Silaturahmi Nasional Pemerintah Desa se-Indonesia, 10 April 2019, di Stadion Tenis Indoor, Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Pusat

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 10 April 2019
Kategori: Sambutan
Dibaca: 3.338 Kali

Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat sore,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Shalom,
Om Swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam kebajikan.

Yang saya hormati para Menteri Kabinet Kerja yang hadir,
Yang saya hormati para Gubernur yang hadir, hadir di sini Gubernur Jawa Barat,
Yang saya hormati Ketua Bakornas P3KD, Ketua Papdesi, Ketua Apdesi, Ketua PPDI, beserta seluruh jajaran dan pengurus,
Yang saya hormati yang saya banggakan para Kepala Desa, Aparat Desa dari seluruh tanah air, dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote,
Bapak-Ibu tamu undangan yang berbahagia.

Desa itu selalu berada dalam pikiran dan hati saya. Bukan karena saya berasal dari desa, bukan itu saja, tetapi menurut saya, membangun desa artinya membangun Indonesia.

Kita tahu semuanya bahwa  negara ini, negara kita Indonesia memiliki 74.900 desa, sebuah jumlah yang tidak sedikit. Dan Bapak-Ibu sekalian adalah presidennya desa. Ya desa ini seperti republik kecil, seperti negara kecil. Jadi Bapak-Ibu semuanya adalah seperti presiden tapi di desa. Dan mengurusi semua hal, desa mengurusi semua hal. Anak lahir, urus; warga meninggal, urus. Iya kan? Dan saya lihat memang jam kerjanya kalau di desa itu jam kerjanya juga 24 jam bekerja kepala desa, benar? Jangan dipikir saya enggak tahu. 24 jam, betul.

Jadi kalau pemerintah sejak 2015 kemarin mengucurkan Dana Desa Rp20 triliun, 2016 Rp47 triliun, 2017 Rp60 triliun, 2018 Rp60 triliun, dan tahun ini, 2019, Rp70 triliun itu sudah betul dan memang wajib. Sudah bertahun-tahun kita tidak memperhatikan desa. Infrastrukturnya, iya coba, saluran irigasi yang ada di desa, apa ada desa yang membangun embung seperti sekarang ini? Apa ada desa yang mengurus jembatan-jembatan yang kecil-kecil? Karena, desa tidak diberi anggaran yang memadai. Benar ndak?

Sampai saat ini, 2019, artinya sudah Rp257 triliun anggaran yang diberikan kepada desa. Hati-hati lho, ini uang gede, Rp257 triliun ini uang gede. Dan saya pastikan ke depan akan naik terus anggarannya. Penggunaannya betul-betul diarahkan tepat sasaran. Kalau di desa itu misalnya infrastrukturnya jelek ya bangun infrastruktur jalan, jembatan. Hal kecil-kecil itu bisa menyusahkan warga kita.

Saya ini masuk ke desa enggak tahu sudah berapa ribu kali. Saya mau ke mana mampir dulu, belok ke desa, belok ke desa, cek. Misalnya jembatan, jembatan desa kelihatannya sepele, kecil, kelihatannya sepele tapi itu vital dan sangat penting bagi mobilitas orang, mobilitas barang, mobilitas logistik yang ada di desa itu, tidak muter. Ada yang harusnya hanya sepuluh menit, muter dulu sampai satu setengah jam. Banyak yang seperti itu.

Dan yang tahu kondisi, situasi, keperluan, kebutuhan yang ada di desa itu ya kepala desa dan perangkat desa. Benar ndak? Mana tahu yang di Jakarta. Yang Jakarta ini kadang-kadang kan sok tahu tapi enggak mengerti, yang benar yang sebenarnya itu enggak mengerti. Yang tahu, yang menguasai medan ya Bapak-Ibu sekalian mengenai desa, enggak ada yang lain.

Dan menurut saya, kunci kemajuan desa itu dua. Kunci kemajuan desa itu ada dua. Yang pertama, kepemimpinan yang menguasai tata kelola pemerintahan yang maju dan inovatif. Sehingga tema sekarang ‘Bersatu Desa Maju’ itu benar sudah. Yang kedua, betul-betul kita perhatikan masalah peningkatan kualitas sumber daya manusia, kualitas SDM. Sehingga ke depan… Kalau dalam empat tahun kemarin kan saya melihat di bawah semuanya konsentrasi kepada infrastruktur desa. Benar ya? Pembangunan jalan, pembangunan jembatan, pembangunan irigasi, pembangunan embung diarahkan ke sana, pembangunan PAUD, pembangunan pasar desa.

Ke depan mulai sedikit digeser ke hal-hal yang berkaitan dengan ekonomi dan inovasi. Kalau ada produk-produk di desa, produk-produk lokal yang memiliki keunggulan, nah di situlah mulai diberikan suntikan agar menjadi sebuah produk yang memiliki kualitas, memiliki daya saing sehingga bisa dijual masuk ke kota, masuk ke tingkat nasional. Lewat apa? Sekarang ini gampang sekali, dorong agar packaging-nya, kemasannya baik, dorong. Sekarang mesin kemasan itu murah juga kok, Rp100-200 juta dapat. Kemasannya baik, diberi label yang baik, diberi merek yang baik. Ada brand yang baik, angkat menjadi produk nasional lewat yang namanya online, lewat yang namanya marketplace, sehingga bisa dikenalkan di tingkat nasional. Kalau sudah dikenalkan di tingkat nasional, membawa ke global marketplace itu gampang sekali, global marketplace itu mudah sekali. Yang paling penting mengangkat dulu dari desa, masuk ke marketplace tingkat nasional, kemudian akan dibawa lagi, ditarik nanti ke global marketplace. Ini yang ke depan itu mulai dipikirkan ke arah itu.

Produk-produk banyak sekali, banyak sekali produk-produk yang ada di desa itu memiliki keunggulan tetapi belum bisa diangkat karena memang urusan kecil-kecil tadi, kemasannya kurang baik, mereknya belum diberi label nama yang baik, desain kemasan yang masih belum baik. Hal-hal kecil-kecil seperti itu, bukan barangnya.

Sampai hari ini data yang masuk ke saya, sudah empat setengah tahun Dana Desa diberikan, telah selesai 191.000 kilometer jalan desa, 191.000 jalan desa. Kemudian 24.000 unit posyandu, banyak sekali ini. 50.000 yang berkaitan dengan PAUD. 8.900  pasar desa. Hati-hati, pasar desa itu penting karena dia adalah tempat berkumpulnya produk-produk petani, produk-produk nelayan, produk-produk usaha mikro yang ada di desa-desa. Penting sekali ada tempatnya. Dari situlah nanti orang akan datang dan melihat, kemudian membeli. Kemudian 58.000 unit irigasi. 58.000 unit irigasi telah terbangun selama empat setengah tahun ini. Dan 1,1 juta meter jembatan yang dibangun dari Dana Desa. Inilah jumlah yang sangat banyak sekali. Dan kegiatan-kegiatan lain yang tidak bisa saya sebut satu persatu. Jumlah-jumlah seperti ini harus terus ditingkatkan karena ke depan Dana Desa, sekali lagi, akan terus kita tingkatkan setiap tahunnya.

Mungkin ini akan saya ulang, meskipun mungkin Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara semuanya sudah tahu. Dalam setiap membangun apapun, jembatan, irigasi, embung, gedung olahraga misalnya, semuanya pastikan menggunakan barang-barang lokal. Saya selalu pesan ini. Agar uang Rp257 triliun tadi selalu berputar di bawah. Teori ekonominya seperti itu, berputar di desa. Jangan biarkan uang Rp257 triliun itu kembali lagi ke Jakarta, jangan. Artinya apa? Kalau membangun jembatan, membangun irigasi, membangun embung, membangun gedung olahraga gunakan, sekali lagi, batanya dari desa beli di desa itu, pasirnya  beli di desa itu. Kalau enggak ya melompat ke desa yang lain enggak apa-apa tapi tetap di area desa. Artinya apa? Rp257 triliun itu muter terus. Tenaga kerjanya seratus persen gunakan dari desa itu, jangan memakai dari yang lain. Sehingga, sekali lagi, uang itu berputar-putar terus semakin lama semakin tambah uang yang berputar di desa-desa kita.

Ada yang tanya ke saya, “Pak kalau beli semen di desa itu lebih mahal, kita lebih senang beli di kota Pak, lebih murah.” “Lebih murah jumlah berapa sih?” “Ya Rp5.000-7.000.” “Tetap beli di desa meskipun lebih mahal, beli di desa.”

Kemudian mengenai laporan. Laporan masih ruwet enggak sih? Masih ruwet? Ke depan itu juga akan kita sederhanakan sehingga semuanya menjadi mudah dan gampang, sudah.

Coba yang dari jauh, Kepala Desa yang dari jauh. Oh ini dari jauh semua berarti. Coba tunjuk jari. Yang dari jauh mau saya suruh maju satu saja, yang dari jauh. Sebentar. Semuanya ingin maju. Sebentar, sebentar, yang dari jauh, yang dari jauh mana? Ya, boleh itu. Oke, ya. Ya, ya, ya yang pakai peci sini. Tadi dari tadi loncat-loncat kelihatannya ingin maju. Silakan maju.

Kades yang perempuan? Ya, boleh. Ya, sebentar. Ya boleh Bapak, sini maju. Semua? Apa maju saja semua sini gitu? Ya, ini tiga ini sudah mewakili Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara semuanya.

Silakan dikenalkan, Pak.

(Dialog Presiden Republik Indonesia dengan Peserta Silaturahmi Nasional)

Zuriyatman (Kepala Desa dari Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatra Barat)
Terima kasih banyak, Pak. Bismillahirrahmanirrahim. Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Nama saya Zuriyatman. Saya berasal dari  Sumatra Barat, Pak. Kabupaten Sijunjung.

Pertama sekali ucapan terima kasih kepada Bapak Presiden yang saya hormati karena telah memberi kesempatan bagi saya pribadi untuk berbicara di depan Bapak. Gemetar saya Pak. Ini suatu kesempatan yang langka dan sangat sulit akan terjadi pada diri pribadi saya Pak kalau Bapak tidak menjadi presiden lagi nanti.

Pertama sekali, ucapan terima kasih sekali lagi kepada pemerintahan Pak Presiden Joko Widodo bersama seluruh jajaran beliau yang telah melaksanakan atau menggulirkan Dana Desa dengan baik sehingga kami seluruh kepala desa sudah boleh berdiri agak tegak sedikit Pak. Yang selama ini kepala desa…

Presiden Republik Indonesia
Yang dulu-dulu apa enggak tegak?

Zuriyatman (Kepala Desa dari Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatra Barat)
Apalah kepala desa kalau dulu Pak. Sekarang rata-rata desa barangkali sudah mempunyai duit, mempunyai uang Rp1-1,8 miliar per orang.

Presiden Republik Indonesia
Ya. Itu, sekali lagi itu bukan uang yang kecil lho ya. Rp1 sampai hampir Rp2 M itu uang yang gede.

Zuriyatman (Kepala Desa dari Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatra Barat)
Tetapi itu menjadi kesulitan juga bagi kami, Pak. Saingan banyak jadinya, Pak.

Presiden Republik Indonesia
Saingan bagaimana?

Zuriyatman (Kepala Desa dari Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatra Barat)
Untuk ke pemilihan selanjutnya maksudnya.

Presiden Republik Indonesia
Lho yang namanya hidup itu ya berkompetisi, bersaing, biasa, biasa.

Zuriyatman (Kepala Desa dari Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatra Barat)
Di dalam hal itu seperti yang Bapak sampaikan tadi bahwa kami kepala desa bertugas 24 jam. Kambing beranak urus, ibu melahirkan urus.

Presiden Republik Indonesia
Ya memang harus diurus.

Zuriyatman (Kepala Desa dari Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatra Barat)
Ibu hamil urus.

Presiden Republik Indonesia
Ya harus diurus.

Zuriyatman (Kepala Desa dari Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatra Barat)
Seluruh kepala desa. Apalagi setiap ada undangan di desa Pak, nah ini, ini, ini, saya yakin ini aspirasi teman-teman kepala desa seluruh Indonesia. Saya yakin. Dalam kesempatan yang berbahagia ini akan kita sampaikan kepada Bapak kita, bahwa aspirasi kita ini akan saya sampaikan. Undangan satu kali dalam satu minggu dua Pak, amplopnya dua Pak. Sedangkan…

Presiden Republik Indonesia
Saya tahu, saya tahu, saya tahu. Kadang-kadang bukan, seminggu bukan dua bisa lebih kan?

Zuriyatman (Kepala Desa dari Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatra Barat)
Lebih, Pak.

Presiden Republik Indonesia
Betul. Tahu.

Zuriyatman (Kepala Desa dari Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatra Barat)
Kemudian dalam itu karena orang tahu, orang-orang desa tahu bahwa dana di desa ini besar sehingga, “Pak Desa hadir, Pak Desa hadir.” Tapi apa yang harus kami beri sedangkan siltap hanya segitu? Artinya apa Pak? Artinya apa? Dalam kesempatan yang berbahagia ini…

Presiden Republik Indonesia
Sudah, saya sudah nangkep, sudah nangkep, sudah nangkep, sudah nangkep.

Zuriyatman (Kepala Desa dari Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatra Barat)
Terima kasih, Pak. Terima kasih.

Presiden Republik Indonesia
Enggak apa-apa, teruskan! Teruskan!

Zuriyatman (Kepala Desa dari Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatra Barat)
Ya. Dalam kesempatan yang sangat berbahagia ini, kalau Bapak sudah nangkap saya setop dengan itu. Tetapi satu lagi Pak, begitu Dana Desa ini bergulir tetapi dalam pengurusannya sulit, memang sulit. Kemudian kami selalu diintimidasi, kami selalu di…, istilahnya bahasa…

Presiden Republik Indonesia
Diintimidasi itu diapa?

Zuriyatman (Kepala Desa dari Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatra Barat)

Maksudnya Pak, digertak-gertak, digertak-gertak sama aparat-aparat Pak. Jadi di dalam kesempatan yang berbahagia ini tolong kami diberi keleluasaan. Kami juga tidak akan menghindari, kalau itu salah silakan tangkap. Tetapi kami jangan ditakut-takuti.

Presiden Republik Indonesia
Oke, nangkep.

Zuriyatman (Kepala Desa dari Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatra Barat)
Terima kasih. Hanya itu yang dapat kami sampaikan. Sekali lagi, ucapan terima kasih Pak, yang tak terhingga. Sejarah bagi saya pribadi bertemu dengan Presiden Republik Indonesia, Pak Jokowi yang sangat berhati mulai. Satu-satunya Presiden Indonesia yang mempermudah akses rakyat berjumpa dengan pemimpinnya. Baru satu-satunya. Sekali ini, lanjutkan. Terima kasih.

Presiden Republik Indonesia
Ini Pak Zu ini semangat banget ini. Saya senang, saya senang punya kepala desa yang semangat seperti Pak Zu ini.

Zuriyatman (Kepala Desa dari Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatra Barat)
Zukarno, Pak.

Presiden Republik Indonesia
Ya, saya, yang pertama tadi yang disampaikan saya sudah nangkep. Akan kita pikirkan. Saya tahu, saya tahu ke arah mana ini saya sudah tahu.

Zuriyatman (Kepala Desa dari Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatra Barat)
Terima kasih. Terima kasih.

Presiden Republik Indonesia
Oke. Artinya kan ada dana operasional.

Zuriyatman (Kepala Desa dari Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatra Barat)
Oke, betul, betul-betul.

Presiden Republik Indonesia
Benar kan?

Zuriyatman (Kepala Desa dari Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatra Barat)
Benar.

Presiden Republik Indonesia
Ya, sudah. Saya pikirkan, segera akan kita putuskan. Tapi berapanya belum, berapanya nanti kan, ini tinggal berapanya akan kita hitung biar jelas, gitu. Karena saya tahu, dana operasional untuk kepala desa ini penting sekali, tadi undangan, kawinan undangan, kawinan undangan, melahirkan undangan, tahu, tahu, tahu, saya tahu. Kalau yang namanya presidennya desa kemudian datang ke undangan kemudian enggak ninggali apa-apa, ya enggak lucu.

Zuriyatman (Kepala Desa dari Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatra Barat)
Malu, Pak. Malu.

Presiden Republik Indonesia
Malu kan?

Zuriyatman (Kepala Desa dari Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatra Barat)
Malu, Pak. Malu.

Presiden Republik Indonesia
Malu, saya tahu.

Zuriyatman (Kepala Desa dari Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatra Barat)
Masa kepala desa kasih Rp20.000.

Presiden Republik Indonesia
Ya, ngerti, ngerti, ngerti, nangkep, nangkep, nangkep. Itu sudah saya nangkep.

Yang kedua tadi mengenai… Gini, jadi tadi sudah saya sampaikan bahwa proses pelaporan nanti akan kita kita sederhanakan sehingga… Gini lho, kalau laporannya ruwet ini gampang dicari-cari masalah gitu lho tapi kalau laporannya sederhana, gampang, dicari apapun enggak akan… Kalau saya yang penting, kalau saya yang penting anggaran itu menetas betul jadi barang dan digunakan bermanfaat untuk rakyat.

Laporan ini sudah… Sebetulnya apa sih laporan itu? Apalagi sampai bertebal-tebal seperti itu, untuk apa? Yang paling penting itu orientasinya, yang paling penting orientasi itu hasil, bukan urusan prosedur. Setuju ndak?

Zuriyatman (Kepala Desa dari Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatra Barat)
Setuju.

Presiden Republik Indonesia
Kalau ada yang cari-cari, itu jembatannya ada, mau apa? Ya ndak? Ada yang cari-cari, itu jalannya sudah jadi sekian meter, kok ramai. Ya, ndak? Tapi kalau laporan terlalu tebal itu bisa dicari-cari, gitu, berlembar-lembar. Nangkep Pak Zu, nangkep.

Yang kedua, kenalkan Bu.

Yuman Rahman (Kepala Desa dari Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo)
Ya. Bismillahirrahmanirrahim. Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Perkenalkan nama saya Yuman Rahman, dari Kabupaten Gorontalo. Kita dari Gorontalo itu, dari Kabupaten Gorontalo hanya ada berapa orang Bapak kami di sini.

Dan suatu kebanggaan bagi saya pribadi dan teman-teman dari Gorontalo bisa bertemu dengan Bapak Jokowi dan bisa berjabatan tangan dengan Bapak Jokowi, berdiri langsung di podium bersama Bapak Jokowi. Harapan kami selaku kepala desa dari Kabupaten Gorontalo dan seluruh kepala desa yang ada di negeri Indonesia ini berharap kepada Bapak agar kiranya kesejahteraan kepada kami selaku kepala desa. Ya seperti itu, Bapak. Karena masyarakat sudah diberikan kesejahteraan maka kami selaku kepala desa minta disejahterakan Bapak. Ya, seperti itu, Pak.

Presiden Republik Indonesia
Ya. Nangkep, nangkep, nangkep, nangkep, nangkep, nangkep, nangkep, nangkep.

Yuman Rahman (Kepala Desa dari Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo)
Karena dengan dana yang begitu banyak yang kami kelola siltapnya kepala desa hanya ada Rp2 juta, Rp2.750.000. Ya tidak sebanding dengan dana yang kami terima dari Bapak Presiden. Insyaallah ke depannya Bapak menjadi Pak Presiden lagi bisa ditingkatkan lagi kesejahteraan kami Pak. Insyaallah harapan kami ini bisa diperhatikan oleh Bapak Presiden.

Presiden Republik Indonesia
Baik. Nangkep, saya sudah nangkep juga, nangkep. Ini hampir mirip-mirip tadi dengan yang dari Sijunjung. Nangkep, nangkep, nangkep.

Yuman Rahman (Kepala Desa dari Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo)
Ya, selama ini kami ke Jakarta baru kali ini saya bisa berdiri bersama Bapak Jokowi, Bapak Presiden Republik Indonesia. Jadi kebanggaan buat saya pribadi untuk bisa berdiri bersama Bapak dan bertatap muka langsung dengan Bapak. Dan saya tadi juga sudah selfie dengan Bapak. Itu rasa syukur saya yang sedalam-dalamnya, ya yang sudah lama dinanti-nantikan ingin bersama, berdiri bersama Bapak di sini dan bertemu langsung dengan Bapak. Insyaallah pertemuan pada hari ini insyaallah mendapatkan berkah bagi kami semua. Amin.

Presiden Republik Indonesia
Amin. Ya.

Yuman Rahman (Kepala Desa dari Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo)
Wabillahi taufik walhidayah, wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Presiden Republik Indonesia
Wa’alaikumsalam. Sebentar, belum saya tanya kok. Saya tanya dulu. Urusan laporan, mudah atau sulit? Sulitnya di mana? Kalau sulit, sulitnya di mana?

Yuman Rahman (Kepala Desa dari Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo)
Ya, sulitnya itu Pak, banyak sekali aturannya. Ya, karena dalam laporan itu banyak sistemnya, seperti itu. Kami mau aturannya simpel.

Presiden Republik Indonesia
Ingin disederhanakan? Disimpelkan gitu ya?

Yuman Rahman (Kepala Desa dari Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo)
Iya, disimpelkan.

Presiden Republik Indonesia
Sudah. Ya, nangkep. Sudah, nangkep. Nangkep, nangkep, nangkep, nangkep.

Lahmuddin (Kepala Desa dari Kabupaten Aceh Tenggara, Provinsi Aceh)
Assalamu’alaikum warahmatullahi ta’ala wabarakatuh. Yang terhormat Bapak Presiden, secara langsung saja. Nama saya Lahmuddin. Dari kepala desa kalau di sana dipanggil adalah penghulu kute, yaitu Kabupaten Aceh Tenggara, Aceh. Inilah kami, Aceh.

Presiden Republik Indonesia
Penghulu kute.

Lahmuddin (Kepala Desa dari Kabupaten Aceh Tenggara, Provinsi Aceh)
Bahasa Gayo ne adalah penghulu. Kami di Aceh ada berapa suku. Di Aceh Tenggara, Singkil dikatakan penghulu, kalau di Gayo Lues, dikatakan datu, kalau di Aceh dikatakan geuchik. Kalau di ibu kota, yang di Banda Acehnya dikatakan kepala desa. Jadi kami di sana beragam tapi ingat tetap bersatu untuk Pak Jokowi.

Harapan kami, saya adalah dari provinsi yang paling ujung, yaitu Provinsi Aceh, mohon sahabatku, kawanku kepala desa se-Indonesia sampai ke Sabang, karena setahu saya, dan terima kasih saya kepada Ketua Apdesi Indonesia untuk menyatukan kami, bisa bersatu, bisa datang untuk duduk bersama di Jakarta pada hari ini dan terus bersama dengan Presiden kami di forum ini. Belum pernah terjadi, baru hari ini, maka terima kasih kami. Luar biasa Apdesi. Hidup Apdesi! Tepuk tangan untuk Apdesi. Majukan presiden kita kembali, itu harapan saya. Saya memohon. Merdeka!

Kembali tentang masalah Dana Desa, mohon Bapak Presiden, dengan penuh harapan saya, untuk dipermudahkan tata cara pengelolaannya. Karena masih banyak di kabupaten, di desa masyarakat menganggap uang itu adalah uang kita. Kepala desa juga tidak munafik, adanya sebagian mengatakan uang itu uang saya, bukan uang desa. Sangat lucu. Jadi mohon dipertegas bahwa itu Dana Desa, berarti yang punya uang itu desa, bukan Saudara kepala desa, dan bukan Saudara masyarakat desa.

Presiden Republik Indonesia
Ya, betul. Oke.

Lahmuddin (Kepala Desa dari Kabupaten Aceh Tenggara, Provinsi Aceh)
Itu harus jelas. Mohon diperjelas. Yang kedua, tentang pelaporan. Kami kepala desa karena diizinkan kemarinnya untuk calon menjadi kepala hanya tamat SMP, jadi administrasi kadang-kadang tulis baca pun mereka ini masih awam. Kenapa, mengapa, sebab apa harus pelaporan disamakan dengan orang yang sudah pakai S, entah S berapa, S5, S6, sampai ke es krim. Iya kan? Jujur. Mohon diperjelas tentang pelaporan ini supaya jangan menyusahkan bagi kami bapak dan ibu kepala desa di desa.

Jelas? Setuju? Terima kasih. Saya harap dengan penuh semangat kembalikan Pak Jokowi duduk bersama kita untuk tahun selanjutnya. Lebih dan kurang saya rasa ini dulu. Dan salam dari Bupati kami Pak, semoga Bapak, kata beliau sehat walafiat, doa dia. Beliau tidak bisa mendampingi kami. Lebih dan kurang saya mohon maaf. Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Presiden Republik Indonesia
Sebentar, tadi belum saya tanya. Belum ditanya sudah sambutan berapi-api. Bagus, tapi punya kepala desa yang berapi-api seperti itu bagus.

Jadi, laporannya menurut Bapak sulit?

Lahmuddin (Kepala Desa dari Kabupaten Aceh Tenggara, Provinsi Aceh)
Sedikit menyulitkan karena disamakan sama orang yang lebih tinggi…

Presiden Republik Indonesia
Sedikit menyulitkan. Yang sulit kayak apa? Yang contoh sulitnya kayak apa?

Lahmuddin (Kepala Desa dari Kabupaten Aceh Tenggara, Provinsi Aceh)
Sulitnya masalah tata, harus ada… Banyak sekali cara penulisan, cara apa, cara… Bukunya apa, pelaporannya apa gitu.

Presiden Republik Indonesia
Oke. Saking sulitnya enggak bisa diceritakan. Oke, oke, oke, oke. Ya, oke terima kasih. Terima kasih Pak Kades, terima kasih. Bu, terima kasih. Pak Penghulu, terima kasih.

Ya, ini biasanya, biasanya kalau maju ke depan itu saya beri sepeda, benar? Dalam proses menuju pilpres ini tidak boleh ngasih sepeda, sepeda enggak boleh. Nanti bisa terkena masalah dengan masalah dengan Bawaslu. Oleh sebab itu, saya beri foto saja. Ini fotonya. Jadi Bapak-Ibu tadi di depan difoto langsung sekarang sudah jadi. Ini nanti ya, ini nanti Bapak-Ibu kalau mau ditukar sepeda bisa dapat lebih dari dua puluh sepeda. Oke. Karena di belakang album ini, album foto ini ada tulisannya ini, yang mahal ini, ‘Istana Presiden Republik Indonesia’, itu. Oke. Ini Pak Penghulu.  Oke, terima kasih. Ya, silakan kembali, silakan, silakan.

Aduh, ini tadi Pak Penghulu tadi pintar banget, pintar, pintar tapi disuruh menerangkan laporan yang sulit di mana enggak bisa jelasin karena memang mungkin laporannya sulit betul.

Baiklah Bapak, Ibu, Saudara-saudara sekalian yang saya hormati, saya kira jelas apa yang tadi saya sampaikan yang berkaitan tadi yang disampaikan Pak Zu tadi mengenai kesejahteraan, mengenai dana operasional untuk kepala desa. Segera akan saya matangkan, segera akan kita putuskan, sehingga kegiatan-kegiatan yang ada di desa tidak merepotkan dan membebani Bapak-Ibu semuanya. Dan yang kedua mengenai laporan yang saya sudah dengar agak lama, rumit, dan sulit itu juga akan segera kita sederhanakan. Nanti Pak Menteri Desa biar menyurati secara resmi kepada Menteri Keuangan, tinggal saya nanti perintah ke Menteri Keuangan.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada sore hari ini. Terima kasih dan selamat bekerja, selamat berkarya.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sambutan Terbaru