Soal Pemisahan Agama dan Politik, Ini Penjelasan Presiden Jokowi

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 8 April 2017
Kategori: Berita
Dibaca: 43.790 Kali
Presiden Jokowi saat meresmikan Masjid dan Gedung Sholawat KH. Surowijoyo Pondok Pesantren Singo Ludiro, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Sabtu (8/4). (Foto: Humas/Fitri)

Presiden Jokowi saat meresmikan Masjid dan Gedung Sholawat KH. Surowijoyo Pondok Pesantren Singo Ludiro, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Sabtu (8/4). (Foto: Humas/Fitri)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan penjelasan terkait pernyataanya mengenai agar jangan mencampuradukkan antara politik dan agama. Apa maksudnya?

“Peringatan itu konteksnya adalah dalam rangka persatuan negara kita. Sekali lagi dalam rangka persatuan negara kita,” kata Presiden Jokowi saat meresmikan Masjid dan Gedung Sholawat KH. Surowijoyo Pondok Pesantren Singo Ludiro, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Sabtu (8/4) siang.

Presiden berpesan jangan sampai agama  dipolitisasi menjadi sebuah komoditas. “Tetapi pernyataan saya itu juga bukan berarti memisahkan nilai-nilai agama dalam politik. Agama itu sangat penting sekali dalam berpolitik,” ujarnya.

Diyakini Presiden, apabila dalam membuat sebuah kebijakan tanpa dilandasi nilai-nilai agama, nilai-nilai moralitas, nilai-nilai kejujuran, nilai-nilai pengabdian pada rakyat, pada bangsa dan negara, pasti luput kebijakan itu.

“Jadi memang politik dan agama ini harus sambung, tetapi dalam sebuah konteks yang benar. Konteksnya yang harus benar,” tutur Presiden.

Kalau setiap keputusan kebijakan itu dilandasi dengan nilai-nilai spiritualitas, nilai-nilai moralitas, nilai-nilai pengabdian, dan nilai-nilai yang lain yang selalu diajarkan dalam agama Islam, lanjut Presiden, ya itulah sambungannya antara politik dan agama.

“Jadi jangan dibelokkan. Masa politik tidak boleh berhubungan dengan agama? boleh,” kata Presiden Jokowi.

Jangan Ada Senggolan

Dalam kesempatan ini Presiden Jokowi juga mengingatkan tentang keberagaman yang ada di Indonesia, suku/etnis, pulau, dan bahasa.

“Negara kita ini berbeda sekali dengan negara-negara lain. Negara lain itu satu negara hanya 1 atau 2 suku, 1, 2 atau 3 etnis,” terang Presiden seraya menambahkan, negara kita memiliki 714 suku yang tersebar di 17.000 pulau.

“Ini terus saya ingatkan. Belum bahasanya yang berbeda-beda. Ini yang perlu, sering saya sampaikan agar kita semuanya menyadari bahwa Bangsa Indonesia ini besar, bangsa besar etnisnya bermacam-macam,” sambung Presiden.

Presiden mengimbau agar  jangan sampai ada senggolan, jangan sampai ada gesekan.
“Kalau rukun kita semuanya, bersatu kita semuanya, itu menjadi sebuah kekuatan besar. Menjadi sebuah potensi yang besar,” ujarnya.

Sebaliknya kalau gampang dikipasi, gampang dikompor-kompori, menurut Presiden, itu yang berbahaya bagi negara ini.

Turut mendampingi Presiden Joko Widodo, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Sekretariat Presiden Darmansjah Djumala, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Bupati Sukoharjo, Kapolda Jateng, Pangdam Diponegoro, dan Pimpinan Pondok Pesantren Singo Ludiro Agung Syuhada. (DNA/FID/ES)

Berita Terbaru