Sosialisasi Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), 6 Maret 2019, di Gelanggang Olahraga (GOR) Bulungan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, DKI Jakarta

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 6 Maret 2019
Kategori: Sambutan
Dibaca: 2.241 Kali

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillahirrabbilalamin,
wassalatu wassalamu ‘ala ashrifil anbiya i wal-mursalin,
Sayidina wa habibina wa syafiina wa maulana Muhammaddin,
wa ‘ala alihi wa sahbihi ajma’in amma ba’du.

Yang saya hormati Bapak Menteri Sosial, Bapak Koordinator Staf Khusus Presiden, Bapak Gubernur DKI Jakarta, Bapak Wali Kota Jakarta Selatan, para Dirjen Kementerian Sosial yang hadir,
Serta Ibu-ibu semuanya penerima Program PKH yang sore hari ini hadir di tempat ini,
Serta seluruh pendamping SDM PKH yang saya cintai, yang saya banggakan.

Sore hari ini saya sangat berbahagia sekali bisa bertemu dengan Ibu-ibu semuanya, terutama para penerima program PKH. Tahun lalu kita ingat ya, tahun lalu setiap penerima Program PKH mendapatkan Rp1.890.000, betul? Tahun lalu. Tahun ini meningkat drastis karena anggaran yang sebelumnya seluruh Indonesia Rp19 triliun semuanya, tahun ini Rp34 triliun. Yang dulunya dapat Rp1.890.000 sekarang ada yang dapat Rp3,8 juta, ada yang dapat Rp2,7 juta, ada yang dapat Rp4 juta lebih, ada.

Sudah cair belum yang Januari? Sudah habis atau masih di buku? Ada ndak yang masih sisa di atas Rp500.000? Tidak? Ada? Itu ada. Ada ndak yang di atas Rp500.000 masih? Di sana ada? Oke. Nanti awal bulan April, berarti sebulan lagi akan ditransfer tahapan yang kedua. Tapi Ibu-ibu jangan segera dihabiskan, direm, direm. Begitu ditransfer langsung, “habis, Pak.” Nanti April ditransfer lagi, “habis, Pak.” Direm. Penggunaannya  yang tepat sasaran. Digunakan untuk beli seragam sekolah boleh? Dipakai untuk beli sepatu dan tas sekolah boleh? Dipakai untuk beli telur boleh? Dipakai untuk beli ikan boleh? Untuk gizi anak boleh. Dipakai untuk beli pulsa boleh? Siapa tadi yang ngomong boleh tadi? Maju ke depan. Beli pulsa boleh, ngomong tadi ada yang boleh, gitu. Maju ke depan saya beri sepeda. Janjian ya, tidak boleh. Hati-hati, tidak boleh untuk beli pulsa. Untuk beli ini (baju) boleh? Beli ini  (makeup) boleh? Boleh? Tidak boleh.

Saya ingat ya, saya ingat waktu kecil saya. Saya itu dilahirkan di bantaran sungai, dekat kali gitu. Tahun ‘70 saya ingat, rumah saya digusur habis, gusur. Saya ingat saya nebeng di rumahnya kakaknya ibu saya, kemudian setelah itu baru cari kontrak, pindah empat kali. Apa yang ingin disampaikan? Bahwa yang namanya PKH ini penting sekali untuk memberikan tambahan gizi bagi anak-anak kita. Agar anak-anak kita sehat, agar anak-anak kita cerdas. Anak-anak kita memiliki masa depan dan ini harus disiapkan lewat PKH ini.

Jadi kalau beli telur, saya ingat kecilan saya, beli telur satu gitu, anaknya ibu saya itu ada empat, diiris jadi empat. Dapatnya kecil-kecil seperti ini, itu seminggu sekali. Ini tidak boleh. Sekarang, kalau beli telur ya satu, anaknya diberi satu, nih. Dapat PKH masak telur hanya diiris-iris lagi kayak gitu. Nanti kalau saya tahu-tahu masuk ke rumahnya Ibu-ibu semuanya, ada telur masih diiris-iris jadi empat atau jadi delapan, awas. Gizi anak penting untuk kesehatan, gizi anak penting untuk kepandaian, kepintaran anak-anak kita ke depan. Kita harus menyadari itu. Negara ini butuh anak-anak yang pintar, anak-anak yang sehat dalam rangka kompetisi dengan negara-negara lain. Penting sekali.

Anak-anak, Ibu yang ada di sini, tadi saya baru saja membagikan Kartu Indonesia Pintar di Lebak Bulus. Sudah kita bagi, nih, nih, nih, nih, kita bagi. Padahal di Jakarta, Pak Gub juga memiliki KJP Plus, nih, nih, nih. Sekarang ada PKH, nih, nih, nih, nih. Ibu-ibu sudah sangat diringankan. Dan ke depan kita memiliki satu kartu lagi yang namanya KIP Kuliah, seperti ini. Ini penting KIP Kuliah agar anak-anak kita terjamin bisa berprestasi di SD, SMP, SMA/SMK, tetapi juga bisa naik untuk juga bisa kuliah. Nih, mau ndak? Siapa yang enggak mau maju saya beri sepeda. Ini, jadi ini tahun depan akan kita keluarkan yang namanya KIP Kuliah.

Dan coba saya ingin yang saldonya paling banyak maju. Masih ada berapa coba tunjuk jari! Ya enggak apa-apa. Mungkin Rp200.000 ada? Masyaallah. Rp100.000 ada? Ini masih Rp100.000? Ini gini-gini (geleng-geleng) berarti tinggal Rp50.000 ribu itu mungkin. Ada? Enggak ada? Enggak ada? Ibu masih? Ya maju sini, sudah. Masih Rp100.000. Ibu masih? Berapa? Seratus? Maju sini. Sudah jangan banyak-banyak yang maju, semuanya mau maju. Sudah tiga orang. Ibu saja. Setop, sudah, cukup, tiga orang. Di sana ada yang Rp200.000 ada? Enggak ada? Enggak ada?

Ya, oke. Silakan dikenalkan Bu, nama.

(Dialog Presiden Republik Indonesia dengan Perwakilan Penerima PKH & BNPT)

Paiyem (Penjual Jamu dari Pondok Pinang)
Nama saya Ibu Paiyem. Tinggal di Pondok Pinang. Pekerjaan saya tukang jamu.

Presiden Republik Indonesia
Nggih, mpun. Sekarang Januari dapat transfer berapa?

Paiyem (Penjual Jamu dari Pondok Pinang)
Rp800.000.

Presiden Republik Indonesia
Rp800.000. Pertanyaan saya, dipakai untuk apa saja? Rp800.000 itu banyak lho.

Paiyem (Penjual Jamu dari Pondok Pinang)
Dipakai kemarin buat beli seragam anak saya. Habis Rp300.000. Seragam sama tas, Pak.

Presiden Republik Indonesia
Oh, seragam sama tas. Oh belum rampung tadi, seragam sama tas Rp300.000, oke. Terus? Berarti masih Rp500.000, beli apa lagi?

Paiyem (Penjual Jamu dari Pondok Pinang)
Buat bayar SPP. Anak saya masuk madrasah.

Presiden Republik Indonesia
Berapa bayar SPP?

Paiyem (Penjual Jamu dari Pondok Pinang)
Tiga bulan.

Presiden Republik Indonesia
Bayar tiga bulan, nggih. Pinten? Berapa?

Paiyem (Penjual Jamu dari Pondok Pinang)
Rp170.000 sebulannya.

Presiden Republik Indonesia
Rp170.000 sebulan. Berarti tiga bulan kali tiga, berarti Rp410.000.

Paiyem (Penjual Jamu dari Pondok Pinang)
Iya.

Presiden Republik Indonesia
Oke, habis ya benar. Tinggal Rp90.000.

Paiyem (Penjual Jamu dari Pondok Pinang)
Iya. Untuk jajan anaknya, Pak.

Presiden Republik Indonesia
Apa itu? Jajan apa? Hati-hati, jajan apa ini?

Paiyem (Penjual Jamu dari Pondok Pinang)
Jajan sehari-hari, kasih tiap hari saja. Jajannya ya paling apa sih Pak kalau anak kecil, Chiki.

Presiden Republik Indonesia
Eh, jajan yang enak itu yang ada gizinya ya, hati-hati. Telur boleh, ikan boleh, hati-hati, sayur boleh. Belikan hal-hal yang berkaitan dengan gizi, ya. Sekarang Ibu nanti April dapat berapa lagi?

Paiyem (Penjual Jamu dari Pondok Pinang)
Belum tahu.

Presiden Republik Indonesia
Ya belum, tapi kurang lebih kan sama. Belum tahu? Oh, ya nanti diberi tahu. Oke, terima kasih Bu Paiyem.

Silakan, kenalkan.

Nurhayati (Dari Kelurahan Bangka)
Saya namanya Nurhayati. Saya dari Kelurahan Bangka. Saya tinggalnya di Jalan Kemang Barat II.

Presiden Republik Indonesia
Januari dapat transfer berapa?

Nurhayati (Dari Kelurahan Bangka)
Dapat Rp2.400.000.

Presiden Republik Indonesia
Rp2.400.000. Dapat transfer Rp2.400.000, oke. Kok banyak banget? Saya cek (buku tabungannya). Ini duitnya masih banyak banget gitu kok.

Nurhayati (Dari Kelurahan Bangka)
Kan buat sekolah anak, Pak.

Presiden Republik Indonesia
Ya, iya. Tapi masih ini. Kan saldonya masih Rp1.300.000.

Nurhayati (Dari Kelurahan Bangka)
Ya kan untuk persiapan sekolah, masa dibelanjain semua Pak?

Presiden Republik Indonesia
Ya tadi kan saya tanya yang saldonya masih lebih dari Rp500.000.

Nurhayati (Dari Kelurahan Bangka)
Saya, kan lebih.

Presiden Republik Indonesia
Ini bagus. Bukan saya mau protes, ini bagus, artinya pengeluarannya dikendalikan. Betul. Masih Rp1.300.000, ya. Oke, sekarang pertanyaan saya, sisa dari transfer yang pertama dipakai untuk apa saja?

Nurhayati (Dari Kelurahan Bangka)
Pertama, saya untuk belanja sayur-sayuran, ikan, dan daging untuk anak.

Presiden Republik Indonesia
Untuk anak-anak. Suami enggak diberi?

Nurhayati
(Dari Kelurahan Bangka)
Sedikit. Jadi satu keluarga ya makan, Pak.

Presiden Republik Indonesia
Ya, suami ya diberi tho mesti tapi prioritas anak. Oke, terutama ikannya, sayurnya anak penting. Ya, terus?

Nurhayati (Dari Kelurahan Bangka)
Yang kedua, saya untuk ojek, jemput anak sekolah. Kan saya jalan kaki jemputnya, pulangnya saya naikin ojek.

Presiden Republik Indonesia
Oke, terus? Tiga, untuk apa lagi?

Nurhayati (Dari Kelurahan Bangka)
Belanja lagi buat beli tas sama sepatu anak.  Sisanya buat belanja sama ditabung. Itu saja Pak, nanti keperluan anak buat sekolah tinggal ngambil.

Presiden Republik Indonesia
Tinggal ngambil, oke. Gitu. Begitu ditransfer Rp2.00.000 langsung habis. Ibu Nur tadi betul, masih Rp1.300.000. Benar, Rp1.330.000-an masih. Bagus. Ini pegang, suatu saat kita butuh-butuh yang sangat mendadak untuk anak sekolah masih ada stoknya. Gitu lho. Ditransfer Rp800.000 tinggal Rp90.000. Ditransfer nanti Rp2.400.000, bagus masih Rp1.330.000.

Ini tolong betul-betul ada pembukuan, ada perencanaan. Nanti ditransfer April, datang lagi ditransfer, dipakai apa harus direncanakan mulai sekarang. Oh, nanti dapat transfer kurang lebih sama, saya akan pakai untuk ini, ini, ini, ini, ini, gitu. Jangan nanti kalau transfer langsung kaget, “untuk apa ya, untuk apa ya, untuk apa ya.” Akhirnya untuk beli ini (baju/make up). Hati-hati.

Silakan Bu dikenalkan.

Nur Komariah (Dari Kampung Rawa)
Nama saya Nur Komariah. Dari Kampung Rawa.

Presiden Republik Indonesia
 Ya, Ibu transfer dapat berapa Januari?

Nur Komariah (Dari Kampung Rawa)
Rp1.050.000.

Presiden Republik Indonesia
Rp1.050.000. Sekarang masih berapa?

Nur Komariah (Dari Kampung Rawa)
Rp113.000. Buat beli itu, Pak, anaknya kan PKL…

Presiden Republik Indonesia
Sebentar, belum ditanya kok. Saya baru, apa yang mau saya tanyakan, gitu lho. Tahu-tahu kok tinggal Rp113.000. Oke, dipakai untuk apa sudah?

Nur Komariah (Dari Kampung Rawa)
Anak saya PKL, beli celana hitam dan kemeja sama sepatu. Sama belanja sayuran, ayam.

Presiden Republik Indonesia
Ayam. Telur? Untuk siapa itu?

Nur Komariah (Dari Kampung Rawa)
Anak saya.

Presiden Republik Indonesia
Terus kalau nanti dapat transfer lagi, awal April dapat transfer, datang lagi, waduh gede lagi, mau dipakai apa?

Nur Komariah (Dari Kampung Rawa)
Bayar semesteran.

Presiden Republik Indonesia
Bayar semesteran, oke. Sudah, berarti sudah punya perencanaan seperti itu. Jangan sampai sudah ada transfer-transfer seperti itu, begitu ada uang untuk semesteran bingung karena sudah terlanjur habis. Hati-hati, direncanakan, uang-uang ini direncanakan.

Ibu-ibu ini mau diteruskan ndak transfernya? Mau ditambah ndak? Mau, mau. Ya didoakan, doakan moga-moga APBN kita makin bertambah dan bisa  kita tingkatkan lagi.

Oke silakan kembali Bu. Oh, ini, ini, sebentar. Biasanya yang saya suruh maju itu diberi sepeda tapi ini karena mau pilpres tidak boleh bagi sepeda. Ya untung saya malah sepeda saya enggak habis. Saya beri foto saja, ini fotonya. Ini kerja cepat, baru lima menit di atas panggung sudah dapat foto. Ini kalau ditukar sama sepeda bisa dapat sepuluh. Enggak percaya? Coba saja. Karena ini albumnya ada tulisannya ini lho, ‘Istana Presiden Republik Indonesia’, yang mahal ini, bukan albumnya. Enggak percaya coba nanti tukar saja, banyak yang mau itu. Oke silakan Bu. Oke, sama-sama. Terima kasih. Oke.

Apa? Mau maju? Begitu tahu diberi foto mau maju semuanya. Tadi enggak ada yang tunjuk jari.

Baiklah Ibu-ibu yang saya hormati,
Sekali lagi, tolong yang namanya anggaran PKH ini digunakan betul-betul untuk kepentingan keluarga kita, gizi, tambahan gizi, untuk pendidikan anak-anak kita. Kita ingin ke depan anak-anak kita ini pintar semuanya, bisa berkompetisi dengan negara-negara lain, sehat-sehat semuanya, pintar semuanya sehingga memang harus disiapkan mulai dari sekarang. Anak yang gizinya baik pasti nanti gedenya juga sehat, anak yang gizinya baik kebanyakan itu juga ininya juga pintar dan cerdas. Ya.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini.
Sekali lagi, terima kasih.
Saya tutup.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sambutan Terbaru