Status Gunung Slamet Turun Menjadi Waspada
Terhitung mulai hari Senin (5/1) pukul 16:00 WIB, Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG)menurunkan status Gunung Slamet yang terletak di perbatasan Kabupaten Brebes, Banyumas, Purbalingga, dan Tegal, Jawa Tengah telah turun statusnya dari sebelumnya Siaga (Level III) menjadi Waspada (Level II).
Namun meski statusnya telah diturunkan menjadi waspada, namun PVMBG tetap meminta masyarakat dan pengunjung/wisatawan tidak melakukan aktivitas apapun, termasuk pendakian pada radius 2 km dari Kawah Gunung Slamet.
Pihak PVMBG menegaskan, tetap akan melakukan pemantauan secara intensif guna melakukan evaluasi aktivitas Gunung Slamet, dan berkoordinasi dengan pemerintah daerah setempat.
Disebutkan dalam siaran pers PVMBG, tingkat aktivitas Gunung Slamet akan dinaikkan/diturunkan jika terjadi peningkatan/penurunan aktivitas vulkanik.
Karena masih berstatus waspada, PVMBG meminta agar masyarakat dan wisatawan tidak melakukan aktivitas di daerah aliran sungai yang berhulu di G. Slamet, terutama sisi barat-barat laut Gunung Slamet, yaitu Kali Gung Daerah Wisata Guci dan Kali Pedes Desa Sawangan untuk menghindari bahaya lahar dari tumpukan material letusan di puncak saat hujan.
Gunung Slamet adalah gunungapi strato berbentuk kerucut dengan tinggi puncak 3432 mdpl. Secara administratif Gunung Slamet masuk ke dalam 5 wilayah kabupaten yaitu Kabupaten Pemalang, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Brebes, Kabupaten Tegal, dan Kabupaten Purbalingga, Provinsi Jawa Tengah. Sementara secara geografis puncak G. Slamet terletak pada posisi 7o 14 30 Lintang Selatan dan 109o 12 30 Bujur Timur.
Pada 10 Maret 2014 lalu, tingkat aktivitas Gunung Slamet dinaikan dari Normal (level I) menjadi Waspada (level II). Kemudian pada 30 April 2014 dinaikan dari Waspada (level II) menjadi Siaga (level III), dan tanggal 12 Mei 2014 diturunkan kembali menjadi Waspada (level II).
Tanggal 12 Agustus 2014 pukul 10.00 WIB tingkat aktivitas Gunung Slamet dinaikan dari Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III). Pemantauan secara kontinyu terus dilakukan dari Pos PGA Slamet di Desa Gambuhan, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang, dengan menggunakan metoda visual, seismik, deformasi, dan geokimia.
Menurut PVMBG, potensi bahaya Gunung Slamet antara lain, erupsi masih berpotensi terjadi yang menghasilkan material berukuran abu sampai lapili (berukuran 1-4 cm) dan lontaran material pijar.
Hasil erupsi berukuran lapili ancamannya hanya berada di sekitar puncak, yaitu dalam radius 2 km. Sedangkan hasil erupsi berupa abu vulkanik ancamannya dapat mencapai radius 10 km (bergantung angin), bunyi siaran pers itu.
Erupsi yang disertai lontaran material pijar ancamannya berada di sekitar puncak di dalam radius 2 km. Potensi terjadinya lahar dapat berasal dari endapan abu/material erupsi dan curah hujan tinggi. Lahar berpotensi terjadi di lembah-lembah sungai yang berhulu di G. Slamet. Endapan material letusan yang ada di barat dan barat laut G. Slamet, dapat berpotensi lahar saat terjadi hujan karena bukaannya ke arah barat dan barat laut. (Humas Kementerian ESDM/ES)