Tanjungpinang Berpotensi Jadi Kawasan Wisata Mangrove
Kementerian Perindustrian akan bekerjasama dengan kementerian Pariwisata untuk mengembangkan Tanjungpinang, Kepulauan Riau, menjadi kawasan wisata mangrove.
“Kami akan survei ke sana dan membuat focus group discussion, kemudian kami buat model industri dahulu,” kata Dirjen IKM Kemenperin Euis Saedah di Jakarta, Rabu (21/10).
Euis Saedah mengatakan Kemenperin juga akan mengidentifikasi potensi industri, terutama sektor Industri Kecil Menengah (IKM) di Tanjungpinang, Kepulauan Riau.
Usai mendampingi Menteri Perindustrian Saleh Husin saat menggelar pertemuan dengan Walikota Tanjungpinang Lis Darmansyah di gedung Kemenperin, Jakarta, Euis mengatakan
Tanjungpinang memiliki tanaman mangrove yang bagus, di mana dari 12 jenis mangrove di dunia, 11 jenis ada di sana.
Sehingga, lanjutnya, bisa dijadikan wisata mangrove, yang bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata, kemudian buah mangrove bisa dijadikan tepung alternatif dan kulit kayu yang dibuang bisa jadi pewarna alami.
Sementara itu, Lis Darmansyah mengatakan bahwa meskipun berada pada zona perdagangan bebas atau Free Trade Zone (FTA) Tanjung Pinang masih belum dilirik investor untuk menanamkan modalnya.
“Dengan demikian, relatif FTZ yang sudah berjalan hanya di Batam. Pulau Bintan termasuk Tanjungpinang FTZ belum berjalan, karena lahan sendiri belum ada pembebasan dan milik masyarakat, serta belum ada sentra industri,” kata Lis.
Lis menambahkan, ia ingin Tanjung Pinang memiliki sentra industri untuk bisa dibina dan dikembangkan, sekaligus sarana energi listrik yang mendukung.(Humas kemenperin/ES)
“Kami punya Bauksit, Timah. Defisit listrik untuk masyarakat sekitar 10 MW, jika ingin mengembankan industri setidaknya butuh 100-200 MW. Sekarang pembangkit yang ada milik PLN mesin diesel tahun 1986, sudah uzur kapasitas total 57 MW,” katanya.(Humas Kemenperin/ES)