Sosialisasi Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2019, 2 Februari 2019, di DBL Arena, Surabaya, Jawa Timur
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillahirrabbilalamin,
wassalatu wassalamu ala ashrifil anbiya i wal-mursalin,
Sayidina wa habibina wa syafiina wa maulana Muhammaddin,
wa ala alihi wa sahbihi ajmain amma badu.
Yang saya hormati Bapak Menteri Desa, Pak Sekretaris Kabinet,
Yang saya hormati Bapak Gubernur Jawa Timur beserta Ibu,
Yang saya hormati para Kepala Desa dan para Perangkat Desa, dan
Yang saya hormati, yang saya cintai, yang saya banggakan seluruh Pendamping Desa yang pagi hari ini hadir,
Hadirin dan undangan yang berbahagia.
Pripun kabare?
Sae tho?
Sae nggih?
Alhamdulillah.
Saya tadi senang sekali mendapatkan laporan dari Gubernur Jawa Timur, Gubernur Provinsi Jawa Timur mengenai hasil-hasil dari Dana Desa yang ada di Jawa Timur ini. Keberhasilan ini sangat didukung oleh para pendamping desa yang mendampingi dana ini. Dan saya melihat dibandingkan daerah-daerah lain, provinsi-provinsi yang lain, di Jawa Timur ini pendamping desa begitu sangat militan untuk desanya masing-masing. Tadi saya dibisiki oleh Pak Menteri Desa, realisasi di 2018, 99 persen. Sangat-sangat tinggi sekali.
Apa yang kita inginkan sih dari Dana Desa ini? Supaya kita tahu semuanya, agar perputaran uang yang ada di desa ini semakin banyak. Artinya kalau realisasinya semakin tinggi, uang yang berputar di desa-desa juga akan semakin tinggi dan semakin banyak. Teorinya adalah semakin uang beredar di desa-desa ini semakin banyak, kesejahteraan masyarakat itu juga akan meningkat. Itu teori ekonomi yang tidak bisa diutak-atik lagi. Sehingga, sekali lagi, 99,6 persen ini sebuah angka pencapaian yang saya harus sampaikan apa adanya, mengapresiasi, saya apresiasi, saya sangat menghargai apa yang sudah dicapai oleh Jawa Timur.
Dan sudah empat tahun ini Jawa Timur, tadi juga sudah disampaikan oleh Bapak Gubernur, Jawa Timur telah mendapatkan Rp19 triliun. Saya titip jangan sampai uang sebesar itu bisa kembali ke kota atau kembali ke Jakarta. Usahakan agar uang-uang itu terus berada, berputar terus dari desa ke desa, di desa-desa.
Income per kapita di desa itu betul-betul naik gara-gara Dana Desa ini. Infrastruktur-infrastruktur di desa juga kelihatan meloncatnya karena Dana Desa ini. Orang boleh banyak berbicara mengenai jalan tol, jalan yang besar; Surabaya sampai ke Jakarta sudah dibuka, bisa lebih cepat;pelabuhan besar telah dibangun; airport besar telah dibangun tetapi sebetulnya saya, yang paling senang saya kalau infrastruktur di desa-desa itu siap semuanya. Karena ini adalah basic, fondasi dasar bagi pembangunan seluruh wilayah yang ada di tanah air, yaitu 74.000 desa yang ada dan di Jawa Timur ada 7.724 desa.
Apa artinya? Saya ingin menyampaikan bahwa 2015 di seluruh tanah air telah kita gelontorkan Dana Desa yang tidak sedikit. Kalau di Jawa Timur tadi Rp19 triliun, coba kita lihat di seluruh tanah air. 2015 Rp20,7 triliun, 2016 Rp47 triliun, 2017 Rp60 triliun, 2018 Rp60 triliun, 2019 tahun ini Rp70 triliun. Artinya sampai akhir tahun ini Rp257 triliun uang yang kita gelontorkan ke desa-desa di seluruh tanah air. Sampai akhir 2018 berarti Rp187 triliun. Kalau sampai akhir 2019 Rp257 triliun.
Uang yang sangat besar sekali dan ini harus dikelola dengan akuntabilitas, pertanggungjawaban yang baik. Tetapi saya senang, dari survei yang ada kepuasan masyarakat terhadap Dana Desa ini di atas 85 persen. Artinya masyarakat merasakan, masyarakat merasakan, masyarakat melihat. Ini memang baru tahapan empat tahun pertama. Masih banyak pekerjaan-pekerjaan besar di desa yang harus kita kerjakan lagi. Oleh sebab itu, saya sampaikan nanti di 2020 Dana Desa harus ditambah lagi, 2021 ditambah lagi, 2022 ditambah lagi, dan seterusnya ditambah terus. Karena ini adalah fondasi, syarat bagi kemajuan bangsa ini, basic-nya adalah di desa.
Saya tadi dibisiki oleh Pak Menteri Desa, income per kapita di desa dalam empat tahun ini meningkat hampir dua kali lipat. Betul, Pak Menteri? Inikan sebuah loncatan yang sangat besar sekali, loncatan yang sangat besar sekali. Bank Dunia mengakui keberhasilan Dana Desa ini yang kita telah laksanakan selama empat tahun ini.
Dan kita harapkan, sekali lagi, dari anggaran yang ada ini, saya titip sekali lagi kalau membangun jembatan, membangun jalan, membangun irigasi, saya titip berkali-kali di mana-mana, gunakan material yang ada di desa, beli material yang ada di desa itu. Entah beli batu bata, entah beli batu, entah beli pasir, entah beli semen, gunakan semua potensi yang ada di desa. Kalau kepepet betul, ya paling enggak masuk ke lingkup kecamatan. Sudah. Ada yang tanya ke saya, “Pak, harga semennya terpaut Pak Rp4.000-5.000?” Enggak apa-apa, tetap beli di desa supaya uang itu tetap beredar dari warung ke warung, toko-toko yang ada di desa itu.
Yang kedua, gunakan 100 persen tenaga kerjanya, untuk proyek-proyek yang ada itu gunakan 100 persen dari tenaga lokal yang ada di desa itu. Kalau kurang, enggak apa-apa ke desa tetangga ambil. Supaya peredaran uang di desa ini terus, terus, terus, tambah terus. Karena setiap tahun kita tambah, kita tambah. Percuma lari masuk lagi ke kota, percuma. Lari masuk lagi ke Jakarta, percuma.
Kita lihat, kita lihat dari Rp187 triliun sampai akhir 2018, telah dibangun 191.000 kilometer jalan desa. Ini panjang sekali di desa-desa di seluruh tanah air. Panjang sekali, panjang sekali. Kalau ada yang bilang Dana Desa ini tidak berhasil, ya silakan langsung omong ke pendamping-pendamping desa. Yang bantah enggak usah saya, pendamping desa omong, omong, omong, semua akan mengerti. Posyandu, 24.000 posyandu yang telah terbangun dari Dana Desa sampai 2018. PAUD, 50.000 PAUD telah terbangun dari Dana Desa.
Artinya ini sebuah pekerjaan besar yang banyak telah selesai tapi memang sering ketutup karena pembangunan jalan tol, pembangunan airport besar, pembangunan pelabuhan besar. Padahal ini lebih fundamental, menurut saya. Pasar desa, pasar desa memang pasar kecil-kecil, pasar di desa masa bangunnya kayak mal, kan enggak. Pasar desa kecil-kecil tapi ada telah kita bangun 8.900 pasar desa. Ini tempat pertemuan produk-produk yang dihasilkan petani, baik itu dari pertanian maupun dari perajin-perajin yang ada di desa. Di situ kumpulnya, di pasar-pasar desa. Irigasi, embung, air bersih, BUMDes, saya enggak usah sebutkan. Banyak sekali yang telah dihasilkan dari Dana Desa ini.
Oleh sebab itu, sekali lagi, ke depan mulai kita geser. Infrastruktur tetap tetapi sebagian mulai kita geser kepada pemberdayaan ekonomi, kita geser pada inovasi-inovasi desa. Contoh, desa yang memiliki kekuatan wisata, di Jawa Timur ini banyak tempat-tempat indah ya itu garap dengan baik. Kalau misalnya mempunyai umbul air yang gede, didesain yang baik, dipromosikan yang baik, masukkan Instagram, Facebook, promosikan di Twitter sehingga menjadi sebuah destinasi wisata, tujuan wisata di desa itu. Saya berikan contoh, ada di Jawa Tengah satu yang namanya Umbul Ponggok. Digarap, dikerjakan setahun bisa mendatangkan income Rp14 miliar. Daerah yang lain juga bisa mengerjakan ini dengan pola yang sama tapi mungkin produknya berbeda. Kenapa tidak? Sekali lagi, potensi kekuatan desa sekarang ini menjadi sebuah fondasi kuat bagi pertumbuhan ekonomi di tanah air kita.
Yang kedua, saya minta maju ada yang dari Madura?
Ada yang paling ujung timur? Ya maju!
Ada yang paling ujung barat? Ya maju!
Saya ingin tahu betul sebetulnya problem-problem yang ada di desa kita itu apa.
Jadi di sini juga hadir Badan Permusyawaratan Desa, ada?
Pengurus BUMDes ada?
Ada Kader-kader PAUD, Posyandu?
Yang TPID?
Ya sudah.
Kenalkan dulu nama.
(Dialog Presiden Republik Indonesia dengan Perwakilan Pendamping Desa)
Ya baiklah, saya rasa itu. Terima kasih. Sebentar-sebentar, sekarang ini kan menjelang pilpres, tidak diperbolehkan ngasih sepeda. Ya saya senang-senang saja anggaran kita malah enggak berkurang. Sebagai gantinya, ini kita beri foto. Foto langsung jadi. Bekerja sekarang ini memang kecepatan, harus serba cepat. Baru naik lima menit fotonya jadi. Tapi yang perlu saya sampaikan foto ini dibandingkan sepeda mahal ini karena di belakangnya ada tulisan, Istana Presiden Republik Indonesia. Yang mahal itu.
Ya saya kira gamblang semuanya, jelas ya apa yang disampaikan.
Yang terakhir, saya ingin menambahkan sedikit. Negara kita ini negara besar. Penduduk kita sekarang sudah 260 juta. Yang hidup di Pulau Jawa itu 149 juta, sisanya ada di 17.000 pulau yang kita miliki dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote. Apa yang ingin saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini, negara kita Indonesia ini dianugerahi oleh Allah berbeda-beda, beraneka ragam, majemuk. Itu sudah sunatullah, sudah hukum Allah yang diberikan kepada kita bangsa Indonesia. Jadi saya juga titip agar disampaikan di masyarakat di desa mengenai keberagaman itu, mengenai perbedaan-perbedaan itu; berbeda suku, berbeda agama, berbeda adat, berbeda tradisi, berbeda bahasa daerah. Ini sudah sunatullah, ini hukum Allah yang diberikan kepada bangsa kita Indonesia.
Oleh sebab itu, saya selalu mengajak marilah kita merawat, menjaga persatuan kita, memelihara, menjaga persaudaraan kita, ukhuwah kita, menjaga dan merawat kerukunan kita. Jangan sampai ini gara-gara biasanya dimulai, ini diingatkan ke bawah, dari pilihan bupati, pilihan walikota, pilihan gubernur, pilihan presiden. Ini dimulai biasanya dari situ tapi di Jawa Timur enggak ada. Antarkampung enggak saling omong gara-gara pilihan bupati, antartetangga enggak saling bicara gara-gara pilihan gubernur, di majelis taklim enggak omong, enggak saling sapa gara-gara pilihan presiden. Banyak itu. Padahal kita tahu kan setiap lima tahun itu yang namanya pilkada, pilihan bupati, pilihan walikota, pilihan gubernur pasti ada, selalu ada. Pilihan presiden juga selalu ada. Apa ini mau kita terus-teruskan seperti itu? Ini perlu diingatkan, perlu saya ingatkan dan Bapak, Ibu, Saudara-saudara semuanya ingatkan masyarakat mengenai ini.
Perbedaan pilihan itu enggak apa-apa kok. Enggak apa-apa berbeda pilihan. Kalau ada pilihan bupati calonnya tiga, A/B/C, gampang,ya dilihat saja prestasinya apa, sudah berprestasi apa, punya pengalaman enggak dalam pemerintahan? Dipikir gampang jadi bupati? Jadi gubernur dipikir gampang? Programnya apa, dilihat. Idenya apa, dilihat. Gagasannya apa, dilihat. Masyarakat terus diedukasi itu sehingga kita cerdas dalam berpolitik, pintar dalam berpolitik.
Bukan seperti sekarang akhir-akhir ini yang ramai ujaran kebencian, fitnah, hoaks, saling mencela. Itu bukan etika Indonesia, itu bukan tata krama Indonesia, itu bukan nilai-nilai agama yang kita anut. Rugi besar kita kalau ini diterus-teruskan. Kita ini memiliki sopan santun, memiliki budi pekerti, memiliki tata krama, memiliki etika ketimuran, memiliki nilai-nilai agama. Kalau itu kita enggak lihat, berbahaya sekali Gampang sekali sebenarnya memilih itu. Ya tadi, lihat prestasinya, lihat pengalamannya, lihat gagasannya, lihat programnya, lihat idenya. Ya sudah, itu saja.
Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini.
Terima kasih.
Selamat bekerja.
Selamat bertugas.
Saya tutup.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.