Tantangan Ketahanan Pangan Indonesia

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 17 September 2015
Kategori: Opini
Dibaca: 45.589 Kali

OktavOleh: Oktavio Nugrayasa, SE, M.Si*)

Dewasa ini ketahanan pangan merupakan isu strategis dalam pemenuhan kebutuhan konsumsi dan kesejahteraan masyarakat karena akan menentukan kestabilan ekonomi, sosial, dan politik dalam suatu negara. Pemenuhan kebutuhan pangan menjadi tantangan tersendiri bagi Indonesia yang merupakan negara kepulauan.

Letak geografis dan luas wilayah Indonesia menjadi penyebab adanya perbedaan kondisi tanah dan kecocokan terhadap jenis-jenis tanaman termasuk sumber pangan yang dihasilkan. Perbedaan budaya bercocok tanam dan makanan pokok antar daerah juga ikut andil mempengaruhi pilihan masyarakat dalam memilih komoditas pangan yang akan di konsumsi.

Secara umum potensi sumber pangan yang dimiliki Indonesia sebagai pilihan konsumsi masyarakat terbilang cukup banyak, yaitu ada 77 jenis sumber karbohidrat, 26 jenis kacang-kacangan, 389 jenis buah-buahan, 228 jenis sayur-sayuran, 110 jenis rempah-rempahan dan bumbu-bumbuan, 40 jenis bahan minuman serta 1.260 jenis tanaman obat. Hal ini membuktikan bahwa bangsa kita sebenarnya merupakan negara yang sangat kaya akan biodiversitasnya atau biasa disebut keanekaragaman hayati mencakup gen, spesies tumbuhan, hewan dan mikroorganisme serta ekosistem dengan proses ekologi dari bentuk kehidupan yang merupakan bagiannya.

Akibat belum maksimalnya pengelolaan hasil komoditas pangan menyebabkan kondisi ketahanan pangan nasional saat ini dirasakan masih jauh dari yang diharapkan. Diperkuat penilaian dari Para Pakar Ekonomi yang tergabung dalam Forum Economis Intelligence Unit (EUI) tahun 2014, bahwa perkembangan indeks ketahanan pangan (IKP) global Indonesia menempati posisi pada urutan 64, angka tersebut jauh di bawah Malaysia (33), China (38), Thailand (45), Vietnam (55) dan Philipina (63).

Meskipun setiap tahunnya angka produktivitas padi Indonesia selalu ada peningkatan antara 1-3 persen atau selama 30 tahun terakhir produksi panen padi telah meningkat dua kali lipat, bahkan untuk produksi jagung bisa meningkat sampai empat kali lipat.

Sehingga pencapaian prestasi tersebut masih dirasakan belum signitifikan, mengingat berdasarkan hitungan angka yang dihasilkan dari impor beberapa komoditas bahan pangan yang masuk ke Indonesia, tercatat cukup tinggi angka peningkatan dari tahun ke tahun, hal ini menunjukan gambaran bahwa bangsa kita sebenarnya masih mengalami permasalahan di sektor ketahanan pangan.

Peningkatan Nilai Ketahanan Pangan Nasional

Keragaman sumber daya alam dan keanekaragaman hayati yang kita dimiliki adalah merupakan keuntungan yang sangat besar dalam rangka mendukung peningkatan konsumsi masyarakat menuju ketahanan pangan yang beragam dan bergizi seimbang. Berbagai sumber pangan lokal dan makanan tradisional yang saat ini dimiliki oleh seluruh wilayah, masih dapat terus dikembangkan untuk memenuhi keanekaragaman pangan masyarakat pada wilayah yang bersangkutan.

Sejak tahun 2005 hingga 2014, Pemerintah melalui Kementerian Pertanian telah menemukan dan melepas berbagai jenis benih tanaman pangan untuk dapat dibudidayakan oleh masyarakat petani Indonesia dengan jumlah varietas baru yang terdaftar sebesar 844 Jenis.

Berbagai program pendukung juga telah dilakukan Pemerintah Pusat dan Daerah untuk mendokrak hasil produksi tanaman pangan Indonesia, seperti kegiatan penyediaan benih bersubsidi, peningkatan jumlah produksi benih unggul yang bersertifikasi serta melakukan kegiatan sosialisasi perbenihan pertanian di pedesaan.

Sementara itu, tingkat pendidikan masyarakat yang semakin tinggi juga merupakan peluang sebagai modal dasar bagi percepatan proses peningkatan kesadaran konsumsi pangan dan bergizi, sehingga diharapkan dapat mengubah perilaku atas konsumsinya dengan tercapai tingkat status gizi yang semakin baik.

Dalam hal perkembangan teknologi informatika serta strategi komunikasi publik, dapat menyediakan peluang yang tinggi untuk mempercepat proses, serta memperluas jangkauan upaya pendidikan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran gizi masyarakat. Peluang ini akan lebih memberikan hasil apabila disertai proses penyadaran kepada mereka atas pentingnya mengkonsumsi pangan dengan gizi yang seimbang, baik untuk kesehatan, produktivitas maupun bagi kecerdasan anak-anak generasi penerus bangsa.

Saat ini, negara-negara maju semakin gencar mengembangkan masalah di bidang pangannya dikarenakan sektor ini dianggap mempunyai nilai yang penting dalam kehidupan masyarakatnya seperti halnya penguasaan dalam sektor energi, dimana pada waktu itu negara-negara berkembang sangat berperan memasok berbagai kebutuhan pangan bagi negara maju sebagai eksportir bahan pangan, namun saat ini keadaannya justru menjadi terbalik mengimpor bahan pangan dari negara maju.

Pengembangan Kemitraan Ketahanan Pangan

Tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini dan ke depan adalah bagaimana mengembangkan pola kerja sama (kemitraan) antara Akademisi, Pebisnis, Government plus Lembaga Masyarakat yang akan memperkuat integrasi pencapaian ketahanan pangan nasional yang lebih kuat, sehingga bisa berjalan lebih efisien dan efektif disertai adanya jaminan atas ketersediaan pasokan komoditas pangan di pasar, dengan harganya yang  terjangkau serta mempunyai kualitas gizi yang baik untuk di konsumsi oleh masyarakat.

Dengan pola pengelolaan yang terintegrasi, diharapkan nantinya dapat memaksimalkan potensi (resources) yang terdapat pada masing-masing pelaku, sehingga produksi kebutuhan pangan pokok dapat ditingkatkan dan memberikan nilai tambah kepada petani/nelayan, kelompok tani/nelayan ataupun kepada masyarakat.

Disamping itu, tahapan pembangunan ketahanan pangan dapat diarahkan berkelanjutan serta di fokuskan pada bidang pengembangan teknologi dan inovasi, hal ini sangat diperlukan untuk memperbaiki sistem budidaya tanaman, penanganan pasca panen, pengolahan pangan dan penanganan distribusi agar semakin lebih produktif.

Dukungan peranan para akademisi merupakan faktor kunci utama dalam hal pengembangan dan inovasi produk pangan sehingga dapat memacu peningkatan nilai tambah (value added), daya saing (competitiveness), dan keuntungan (profit/benefit) bagi produk pangan nasional yang akan dihasilkan melalui penerapan aplikasi teknologi yang terukur dengan jaminan kualitas produk pangan yang terstandar serta mampu memenuhi kriteria nilai kuantitas yang diharapkan.

Oleh karena itu, peningkatan ketahanan pangan bagi pengembangan produksi komoditas pangan dalam negeri menjadi prioritas sebagai upaya bersama seluruh pelaku untuk mewujudkannya, apalagi kita harus bersiap menghadapi era pasar global pada akhir tahun 2015 dengan menghasilkan produk beragam pangan yang berkualitas dan berdaya saing diperkuat jalinan kerjasama lintas sektoral secara terintegrasi dari hulu sampai ke hilir.

*) Kabid Ketahanan Pangan, Deputi Bidang Perekonomian, Setkab RI

Opini Terbaru