Soal ISIS, Presiden SBY: Bukan Negara Barat, Islam Yang Harus Selesaikan

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 4 Oktober 2014
Kategori: Berita
Dibaca: 25.815 Kali
Presiden SBY saat meresmikan asrama mahasiswa RI di Univ Al Azhar, Kairo

Presiden SBY saat meresmikan asrama mahasiswa RI di Univ Al Azhar, Kairo

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menegaskan, Islam sebenarnya mengajarkan kebaikan, perdamaian, persaudaraan, keadilan, kasih sayang, semua. Karena itu, ketika ada masalah di dunia sekarang ini, harus dicari akar penyebabnya. Agar kemudian bisa diselesaikan.

Saat meresmikan Asrama Mahasiswa RI di Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir, di Masjid Baiturrahman, kawasan Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (3/10) siang, mengatakan operasi militer untuk tujuan tertentu dalam banyak kasus penyelesain konflik di negara-negara Islam, termasuk dalam menghadapi berkembang paham radikal Islamic State for Iraq and Syriah (ISI), dalam jangka pendek mungkin diperlukan. Tetapi yang lebih diperlukan adalah penyelesaian yang komprehensif, yang adil, yang tepat, dan yang bijak. “Dengan demikian kita sebagai umat akan bersyukur, lega, dan gembira,” ujarnya.

Sebelumnya, Presiden SBY menyampaikan keprihatinannya betapa banyak negara-negara Islam, sahabat kita di Timur Tengah,  di Afrika Utara tengah menghadapi tantangan, cobaan dan ujian dari Allah SWT.

“Kita mengikuti dari layar TV saudara-saudara kita, kaum perempuan, orang tua, anak-anak, juga ikut menderita dengan konflik dan peperangan yang berkecamuk di banyak negara di wilayah itu.  Mereka-mereka adalah pihak yang tidak berdosa dan harus ikut menderita,” ungkap SBY.

Presiden juga mengisahkan sejumlah pertemuan di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) New York yang dihadirinya, di mana semangat yang sedang muncul sekarang ini dari banyak negara bagaimana memerangi terorisme.

Menurut Presiden SBY, dibahas sekarang ini sedang ada aksi-aksi militer yang dilakukan oleh banyak negara untuk menghentikan kekerasan yang dilaksanakan yang menamakan dirinya ISIS. Yang mengatasnamakan Islam dengan tindakan-tindakan yang sesungguhnya tidak mencerminkan ajaran Islam yang benar.

Ketika saya ikut berdiskusi di New York itu, menurut Presiden SBY, ia sudah menyampaikan, yang penting setelah operasi militer itu dilakukan untuk menghentikan tindakan-tindakan yang menamakan dirinya ISIS yang merugikan umat Islam sendiri, yang merugikan kita semua, harus ada tindakan berikutnya lagi yang betul-betul bisa mengatasi masalah secara cepat, bijak, dan adil.

“Harus diketahui mengapa terjadi konflik dan peperangan. Mengapa terjadi kekerasan-kekerasan. Mengapa Timur Tengah dan Afrika Utara masih belum teduh. Kita harus mencari akar penyebabnya. Dan setelah itu semua bangsa duduk bersama,” tegas SBY.

Bukan Negara Barat

Kepala Negara menegaskan, bukan hanya negara-negara barat, tetapi juga negara-negara Islam, dan kita semua duduk bersama untuk mencari solusi yang lebih permanen, lebih dari sekadar operasi militer untuk menghentikan aksi-aksi ISIS. Kepala Negara meyakii, dengan memahami akar masalah maka insyaallah akan dapat kita temukan solusi yang benar-benar adil, bijak, tepat dan bisa menyelesaikan masalah.

“Indonesia terpanggil, saya kira Yang Mulia para Duta Besar yang mewakili negara masing-masing juga terpanggil, ini saatnya, ini adalah tugas negara, untuk kita bersama-sama menyelesaikan masalah ini,” kata Kepala Negara seraya menambahkan, saat berkunjung ke Washington DC , ia bertemu dengan 9 orang tokoh Islam dari banyak negara yang tinggal di Amerika Serikat yang memiliki semangat yang sama untuk menyelesaikan masalah ini.

Menurut Presiden SBY, melihat kejadian di Timur Tengah, termasuk ISIS, jangan hanya berhenti seolah-olah operasi militer menyelesaikan segalanya. Tidak. Ia menyebutkan, seringkali operasi militer menyisakan masalah-masalah yang kompleks, yang rumit, yang akhirnya justru menimbulkan masalah baru di kelak kemudian hari.

“Melihatnya harus utuh, dan saya kira banyak negara yang lebih tertarik melaksanakan operasi militer, menghentikan ISIS. Tetapi saya ingin lebih banyak lagi yang tertarik, setelah itu dilaksanakan bagaimana menghentikan konflik dan kekerasan yang terjadi utamanya muncul di Timur Tengah dan Afrika Utara,” tutur SBY.

Ditegaskan Presiden SBY, umat Islam tidak boleh pasif, umat Islam tidak boleh hanya menonton, tapi  harus berada di kemudi, at the driving seat, harusnya yang di depan, bukan negara-negara barat.

Hal-hal yang tidak baik yang dicapkan kepada Islam, lanjut Presiden SBY,  umat Islam sendiri yang harus membangun nama baik, kehormatan, dan nasib kita di masa mendatang.

“Tuhan tidak akan mengubah nasib sebuah kaum sejatinya juga nasib umat Islam, kecuali kita sendiri yang mengubahnya dengan ikhtiar yang keras dan tentunya dengan izin dan pertolongan Allah SWT,” tutur Presiden SBY.

Tampak hadir dalam peresmian asramaha mahasiswa RI di Universitas Al Azhar itu, antara lain Menko Perekonomian Chairul Tanjung, Menlu Marty Natalegawa, Sekretaris Kabinet Dipo Alam, Wakil Menteri Agama Nazarudin Umar, dan Kapolri Jendral Sutarman. (Humas Setkab/ES)

 

 

Berita Terbaru