Tak Bisa Pahami Presiden Dilma, Menlu: Selama Ini Hubungan RI – Brasil Sangat Baik

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 24 Februari 2015
Kategori: Berita
Dibaca: 52.280 Kali
Menlu Retno Marsudi didampingi Dubes RI untuk Brasl Toto Riyanto memberikan keterangan kepada wartawan, di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (24/2)

Menlu Retno Marsudi didampingi Dubes RI untuk Brasl Toto Riyanto memberikan keterangan kepada wartawan, di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (24/2)

Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno LP Marsudi mengaku tidak bisa memahami tindakan Presiden Brasil Dilma Rousseff yang menunda penerimaan surat kepercayaan atau credential letter dari Dubes RI untuk Brasil, Toto Riyanto, hanya beberapa saat sebelum dimulainya upacara kenegaraan yang dilaksanakan di Istana Kepresidenan Rio de Janeiro, Jumat (20/2).

“Presiden Dilma katakan menunggu hubungan yang lebih baik. Tapi kita tidak paham karena selama ini hubungan (RI – Brasil) sangat baik,” kata Retno kepada wartawan seusai bersama Dubes RI di Brasil Toto Riyanto bertemu Presiden Joko Widodo (Jokowi), di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (24/2).

Menlu menilai, tindakan yang dilakukan pemerintah Brasil, dimana pada saat-saat terakhir Menlu mereka memanggil Dubes Toto Riyanto mengenai penundaan penerimaan credential tidak dapat diterima.

“Ini adalah masalah martabat bangsa, masalah kedaulatan karena duta besar hadir di sana bukan mengatasnamakan pribadi tapi membawa surat kepercayaan Presiden RI,” tegas Menlu.

Menlu Retno Marsudi tidak bisa memastikan sampai kapan Dubes Toto Riyanto ditarik ke tanah air. Mewakili pemerintah dan negara, Menlu mengatakan, kita menunggu perkembangan.

“Kita tidak bicara tenggat waktu, Dubes di Indonesia sampai waktu yang belum ditentukan,” tegas Retno.

Terkait dengan ketidaksukaan Presiden Brasil atas eksekusi mati terpidana narkoba yang melibatkan dua warganya, Menlu mengatakan, Presiden Jokowi sudah menjelaskan posisi pemerintah terkait hukuman mati itu, bahwa pemerintah meminta jangan ada intervensi dari negara manapun terkait pelaksanaan eksekusi mati itu.

“Hukuman mati adalah penegakan kedaulatan hukum dan politik,” tegas Menlu.

Namun Menlu memastikan, pihaknya akan hati-hati mengelola hubungan Indonesia dengan Brasil itu. Ia pun menjelaskan, demi menjaga hubungan baik antar dua negara, pemerintah Brasil diminta untuk menghormati kedaulatan hukum di Indonesia.

“Karena dalam hal sejauh ini hubungan Indonesia-Brasil dalam kondisi yang baik, jadi saya kira posisi Indonesia sangat jelas baik isu kedaulatan hukum, isu kemartabatannya juga isu menjaga hubungan baik dengan negara lain,” kata Retno.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, ada dua warga negara Brasil yang telah dan akan dieksekusi terkait posisinya sebagai terpidana mati narkoba. Yang pertama adalah Marco Archer yang telah dieksekusi mati pada 17 Januari lalu, dan satu lagi warga Rodrigo Gularte yang juga terancam diekseksi mati setelah dinyatakan bersalah melakukan perdagangan narkoba.

(*/ES)

Berita Terbaru