Taksi Air, Urat Nadi yang Masih Berdenyut di Mahakam

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 11 Januari 2016
Kategori: Nusantara
Dibaca: 12.430 Kali
Taksi air Norbudi 2 saat berada di Kampung Batu Majang beberapa waktu lalu. (humas BPPD Kaltim)

Taksi air Norbudi 2 saat berada di Kampung Batu Majang beberapa waktu lalu. (humas BPPD Kaltim)

Transportasi air di Sungai Mahakam menjadi semacam urat nadi yang tak mungkin dipisahkan dari kehidupan masyarakat di Kabupaten Mahakam Ulu. Selain sebagai sarana transportasi air, tidak sedikit perkampungan yang penduduknya menggantungkan diri dari keberadaan sungai dengan berprofesi sebagai nelayan, bidang usaha jasa, atau pendulang emas tradisional.

Sungai Mahakam menjadi penghubung ibu kota provinsi  dengan kampung-kampung di pedalaman. Sungai Mahakam yang berhulu di bagian Barat Laut Kaltim tersebut, menjadi ‘jalur emas’ yang perannya tak terkira dalam kehidupan masyarakat. Salah satu moda transportasi air tersebut yaitu taksi air yang melayani perjalanan dari Samarinda menuju Kecamatan Long Bagun Kabupaten Mahakam Ulu. Nahkoda Kapal Norbudi 2, Idhar mengatakan, setiap hari ada satu kapal yang hilir mudik menuju Long Bagun sehingga totalnya ada 14 kapal dalam satu minggu.

“Tantangan di saat air besar seperti sekarang yaitu banyak ces (kapal motor tempel) yang melintas ataupun berhenti sehingga kapal tidak dapat dikemudikan dengan cepat,” ujar Idhar.

Lelaki kelahiran Muara Muntai Kabupaten Kutai Barat ini menandaskan, waktu tempuh selama arus sungai sedang deras bisa mencapai satu hari dua malam dengan tempat terjauh di Kecamatan Long Bagun. “Jika air dangkal, kapal hanya bisa menjangkau sampai Long Iram saja,” ungkapnya.

Bahan Bakar Minyak (BBM) yang dibutuhkan, lanjut pria yang telah menggeluti pekerjaan ini selama 25 tahun, untuk perjalanan sampai Kecamatan Long Bagun adalah sebanyak 15 drum. “Tapi, kalau air besar bisa sampai 17 drum,” imbuhnya.

Taksi air yang memiliki kapasitas angkut 40 ton ini mengangkut kebutuhan dasar masyarakat seperti sembako, peralatan rumah tangga dan kendaraan roda dua.

“Setiap barang ada kriteria masing-masing untuk ongkos angkutnya. Misalnya, motor dikenakan Rp400 ribu per motor, Rp400ribu per orang dan Rp5000 per dus untuk ukuran kardus mie instan,” kata Idhar.

Dibangunnya jalan darat menuju Kabupaten Mahakam Ulu membuat Idhar tak pesimis terkait meredupnya transportasi air ini. Ia percaya rejeki telah diatur Tuhan termasuk untuk dirinya. “Apapun yang dibangun pemerintah selama itu baik tentunya akan baik juga untuk semuanya,” harapnya. (Humas BPPD Kaltim/ES)

Nusantara Terbaru