Soal Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir, Presiden Jokowi: Masih Dalam Kajian, Belum Diputuskan

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 2 Juni 2016
Kategori: Berita
Dibaca: 25.600 Kali
Presiden Jokowi menjawab wartawan saat 'blusukan' ke sebuah departmen store, di Banda Aceh, Rabu (1/6) malam. (Foto: Layli/Setpres_

Presiden Jokowi menjawab wartawan saat ‘blusukan’ ke sebuah departmen store, di Banda Aceh, Rabu (1/6) malam. (Foto: Laily/Setpres)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengemukakan, Indonesia masih memiliki banyak sumber energi. Tidak hanya batubara, tapi kita punya juga energi terbarukan, ada geotermal, ada hydro, ada ombak, ada angin, juga ada matahari dengan solar cells. Karena itu, Indonesia belum masuk ke pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).

“Masih banyak sumber-sumber kita, sehingga kita memang belum masuk ke pembangkit listrik tenaga nuklir. Tetapi dalam pendalaman untuk kajian-kajian ke sana memang sudah dimulai, tetapi kita memang belum memutuskan itu,” kata Presiden Jokowi kepada wartawan usai meresmikan  PLTMG Arun, di Desa Meuria Paloh, Kecamatan Muara Satu, Lhokseumawe, Kamis (2/6) pagi.

Sebelumnya saat ditanya wartawan usai meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Air Anyir, Kecamatan Merwang, Kabupaten Bangka, Provinsi Bangka Belitung, Rabu (1/6) siang, Presiden Jokowi juga mengatakan, bahwa PLTN masih dalam proses hitung-hitungan plus minusnya, karena kita masih mempunyai sumber pembangkit listrik yang lain.

“Microhydro belum dikerjakan, geotermal masih banyak sekali, kira-kira 29.000 Mega Watt (MW), kemudian angin, kemudian ombak. Tapi tidak apa-apa, saya sudah perintahkan dikalkulasi seperti apa,” kata Presiden.

Saat wartawan tegas menanyakan apakah PLTN akan dibangun dalam waktu dekat, Presiden Jokowi langsung menjawab: “Belum”.

TPA-nya 13.000 MW

Saat disinggung mengenai realisasi pembangunan pembangkit listrik 35.000 MW, Presiden Jokowi mengemukakan, yang jelas sampai akhir tahun yang lalu sudah ditandatangani TPA-nya 17.300. Kemudian yang groundbreaking sampai saat ini kurang lebih 8.000 MW.

Kemudian sisanya seperti apa? Menurut Presiden, sisanya sebagian dikerjakan oleh PLN. “Seperti ini. Ini yang mempercepat… yang mempercepat. Ya memang kombinasi antara investor dan PLN sendiri yang membangun. Itu yang banyak orang enggak tahu,” ujarnya.

Terkait masalah listrik ini, Presiden Jokowi mengatakan, bahwa percepatan-percepatan dalam pembangunan pembangkit listrik memang diperlukan. Ada yang memakai batu bara itu bisa memakan waktu 4 – 5 tahun, yang gede seperti di Batang dan di Tanjung Jati itu makan waktu 4 -5 tahun.

Untuk mengatasi kekurangan di Provinsi, di daerah, lanjut Presiden Jokowi, dengan cara ini, dengan pembangkit listrik tenaga mesin gas. “Ini cepat konstruksinya,  3 bulan, mesinnya masuk ditaruh, bangun 6 bulan selesai. Percepatan seperti ini yang diperlukan. Meskipun secara harga sedikit lebih mahal. Tapi karena kebutuhan mendesak, baik oleh industri, hotel, dan masyarakat yang ada di provinsi, di daerah itu harus diputuskan, dilakukan,” tuturnya. (DNA/RAH/ES)

Berita Terbaru