas dari kemiskinan, bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari penindasan, bebas dari penderitaan.

Saudara-saudara sekalian,
masih ada saudara-saudara kita usianya di atas 70 tahun masih menarik becak. Ini bukan ciri-ciri bangsa yang merdeka. Hanya kalau kita bisa wujudkan itu, kalau kita bisa wujudkan keadaan di mana rakyat kita sungguh-sungguh merasa dan menikmati kemerdekaan, baru boleh kita sungguh-sungguh puas dan bangga dengan prestasi Indonesia. Sebelum itu, marilah kita kerja keras, marilah kita berjuang tanpa menyerah, mari kita menghimpun dan menjaga semua kekayaan kita, jangan mau kekayaan kita diambil murah oleh pihak-pihak lain. Saudara-saudara sekalian, semua kekayaan kita harus sebesar-besarnya untuk kepentingan dan kemakmuran rakyat kita.

Saudara-saudara,
dalam sejarah politik, hal ini mudah diucapkan tidak mudah untuk kita capai. Tapi kita bisa capai kalau kita bersatu dan bekerja sama. Marilah kita bangun masa depan bersama, marilah kita menganggap rekan-rekan kita, walaupun berbeda suku, berbeda agama, berbeda partai, berbeda golongan, kita adalah sama-sama anak Indonesia. Bertanding semangat, sesudah bertanding mari kita berhimpun kembali.

Presiden Joko Widodo mengalahkan saya, berapa kali ya saya lupa. Tapi begitu beliau menang, beliau mengajak saya bersatu, dan saya menerima ajakan itu. Sekarang saya yang menang. Dan saya mengajak semua pihak, ayo bersatu!

Saudara-saudara sekalian,
dalam menghadapi dunia internasional, Indonesia memilih jalan bebas aktif, non-blok, non-aligned. Kita tidak mau ikut pakta-pakta militer manapun, kita memilih jalan bersahabat dengan semua negara. Sudah berkali-kali saya canangkan, Indonesia akan menjalankan politik luar negeri sebagai negara yang ingin menjadi tetangga yang baik, we want to be the good neighbour. Kita ingin menganut filosofi kuno, “seribu kawan terlalu sedikit, satu lawan terlalu banyak.”

Saudara-saudara sekalian,
dengan demikian kita ingin menjadi sahabat semua negara. Tapi kita punya prinsip. Prinsip kita adalah prinsip anti penjajahan, karena kita pernah mengalami penjajahan. Kita anti penindasan, karena kita pernah ditindas. Kita anti rasialisme, kita anti apartheid, karena kita pernah mengalami apartheid. Waktu kita dijajah, bahkan kita digolongkan lebih rendah dari anjing. Banyak prasasti-prasasti dan marmer, banyak papan-papan di mana disebut Honden en Inlander Verboden. Saya masih lihat, saya masih lihat prasasti di kolam renang Manggarai tahun ’78, Honden en Inlander Verboden. 

Saudara-saudara,
karena itu kita punya prinsip, kita harus solider, kita harus membela rakyat-rakyat yang tertindas di dunia ini. Karena itu, kita mendukung kemerdekaan rakyat Palestina. Pemerintah Presiden Joko Widodo sudah mengirim banyak bantuan. Hari ini kita punya tim medis yang bekerja di Gaza, di Rafah, dengan risiko yang sangat tinggi. Dokter-dokter kita, perawat-perawat kita, sudah bekerja sama di Rafah, di Gaza, bersama saudara-saudara kita dari Uni Emirat Arab. Dan kita pun siap untuk mengirim bantuan yang lebih banyak dan kita siap untuk evakuasi mereka-mereka yang luka dan anak-anak yang trauma dan korban. Kita siapkan semua rumah sakit tentara kita dan nanti rumah sakit-rumah sakit lain untuk membantu saudara-saudara kita yang menjadi korban perang yang tidak adil.

Saudara-saudara,
kita menjadi bangsa yang harus berterima kasih pada generasi pembebas kepada Bung Karno, Bung Hatta, pahlawan-pahlawan yang lain I Gusti Ngurah Rai, Kapitan Pattimura, Sultan Hasanuddin, Teuku Umar, Cut Nyak Dien, semua pahlawan yang tidak bisa kita sebut satu persatu. Tapi mereka yang membayar saham kemerdekaan dengan darah dan air mata mereka.

Kita bersyukur kepada presiden dan proklamator pertama Bung Karno, yang telah memberi kepada kita ideologi negara Pancasila, yang keluar masuk penjara dibuang di mana-mana, dari sejak muda karena memperjuangkan Indonesia merdeka, Indonesia tidak mau menjadi darah bagi bangsa-bangsa lain. Soekarno, Hatta, Sjahrir, semua pendiri-pendiri bangsa ini berkorban dan telah memimpin kita dengan baik.

Kita juga bersyukur kepada Presiden Soeharto yang banyak jasanya dalam menyelamatkan dan mengamankan ideologi Pancasila itu sendiri, yang telah meletakkan dasar bagi Indonesia yang modern. Kita berterima kasih kepada Presiden Habibie, yang telah membuat dasar untuk kita meraih dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Kita berterima kasih kepada Presiden Abdurrahman Wahid, yang telah yang memberi contoh toleransi antaragama, antarsuku, yang menjunjung tinggi inklusif, Indonesia yang inklusif dan toleran. Kita berterima kasih kepada Presiden Megawati, yang menyelesaikan masalah-masalah ekonomi akibat crash tahun ’98. Harus diakui di bawah Pemerintah Megawati, masalah perusahaan-perusahaan yang banyak hancur dapat diperbaiki dan diselamatkan. Kta harus berterima kasih kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang memimpin Indonesia di saat krisis yang sangat berat, menghadapi tsunami menyelesaikan bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla, menyelesaikan pertikaian di Aceh yang sudah berjalan begitu lama. Ini prestasi yang harus kita akui.

Saudara-saudara sekalian,
mereka semua dengan cara masing-masing memiliki sumbangsih terhadap apa yang sekarang kita nikmati, negara kesatuan yang utuh, yang berdaulat, yang merdeka, yang terus menjaga dan berjuang untuk kemerdekaan dan keadilan.

Saudara-saudara sekalian,
sekarang kita ucapkan terima kasih kepada Presiden ketujuh Republik Indonesia, Presiden Joko Widodo dengan Wakil Presiden Prof. Ma’ruf Amin. Terima kasih atas kepemimpinan Bapak, terima kasih atas kenegarawan Bapak. Bapak telah menahkodai bangsa ini melalui krisis-krisis yang sungguh sangat berat. Jangan kita merasakan hari ini, ingat waktu COVID-19, kita bahkan keluar dari rumah kita takut. Saya saksi, saya menterinya beliau, semua pihak dalam dan luar negeri, telepon terus, menekan beliau terus, minta lockdown, lockdown, lockdown. Beliau menolak. Beliau berpikir, kalau kita lockdown, bagaimana wong cilik, bagaimana warung tegal, bagaimana ojol, bagaimana rakyat-rakyat yang makannya dari upah harian. Jangan kita lupa prestasi pemimpin-pemimpin kita. Terima kasih Pak Jokowi, terima kasih Prof. Ma’ruf Amin, Anda telah berjasa, Anda akan dikenang sebagai putra Indonesia yang termasuk terbaik.

Saudara-saudara sekalian,
akhir kata saya mohon doa restu Saudara-saudara. Mari kita bangun Indonesia di atas landasan yang sudah dirintis oleh pendahulu-pendahulu kita. Mari kita belajar semua kekurangan kita akui dan kita perbaiki. Hentikan dendam, hilangkan kebencian, bangun kerukunan, bangun gotong-royong, itu kepribadian bangsa Indonesia, itu ajaran Bung Karno sendiri.

Saudara-saudara sekalian,
kami siap melanjutkan estafet kepemimpinan, kita siap bekerja keras menuju Indonesia Emas, menjadi bangsa yang kuat, merdeka berdaulat, adil dan makmur. Kita tidak mau mengganggu siapapun, kita tidak mau mengganggu bangsa lain, tapi kita juga tidak akan mengizinkan bangsa manapun untuk mengganggu kita. Semoga Tuhan Yang Mahabesar Allah Swt. yang memiliki sekalian alam semoga melindungi kita semua, semoga menyertai kita semua dalam perjalanan kita dalam pengabdian kita kepada bangsa dan negara kita. Kita juga berdoa kepada Yang Mahakuasa, agar tamu-tamu agung kita, mereka-mereka yang datang dari jauh akan kembali ke rumah mereka masing-masing dalam keadaan aman dan dalam keadaan terus bersahabat dengan kita, Saudara-saudara sekalian.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Salam sejahtera bagi kita sekalian,
Syalom,
Om Santi, Santi, Santi, Om,
Namo Buddhaya,
Rahayu, Rahayu.

Merdeka!
Merdeka!
Merdeka!

Sambutan Terbaru